Bae Irene, wanita yang berusia lebih tua tiga tahun dari Amber itu termangu, memandang objek hidupnya selama beberapa tahun terakhir dengan diam. Dia akan menurunkan wajah ketika pria itu menangkap basah dirinya tengah mencuri pandang, dengan kedua mata yang pernah memujanya dulu. Irene tidak berhenti, ia akan kembali memandang saat Amber sudah mengalihkan padangnya. Wanita itu tidak bisa menyembunyikan kesedihan yang begitu menyesakkan sejak pergi dari apartement pria itu.
"Lemon tea?" tanya pria itu yang membuat Irene tersadar dari lamunannya lalu mengangguk.
"Aku ingin memesan steak dengan tingkat kematangan medium untuk ku dan medium rare untuk wanita disampingku. Untuk minum, satu espresso dan juga lemon tea." Kata pria itu pada pelayan.
Pria itu masih mengingat makanan juga minuman kesukaannya, haruskah ia merasa terharu sekarang?
Jika ia tidak mengingat perkataan Amber beberapa saat yang lalu, Irene mungkin masih memiliki harapan tinggi kepada pria itu. Tapi ia lupa, Amber bisa bersikap biasa kepada siapa saja termasuk dirinya seolah tidak pernah terjadi sesuatu diantara mereka, atau mungkin Amber bersikap baik hanya untuk menghargainya, tidak ingin membuatnya merasa tersakiti.
"Jackie dimana?" tanya Mommy Amber yang duduk tempat disamping pria itu.
"Dia akan sedikit terlambat, ada urusan mendadak di kantor yang tidak bisa ditinggalkan" jelas Daddy Amber
"Dasar anak itu. Padahal dia yang paling semangat mengajak kita makan malam disini, katanya sangat susah untuk memesan tempat disini. Tapi karena yang punya adalah teman dekatnya, kita bisa dengan mudah mendapatkan kursi." Ucap Mommy Amber
"Benarkah? Bukankah yang memiliki restoran ini adalah keluarga Kang?"
Kali ini Mommy Irene yang bertanya, mulai tertarik dengan pembicaraan Tuan dan Nyonya Liu.
"Tepat sekali" jawab Mommy Amber
"Kalau tidak salah temannya bernama Min.. ah kenapa aku tidak bisa mengingatnya." Lanjutnya
"Mungkin yang anda maksud adalah Kang Minhyuk, Nyonya Liu" jawab Daddy Irene
"Ah, iya. Apakah anda mengenalnya Tuan Bae?"
Daddy Irene tersenyum miring, membersihkan mulutnya dengan sapu tangan sebelum menjawab, "Ya, aku mengenalnya. Orang tua anak itu pernah berjasa atas kesuksesan perusahaan kami sampai sekarang"
"Ey, jangan berkata seperti itu. Ayahnya memang memberikan modal kepada kita, tapi tanpa usaha dan kerja keras yang kita lakukan, maka modal itu juga tidak akan berarti apa-apa" ujar Tuan Liu
Tuan Bae tersenyum tipis, "Tetap saja, pria itu sudah sangat berjasa dalam kehidupan kita. Rasanya aku ingin selalu mengucapkan terimakasih kepadanya"
Ia lalu menghela nafas, "Aku tidak menyangka jika kejadian buruk bisa menimpa keluarganya."
"Ya, tidak akan ada yang menyangka jika pria itu akan meninggal secepat itu." Timpal Tuan Liu
Irene mulai tertarik, diliriknya Amber yang tidak peduli dengan keadaan sekitar, hanya fokus memotong daging didepannya tanpa minat.
Irene kemudian bertanya, "Apa yang terjadi dengan Tuan Kang, Mom? Apakah Irene mengenalnya?"
"Mommy tidak tahu kalau kamu masih ingat atau tidak, tapi dulu dia sering mengunjungi kantor Daddy mu. Beberapa tahun yang lalu, Tuan Kang meninggal"
Mommy Irene berdehem pelan, meyakinkan diri jika pembicaraan ini boleh dibahas di meja makan atau tidak, tapi mulut wanita itu kembali mengeluarkan suara ketika sang anak yang masih memandang meminta penjelasan padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saved You
Fanfiction"Sometimes you gotta bleed to know that you're alive and have a soul." -Twenty One Pilots