Position

876 97 66
                                    

request by pipapipapapa

POV orang ketiga || AU - lokal || Bahasa baku & non baku || romance

⚠️ harsh words, 🔞
3k++

***










Taeyong yang baru pulang tersuruk-suruk masuk ke dalam rumah. Wajahnya mendung, terlihat sedih. Tapi kemudian kakinya berlari cepat saat mencium bau pedas sedikit gosong dari arah dapur. Kemudian telinganya menangkap suara teriakan yang diseling batuk-batuk hebat. Hanya ada satu penghuni lain yang bisa membuat kekacauan macam ini. Dan Taeyong tak mau kalau akhir bulan ini ia harus menggelandang karena rumah kebakaran.

"Lu ngapain sih, boncel?" Taeyong buru-buru mematikan kompor saat melihat api berkobar di atas wajan.

Sosok yang ia panggil boncel itu menatapnya garang.

"Gak tau diri, lu juga boncel, ceking! uhuk" balas lelaki yang aslinya bernama Ten itu masih menunduk-nunduk terbatuk.

Taeyong tak menggubris ucapan Ten. Ia buru-buru menarik tangan Ten ke pintu belakang rumah di sisi dapur. Membiarkan lelaki itu menghirup udara segar agar batuk-batuknya berhenti.

Setelah batuk Ten sedikit reda, Taeyong tiba-tiba tertawa. Makin lama makin kencang. Tangannya menunjuk-nunjuk wajah Ten.

"Muka lu berminyak banget kayak gorengan kantin" ucap Taeyong di sela-sela tawanya.

Ten memanyunkan bibirnya. Ia kembali masuk ke dapur, menyenggol kencang bahu Taeyong dengan sengaja. Membuat lelaki itu terjatuh ke tanaman pot samping pintu.

"Sialan boncel!"

"Nye nye nye" cibir Ten yang langsung masuk ke kamar mandi. Menatap pantulan wajahnya di kaca. Ya benar juga, sih. Wajah Ten macam bisa glow in the dark saking berkilau nya karena minyak.

Taeyong kembali masuk, menatap almarhum wajan yang semoga masih bisa diselamatkan dengan wol besi. Bumbu entah apa terlihat sedikit menggosong di atasnya. Ia lalu meraih blender kecil, mencium baunya. Bumbu yang familiar, wangi balado. Ditambah ada potongan kentang yang sudah digoreng. Sepertinya Ten berniat membuat kentang balado, salah satu lauk kesukaan Taeyong. Nasi juga sudah siap di rice cooker.

"Lu sih baliknya lama, gue nekat masak" keluh Ten keluar dari kamar mandi, duduk di atas bangku konter dapur. Wajahnya sudah bersih dari minyak.

"Ya kan lu bisa beli di luar Ten, atau delivery"

"Bosen. Keluar males. Delivery itu-itu doang, mau yang bervariasi duit gue udah cekak" jawab Ten.

"Halah. Lu udah dari kapan tau nekat masak-masak begini kan? gue sering liat masakan failed di tempat sampah dapur" kata Taeyong sambil membuka kulkas. Matanya memindai isinya, lalu mengambil satu cola dari sana.

"Eh anjrit cola gue!" keluh Ten sambil berusaha meraih kaleng minumannya.

Taeyong menahan wajah Ten dengan telapak tangannya.

"Bagi dikit cel, pelit amat" ucapnya setelah meminum hampir setengahnya. Ia mendorong kaleng itu ke arah Ten yang memutar bola matanya jengah. Akhirnya mereka malah berbagi satu kaleng cola untuk berdua.

"Lu mau makan apa emang? sini gue yang delivery in" ucap Taeyong sambil merogoh kantung bajunya, mengeluarkan ponselnya dari dalam sana.

"Tumben lu? lagi patah hati?"

"Hah? paan?" jawab Taeyong ketus.

"Ya biasanya lu traktir gue tuh gara-gara dua situasi; lagi seneng banget atau lagi patah hati trus pengen curhat. Karena muka lu gue liat-liat lagi sepet banget, berarti opsi kedua" ucap Ten sekenanya.

[end] Mellifluous (TAETEN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang