A Gift

336 50 4
                                    

Krystal tidak bisa tenang, saat ini ia
hanya mondar-mandir di ruang tamu
apartement milik Amber. Pria itu belum datang hingga lewat tengah malam, padahal beberapa jam yang lalu Amber mengatakan sudah berada di dalam pesawat. Seharusnya pria itu sudah sampai sejak tadi.

Pikiran-pikiran buruk kembali muncul dikepala Krystal.

Apa mungkin pesawat pria itu terjatuh dan Amber tidak selamat?
Tapi ia belum mendengar berita tentang kecelakan pesawat baru-baru ini.

Astaga. Krystal tidak bisa mencegah untuk tidak berfikir seperti itu.

Sesuatu yang paling masuk akal adalah Amber sudah sampai lalu urung untuk bertemu dengan dirinya. Mungkin saja Amber sudah merasa
bosan dengan Krystal sehingga berubah dia pikiran lalu meninggalkan dirinya tanpa pamit. Krystal sudah tidak terlalu menarik lagi bagi Amber. Pria itu merasa sudah berhasil menyentuh sisi hatinya dan mungkin sekarang tengah mencari pasangan baru.

'Tidak.. Tidak.. Amber  tidak seperti itu.' ucap Krystal dalam hati

Tapi atas dasar apa Krystal begitu yakin Amber tidak melakukannya? Bagaimana kalau selama ini yang pria itu katakan semuanya hanyalah bohong?

Krystal tahu tujuan pertama Amber hanya untuk memiliki tubuhnya, kemudian akan pergi jika pria itu merasa sudah puas.

"Everyone leaves you, Krys. How pity
you are."

Krystal mencengkram rambutnya hingga ia merasa surai panjang itu akan terlepas dari kepala, ketika suara itu muncul lagi, tertawa nyaring seperti mengejek kebodohannya. Sekujur tubuh Krystal mulai bergetar, bernafas terasa begitu berat, sakit pada dadanya begitu menyakitkan.

Lagi-lagi serangan itu muncul setelah
beberapa hari Krystal bisa menahannya, tanpa minum alkohol, tanpa menghisap nikotin berlebihan, tanpa berhubungan badan dengan pria lain. Bahkan Krystal sengaja menginap di apartement Sulli setiap malam untuk mencegah serangan itu kembali muncul. Semua itu ia lakukan untuk Amber.

Krystal yang dulu mungkin akan
menghabiskan waktu di dunia malam, untuk merasa tetap berada di atas angan, bebas dan tidak memikirkan hal lain yang bisa menyakitinya, sehingga serangan seperti ini tidak akan terjadi lagi. Tapi sekarang dia punya Amber. Krystal tidak ingin merusak hubungannya dengan Amber.

Lalu apa yang harus ia lakukan jika Amber benar-benar akan meninggalkannya disaat Krystal sangat membutuhkan pria itu?

"Breath. Breath. Breath. Don't feel it. Don't feel it. They're not real. It's just hallucination." Gumam Krystal

Benar semua ini demi Amber. Tidak
seharusnya ia meragukan pria itu, Krystal harus mempercayainya. Krystal tidak boleh membiarkan dirinya kalah dengan alam bawah sadarnya sendiri, Krystal harus bisa melawan. Dia harusnya sudah terbiasa karena ia sudah bertahun-tahun menjalani kehidupan
seperti ini. Setidaknya Krystal harus mencoba, untuk Amber. Demi Amber dan untuk wanita itu sendiri.

Krystal berusaha bangkit dari duduk. Dia merasakan getaran itu masih ada pada tubuhnya, mencoba bernafas untuk mengisi paru-parunya yang masih terasa menyesakkan.

"Breath. Breath. Breath." Ucap Krystal

Nafasnya mulai teratur, dia mulai bisa melakukan apa yang biasa Sulli
sarankan bila dirinya tiba-tiba terkena panic attack. Hembuskan dan
keluarkan, hingga dia bisa merasakan
dirinya kembali ke dunia nyata.

"Princess, are you okay?"

Sebuah suara menyapa indera pendengarannya. Demi apapun, Krystal tidak pernah merasakan sebahagia dan selega ini hanya dengan mendengarkan suara seseorang. Pertahanan yang selama ini ia bangun mungkin sudah runtuh, tapi sekarang dia tidak sendirian. Ada pria itu yang juga bersama dengan dirinya, menjaga bila ada seseorang mencoba menyakitiya.

Saved YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang