Antidote

122 25 2
                                    

Krystal tidak pernah menyangka sebelumnya, permasalahan yang dialami bisa diatasi hanya dengan mengunjungi Dokter kejiwaan yang selama ini ia hindari. Seakan-akan beban yang menghimpit sejak dulu sedikit demi sedikit mulai berkurang. Memang benar kata L, seseorang yang kesepian hanya membutuhkan orang lain untuk mendengarkan semua kisahnya tanpa menyudutkan penderita itu sendiri. Tanpa harus malu jika orang lain akan meremehkan kemampuannya untuk menyimpan rasa sakit. Tanpa harus menutupi kejadian yang membuatnya terluka. Semua kisah ini bukan tentang Amber, Minhyuk, Minho ataupun orangtuanya. Ini tentang ia yang harus bisa belajar memaafkan dirinya sendiri, tentang ia yang harus bisa merelakan, tentang dirinya yang berhak untuk mendapatkan kebahagiaan, dan tentang Krystal yang memutuskan memulai untuk mencintai dirinya terlebih dahulu.

"Hey you good?" Tanya L, mengulurkan tangan pada Krystal yang baru saja keluar dari ruangan Dokter Soo Hyun.

"Not really, but I'm okay," jawab Krystal sambil tersenyum

Krystal menerima uluran tangan pria itu, membiarkan tangannya digenggam erat seolah L bisa menyalurkan energi dari sana.

"Maaf sudah membuat kamu menunggu terlalu lama, aku tidak sadar sudah menghabiskan hampir satu jam di dalam."

"No problem, aku sudah terbiasa untuk menunggu kamu"

L tersenyum manis, "Lagipula sepertinya ada banyak hal yang perlu kalian bicarakan di dalam. Aku tidak ingin menganggu."

"Ya, sangat banyak. Aku tidak mengingat kapan terakhir kali bertemu dengan Dokter Soo Hyun, mungkin sekitar 2 atau 3 tahun yang lalu, tidak heran kalau aku bercerita terlalu lama. Seharusnya aku menyuruhmu untuk pulang terlebih dahulu."

"Aku mengerti, Krys. Jangan lupakan kalau dulu aku juga sering menemanimu kemanapun. Dan siapa yang akan menemanimu disini jika aku pulang?"

"Aku bisa mengunjungi kak Sulli setelah ini. Kalau tidak salah jam kerja dia akan berakhir sebentar lagi."

"Aku benar-benar tidak keberatan untuk menunggumu disini, Krys. Selama apapun yang kamu mau, asalkan kita berdua tidak ketahuan oleh kekasihmu."

Senyum terlukis diwajah Krystal. L memang selalu bisa membuat hatinya menjadi lebih baik. Ada sedikit rasa menyesal yang terbesit dibenak wanita itu, seandainya saja dulu ia tidak melepaskan pria itu, mungkin cerita yang saat ini terjadi tidak akan serumit ini. Seandainya saat itu ia bertahan dengan L dan tidak mendatangi pria yang bernama Minhyuk, mungkin sampai sekarang masa lalunya akan terus menghantui dan Krystal tidak akan pernah memiliki keberanian untuk menghadapinya.

Selalu ada alasan untuk sebuah pertemuan, entah untuk memperbaiki atau malah memperparah kehidupan.

L adalah pria yang baik, tidak akan menyakiti seperti yang Amber lakukan padanya, masih mau direpotkan meski sudah lama Krystal tinggalkan. Sedangkan Minhyuk adalah pria menyebalkan yang sayangnya harus diakui berperan besar membuka lebar pikirannya, membuat Krystal mencoba berdamai dengan masa lalu. Namun, seberapa hebat mereka berdua untuk menarik perhatian Krystal, Amber masih menjadi pria yang ia cintai.

Seandainya, hanya sebuah kata yang akan terus menjadi angan-angan. Namun meski waktu tidak bisa diulang kembali, setidaknya keadaan bisa diperbaiki, bukan?

"Sekarang kita mau kemana? Langsung pulang atau mungkin aku bisa mengajak kamu untuk makan malam bersama?" tanya L lagi ketika mereka sudah meninggalkan tempat yang bertulisan poli psikatri itu.

"Aku harus menebus ini"

Krystal memperlihatkan kertas tipis segi panjang itu pada L, "Sepertinya aku mendapatkan obat-obat baru dan dengan jumlah yang lebih banyak, aku juga tidak tahu karena tidak bisa
membacanya. Tapi dari semua hal yang sudah terjadi, mengatakan kalau aku sangat membutuhkannya."

Saved YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang