Another Me

138 26 0
                                    

Suara pintu lift berdenting, diikuti dengan pintu yang terbuka lebar menandakan jika dirinya sudah sampai pada lantai 16 belas apartement tempatnya berada. Pria itu tidak langsung keluar, menimang sebentar terkait keputusan yang ia ambil untuk datang kemari sudah tepat dilakukan atau hanya akan membuang waktunya secara percuma kemudian memaksanya untuk kembali turun, masuk ke dalam mobil lalu pulang tanpa sempat menyapa wanita itu.

Kaki kanannya terangkat menahan pintu lift yang hendak menutup, suatu keberuntungan karena ditempat itu tidak ada siapapun selain dirinya, sehingga tidak akan ada seseorang yang mengomel karena jalan mereka tengah dihalangi. Dia bergerak maju kemudian kembali mundur, maju dan mundur, selalu seperti itu untuk beberapa saat.

Pria manis itu menarik nafas untuk kesekian kali, setelah cukup lama berpikir akhirnya ia membuat sebuah keputusan untuk melangkahkan kakinya keluar menuju kamar wanita itu. Setidaknya ia harus mencoba, meski mengunjungi mantan kekasihnya itu cukup mengambil
banyak risiko.

L. Pria yang sekarang sudah berdiri di depan kamar Krystal, kini kembali terdiam, menggaruk dahinya yang sebenarnya tidak gatal dengan tangan yang sedang memegang sebuket bunga aster kesukaan wanita itu. Satu tanganya yang lain juga tengah membawa sebuah bingkisan berisi makanan yang berasal dari salah satu restoran jepang kesukaan mereka berdua, sebotol wine dan sepotong kue coklat yang sengaja ia bawa dari cafe miliknya.

L tidak bisa menahan keinginan untuk bertemu dengan wanita itu. Sejak terakhir kali mereka bertemu, saat tiba-tiba Krystal mengalami kehilangan kesadaran, wanita itu sama sekali tidak pernah menghubunginya. Dan ia sendiri tidak memiliki alasan untuk menanyakan keadaan wanita itu, karena sudah dipastikan sudah ada orang lain yang sedang menjaganya.

Well, L sangat tahu alasan sesungguhnya kenapa wanita itu tidak membutuhkannya lagi. Karena pada dasarnya, hubungan mereka berdua tidak pernah benar-benar terikat. Hanya sepasang wanita dan pria yang saling memanfaatkan.

Peraturan dalam hubungan mereka sangat mudah dilakukan. Tidak boleh menanyakan urusan pribadi, tidak mengekang satu sama lain, selalu ada ketika sedang dibutuhkan, tidak melarang jika diantara mereka berhubungan dengan pria atau wanita lain, tidak pernah memaksakan kehendak dan tidak boleh jatuh cinta. Mungkin terakhir terdengar sangat klise, namun baik L maupun Krystal sungguh melakukannya. Tidak pernah ada cinta diantara mereka berdua, yang ada hanya rasa kasih sayang ingin melindungi, sebagai seorang.. bagaimana ia mengatakannya, mungkin perasaan tidak ingin menyakiti sebagai seorang sahabat maupun kekasih. Mungkin karena itu juga L tidak pernah menghalangi wanita itu pergi meninggalkannya dulu untuk mempertahankan kisah cintanya dengan pria lain.

Satu telunjuknya mengetuk dinding, disamping tombol bel berada. Sebelum kesini pria itu sangat yakin dengan keputusannya yang ingin mengunjungi Krystal setelah sekian lama ia menahan diri. L sadar, tidak mungkin bertingkah seperti kedua orang yang tidak saling kenal padahal mereka sudah melakukan lebih dari itu. L harus membuang jauh-jauh perasaan tidak nyaman, kali ini saja ia harus menjenguk keadaan Krystal meski berada dalam status yang bernamakan teman.

"Apa dia juga tidak ada disini?" ucap pria itu, ketika sudah membunyikan suara bel beberapa kali.

"Tapi dia juga tidak berada dikantor."

L tidak menyerah, susah payah dirinya mengeluarkan ponsel yang tersimpan disaku celananya lalu menghubungi wanita itu. Entah sudah panggilan keberapa yang ia lakukan hari ini, tapi tidak ada satu jawaban dari Krystal. Sampai ketika ia ingin menyerah dan bermaksud untuk pulang, suara wanita itu mulai terdengar.

"Ya?"

Satu alis pria itu naik, merasa aneh dengan nada bicara wanita itu yang terdengar habis menangis.

"Are you okay, Krys?" tanya L khawatir.

"Hmm. I'm totally fine." Jawab Krystal dengan suara serak

Saved YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang