Krystal baru saja menyalakan lampu di dalam apartement, ia sedikit terbatuk menghalau debu yang mencoba masuk ke dalam paru-parunya. Langkah kakinya yang hendak masuk terhenti ketika mendapati pemandangan yang begitu tidak mengenakan disana.
Sudah berapa lama ia tidak membersihkan tempat itu?
Kenapa terlihat sangat berantakan?Tissue yang berserakan, beberapa pajangan bunga yang sudah terpisah dari vasnya yang pecah, genangan air yang sudah mengering, atau serpihan gelas yang berkilau dekat pantry dapur.
Krystal baru menyadari, selama ia meratapi nasib, tidak hanya dirinya yang tak terurus, namun segala sesuatu yang berada disekitarnya. Wanita itu tenggelam dalam dunianya sendiri. Kalau tidak salah, pagi tadi L juga sempat membersihkan beberapa sudut apartementnya itu dengan keadaan yang lebih buruk dibandingkan sekarang. Ingatkan Krystal untuk berterimakasih pada pria itu karena tidak berkomentar buruk tentang dirinya yang tidak merawat diri.
Lamunannya tersadar ketika merasakan sebuah tubuh menabrak pelan punggungnya, tidak siap karena Krystal yang tiba-tiba berhenti di depannya. Krystal berbalik, mendapati Minhyuk yang masih mengekorinya dari belakang memandang dengan alis terangkat bingung.
"Terimakasih karena sudah mengantarkan aku pulang. Kamu boleh pergi sekarang" ucap Krystal.
Dia tidak ingin jika pandangan pria itu kepadanya berubah karena mendapati kamar apartementnya yang jauh dari kata layak.
"Oh, dan terimakasih untuk makan malamnya. Aku benar-benar menikmati" kata Krystal lagi ketika Minhyuk hanya diam, menatap tepat pada mata Krystal tajam.
Entah mengapa, dipandang seperti itu membuat Krystal menjadi gugup, "Sungguh. Aku sangat menikmatinya."
Namun Minhyuk masih diam, melangkahkan kakinya mendekat sehingga tidak ada jarak lagi diantara tubuh mereka. Krystal melangkah mundur, setiap pria itu semakin mendekat. Ia menurunkan wajahnya, saat dengan jelas wanita itu merasakan hembusan nafas hangat dari Minhyuk yang lebih tinggi dibandingkan dirinya.
"K.. kamu tidak perlu mengkhawatirkan aku, Minhyuk. Aku baik-baik saja, kamu bisa meninggalkan aku sendirian" kata Krystal tanpa menatap Minhyuk.
Tangannya sudah terangkat untuk menahan dada pria itu yang masih tidak mau berhenti mengintimidasi.
"Tapi kenapa aku malah mendengar jika kamu masih ingin aku berada disini?" bisik pria itu dengan suaranya yang semakin berat.
Wajah Krystal akhirnya terangkat, ketika Minhyuk menyentuh dagunya. Mata mereka bertemu, nafas mereka saling memburu, detak jantung yang saling terpacu seolah ingin berlomba-lomba tentang siapa yang paling berhasil mempengaruhi mereka.
"You promised me to stay" ucap Krystal pelan.
Tanpa sadar tangannya sudah menggenggam bagian depan jas yang digunakan pria itu, mencegah Minhyuk untuk meninggalkannya meski mulutnya berkata meminta pria itu untuk pergi. Karena kali ini Krystal benar-benar tidak ingin ditinggalkan sendirian, ia takut akan hal yang akan terjadi nanti jika pria itu juga pergi meninggalkannya.
"I won't ever leave you, even though you're always leaving me."
Ada sesuatu dari diri Minhyuk yang membuat Krystal begitu mempercayainya, tidak sesusah saat ia berusaha untuk mempercayai Amber. Butuh usaha yang sangat lama untuk membangun kepercayaan pada pria itu. Namun seorang Minhyuk, bisa begitu mudah untuk membuat Krystal ketergantungan. Minhyuk bisa mengerti dirinya tanpa perlu Krystal jelaskan. Tidak memandangnya rendah meski tahu masa lalu wanita itu begitu menjijikan. Satu yang pasti, pria itu sama seperti dirinya. Mereka sama-sama menyedihkan dan saling membutuhkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saved You
Fiksi Penggemar"Sometimes you gotta bleed to know that you're alive and have a soul." -Twenty One Pilots