"Krys, akhir-akhir ini kayanya kamu rada baikan?"
Krystal mengalihkan perhatian dari
ponsel yang dimainkan sejak tadi,
menatap sesosok wanita cantik yang
duduk tepat dihadapannya, menunggu penuh harap jawaban Krystal dengan senyum lembut.Bukannya langsung menjawab, Krystal berdehem sebentar lalu meletakkan ponselnya diatas meja. Dia terdiam memikirkan jawaban yang tepat untuk dikatakan pada Sulli yang sudah tahu seluruh kisah hidunya, ia juga merasa tidak yakin
akan keadaan dirinya sekarang."Rada gimana?"
Hanya itu yang keluar dari mulut Krystal, malah bertanya balik kepada Sulli.
Sulli mendekatkan diri pada Krystal, lalu berkata dengan mata berbinar.
"Kamu nyadar gak sih, sekarang kamu jarang hubungin aku. Biasanya sehari aja pasti kamu nelpon aku buat ngeluh ini, ngeluh itu, atau sekedar basa basi. Tapi sekarang? Coba ingat kapan terakhir kamu ngabarin aku, ngirim pesan aja gak ada."
Alis Krystal terangkat, "Masa sih?"
Sulli mengangguk.
"Kamu juga sekarang jarang ngunjungin klinik tempat aku kerja. Gak pernah aku jemput lagi di bar tempat kamu mabuk. Terus ya, dari tadi aku lihatin kamu ngaca mulu pake kamera depan. Tumben-tumben banget kamu perhatian sama penampilan. Krisis percaya diri karena mau ketemu Amber?"
"Apa deh, biasa aja. Kamu aja yang
suka berlebihan." Jawab Krystal mulai sewot, semakin dibuat kesal karena mendapati senyum mengejek pada wajah Sulli."Oh iya, kamu juga minta turunin dosis obat tidur kan?" tanya Sulli tiba-tiba serius ketika ia teringat sesuatu yang penting.
Hubungan mereka memang awalnya
hanya sekedar Dokter dan pasien. Dapat dibilang Sulli merupakan Dokter pribadi Krystal yang merangkap menjadi psikiater, karena Krystal tidak mau mengunjungi psikiater sungguhan. Sulli masih sangat berharap ada perubahan dari pasiennya ini. Sudah tiga tahun Sulli menangani Krystal, tapi keadaan adik dari kekasihnya itu tidak ada perkembangan yang berarti sama sekali. Malah terkadang serangan panik Krystal bisa terjadi mendadak
tanpa gejala. Sulli hanya takut Krystal
berbohong, menutupi keadaannya, atau berpura-pura sedang baik-baik
saja. Sulli tahu jika Krystal sudah lelah dengan pengobatan yang ia jalani dalam jangka panjang dan juga
menyakitkan. Tapi terkadang sesuatu
penyakit yang sudah sembuh, tapi
kambuh kembali, dipastikan sakit itu
akan semakin parah."Itu yakin kamu udah nurunin dosisnya?" Tanya Krystal
Sulli mengerutkan dahi bingung mendengar pertanyaan dengan nada tidak percaya.
Apakah sekarang Krystal meragukannya sebagai seorang Dokter setelah sekian lama?
Cih, yang benar saja.
Sulli memilih untuk meminum teh mint miliknya yang sudah dingin, sebelum menjawab pertanyaan Krystal yang terkesan menuduh.
"lya, obat tidur yang sekarang kamu minum dosisnya beda sama biasa yang aku kasih. Kalau aku naikin yang ada kamu gak bangun-bangun. Gimana sih padahal kamu sendiri yang minta. Amnesia?"
Sulli berdecak pelan.
"Tapi gak ada yang salah kan?" lanjutnya bertanya.
Krystal hanya mengangkat bahu
kemudian menjawab, "Aku gak lupa, Sull. Aku kira kamu gak dengerin permintaan aku waktu itu. Sejujurnya
aku ngerasa efek obat yang kamu kasih sekarang itu gak ada perbedaan, alias sama aja sama obat yang dulu.""Oh iya?"
Sulli kembali menarik bibirnya.
"Padahal efeknya bisa aja kurang. Tapi bisa aja ini ada kaitannya sama kebiasaan kamu. Kalau dulu kamu susah tidur mungkin karena gak ada seseorang di samping kamu, kalau sekarang kan hampir tiap malam ada temennya" Timpal Sulli kemudian
menggerakkan alisnya naik turun,
mengejek Krystal yang sekarang menatap dirinya tidak suka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Saved You
Fanfiction"Sometimes you gotta bleed to know that you're alive and have a soul." -Twenty One Pilots