Consultation

113 23 3
                                        

"How do you feel?"

"Nothing. I feel nothing"

Krystal menarik nafas, "Saat ini aku tidak bisa merasakan apa-apa selain kekosongan."

"Tell me more, Krystal. Aku bisa menjadi seorang pendengar yang baik. Kamu bisa menganggapku sebagai salah satu teman dekatmu" kata Dokter muda yang bernama Soo Hyun itu.

Sudah cukup lama ia tidak bertemu dengan pasien yang duduk dihadapannya itu semenjak kejadian terakhir ketika Krystal menyerang dirinya. Bisa dikatakan Soo Hyun sedikit terkejut ketika Sulli yang merupakan rekan kerjanya menghubungi jika wanita yang bernama lengkap Krystal Jung itu ingin bertemu. Selama ini Soo Hyun memantau perkembangan wanita yang selalu menolak bertatap muka dengannya melalui Sulli.

Mata Soo Hyun dengan ahli memperhatikan semua pergerakan Krystal sekecil apapun. Wajah datar, pucat seperti tidak bernyawa, buku-buku jari yang memerah, tergores dan masih meninggalkan bekas luka, sudah dipastikan wanita itu sendiri yang melakukannya dengan mencekram tangannya kuat. Bagian bawah mata yang menghitam meski sudah ditutupi riasan tebal sekalipun. Namun begitu, tatapan matanya tidak bisa berbohong. Dari gerakannya yang terkadang menghindar lalu tiba-tiba menatap Soo Hyun langsung, cukup membuktikan bahwa wanita itu butuh pertolongan.

"Kalau boleh jujur. Aku ingin terus menangis, meluapkan semua rasa sakit yang aku terima, tapi aku tidak melakukannya. Disaat aku bisa menertawakan kebodohanku sendiri, setelah melakukan hal yang sama berulang kali, tapi aku tidak bisa tertawa. Marah? Aku terlalu lelah untuk membuang emosiku dengan percuma, bahkan aku hanya diam disaat suara-suara itu masih mengangguku."

"Apa yang kamu dengar, Krys?"

"Everything. Aku bisa mendengar semua orang menyalahkan diriku, mengatakan jika aku tidak pantas untuk dilahirkan, tidak pantas untuk dicintai." Jawab Krystal

Krystal mulai bergerak gelisah, "Aku penyebab orang tuaku berpisah, karena aku memiliki mental yang tidak sehat. Ayahku menyalahkan Ibuku karena sudah melahirkan anak
cacat sepertiku. Ibu menyakiti kak Minho karena berusaha melindungiku. Lalu kak Minho.."

Nafasnya tercekat, air matanya yang tertahan sejak tadi mulai mengalir dan Krystal mulai terisak.

"Kak Minho.."

"Krystal, aku tidak akan memaksa jika kamu..'

"Tidak, aku harus mengatakannya. Aku tidak bisa menyimpannya terlalu lama lagi, ini begitu menyesakkan. Sebelum kesini aku sudah berjanji pada diriku kalau aku tidak akan lari dari kenyataan lagi."

"Baiklah. Kalau aku boleh tahu, ada apa dengan Minho?"

"Dia yang terburuk, tapi aku tidak bisa membenci orang itu. Seharusnya aku pergi sejauh mungkin dari dia, tapi dia adalah satu-satunya keluarga yang aku punya. Aku bisa saja membunuh kakakku sendiri, tapi aku begitu mencintainya."

"Jadi yang kamu maksud, kamu mencintai kakakmu sendiri?"

Krystal menyinggungkan senyum sinis, "Aku tidak tahu. Mungkin iya, mungkin juga tidak. Karena sejak dulu, kami hanya memiliki satu sama lain. Aku tidak bisa meninggalkannya
karena dia masih membutuhkan aku. Begitu juga dengan diriku yang masih membutuhkannya. You know, seharusnya Ayahku menyalahkan Ibu karena telah melahirkan Minho, karena kakakku itu lebih bermasalah dibandingkan denganku. Tapi dia berhasil menutupi ketidakwarasan itu lalu membuatku menjadi seperti dirinya."

"Apa yang telah ia lakukan kepadamu?"

"Minho tidak pernah membiarkan aku bahagia. Itulah yang selalu aku coba tutup-tutupi"

Krystal memainkan tangannya, tidak merasakan sakit meski menyakiti bekas luka yang belum mengering.

"Lagipula itu adalah masa lalu. Setelah ada Sulli, kak Minho mulai berubah. Dia tidak pernah melarangku maupun mengekang aku lagi. Aku sudah boleh menempati apartement sendiri dan juga sudah mulai kembali mengencani seseorang"

Saved YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang