Lucky

802 88 37
                                    

Katanya Ten seneng lagu ini ya?

Owkay🌝

Author's note:

POV orang ketiga || Non AU - semi canon || Fluff, romance

***













Dentum suara musik masih terdengar cukup keras meskipun volumenya sudah di stel minimal. Mungkin karena ruangan latihan yang sepi ditambah hari sudah cukup larut malam.

Nampak sesosok lelaki duduk menopang siku diatas lutut sambil menekuri lantai. Keringat di kening tidak ia seka, dibiarkannya jatuh satu persatu. Pun keringat di punggung polosnya yang perlahan-lahan turun. Botol minum di depannya sudah habis, dan handuk kecil tergeletak tak jauh darinya.

Ten kemudian menangkupkan tangannya di wajahnya. Diam-diam menangis tanpa suara. Tubuhnya lelah, mentalnya lelah, fikirannya apalagi. Jadwal yang menguras tenaga ditambah tekanan datang dari sana sini untuk menjadi sempurna sebagai idol juga sebagai manusia. Tidak bisakah Ten istirahat sejenak dari beban-beban di pundaknya?

Pura-pura juga butuh jeda.

Suara pintu ruangan terdengar berderit. Ten langsung menangkat kepalanya, lalu duduk bersila. Dengan cepat, wajahnya terlihat seperti biasa.




"Lanjutin"

"H-hyung?"

"Lanjutin aja, Tennie" sosok yang ternyata Leader NCT itu berjalan mendekat ke arah Ten. Ia kemudian berlutut di depan Ten yang menatapnya sedikit bingung.

"Lanjutin, hei" Taeyong menyentuh dagu Ten perlahan, lembut. Mata besarnya kini sedikit menajam, seperti saat tampil on stage. Ten hanya menarik sebelah alisnya, kembali bermain peran.

"Lanjutin apa, hyung?

Mata besar itu kemudian menatapnya teduh, walau masih tajam. Terdengar helaan nafas sekilas lalu senyum menenangkan muncul dari lelaki yang lebih tua.

"Hyung nggak suka, lihat mulut ini..." Taeyong menjeda kalimatnya, jemarinya perlahan menyapu bibir lembut Ten, "... dihiasin senyum palsu begitu" Taeyong menarik sedikit ujung bibir Ten, kemudian menangkup dan mengusap pipi Ten dengan ibu jarinya.

Taeyong lalu tiba-tiba menarik tubuh Ten, memeluknya erat. Tak peduli dengan keringat Ten yang belum sepenuhnya kering. Tak apa, lagipula Taeyong lebih suka wangi tubuh Ten yang asli ketimbang parfum-parfum yang biasa Ten kenakan sebelum beranjak tidur.

"Nangis, chagi. Tangisin aja kalau memang kamu mau nangis. Rapuh aja kalau kamu udah lelah. Kalau itu bisa kurangin sedikit beban kamu, kalau itu bisa sedikit luruhkan penat kamu, tangisin aja" Taeyong berujar sambil memeluk Ten dan mengusap punggungnya perlahan.

Sedetik, dua detik, sunyi. Pada detik yang ketiga, baru terdengar lirih isakan Ten yang masih sedikit tertahan.

Ten salah satu member yang jarang menangis. Mungkin baru 2 kali Taeyong melihat kekasihnya itu menangis. Pertama saat bertemu dengan gurunya, dan yang terakhir saat Bingo pergi untuk selamanya. Tidak usah dihitung yang di Hit The Stage, itu cuma airmata buatan lampu saja. Ya, walaupun Taeyong tidak tahu berapa kali Ten manangis diam-diam seperti ini. Hampir seluruh trainee dulu sepertinya sering begini.




Taeyong tahu, sangat tahu apa yang Ten rasakan sekarang. Walaupun hanya sekedar tahu dan tidak merasakan serta tidak sepenuhnya mengerti, pasti semuanya ada kaitannya dengan kebijakan perusahaan soal apa yang terjadi di negara asal juita hatinya itu. Ten di masa lalu sudah cukup menghilang, sekarang ia kembali dikekang. Mereka membiarkan beberapa anti-fans memanfaatkan situasi dengan keadaan Ten yang tidak muncul ke permukaan mengenai masalah ini.

[end] Mellifluous (TAETEN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang