request by Aphroditaetennic
POV orang ketiga || AU - fantasy (vampire) || bahasa baku || fluff, romance || alur maju-mundur || slight lemon, implicite sex scene, mention of blood
3465 words
***
"Taeyong, kalau aku bilang, aku cinta kamu, kamu akan jawab apa?" Tanya Ten sedikit berbisik. Tangannya melingkar pada tubuh lelaki yang ia panggil Taeyong itu. Berpelukan keduanya duduk di atas sofa, menikmati satu dua kicau suara burung gereja di luaran sana.
Hening, tak ada jawaban. Taeyong nampak memejamkan matanya. Ten menghela nafas, mengeratkan pegangan tangan kirinya di baju yang Taeyong kenakan, sedangkan tangan kanannya bergerak, mencari tangan Taeyong untuk ia genggam. Ini sudah yang kali kedua ia bilang, tapi lagi, Taeyong tak juga menjawabnya. Yang pertama sebulan yang lalu, Ten hanya ditinggal saat keduanya selesai sarapan bersama. Ten sendiri tak mengerti mengapa ia kukuh, Ten yang biasanya akan lebih memilih untuk menyerah, move on dan melupakan perasaannya cepat.
"Tangan kamu dingin lagi, Taeyong" Bisik Ten kemudian, suaranya pelan seumpama desau angin. Mengalihkan pembicaraan.
"Aku bukan manusia, Ten" Jawab Taeyong kemudian. Ten terkekeh kecil.
"Tanganku dingin, karena aku bukan manusia." Tambah Taeyong lagi. Lelaki itu tiba-tiba membuka matanya untuk kemudian duduk tegak, masih dengan tangan yang melingkar di pinggang Ten, menatap Ten tajam. Lalu Ten berhenti terkekeh, ia terkesiap. Bukan karena gerakan Taeyong tadi, melainkan karena ia melihat bola mata Taeyong yang berubah warna merah seperti memakai lensa kontak yang terlampau realistis. Ada guratan lebih gelap di tengah-tengah kornea merahnya.
"Aku bukan manusia, Ten. Kamu tidak boleh jatuh cinta padaku." Taeyong berucap lamat-lamat seperti mengeja, ia menggerakkan tangannya, memegangi pipi kanan dan kiri Ten. Mengelus kulit halus itu dengan ibu jarinya.
"I don't care, Taeyong" Jawab Ten kemudian. Suaranya sedikit bergetar masih kaget. "I don't care if you're not human, if you are an illusion I made myself. Or whatever. I just ... fucking in love with you, too deep" Ten terlihat kesusahan untuk menghabiskan kalimatnya, tak jerih memandang mata Taeyong yang seperti menyala.
"Kamu tidak mengerti, Ten" Balas Taeyong, alis dan dahinya mengerut, wajahnya terlihat lebih dingin ketimbang tangan yang kini menangkup di pipi Ten.
"Kalau begitu, buat aku mengerti. Beri tahu bagaimana caranya agar aku boleh mencintaimu" Ucap Ten berani, masih memandang bola mata Taeyong lekat.
"Kamu manusia paling keras kepala yang pernah aku temui" Taeyong tersenyum tipis, senyuman yang lebih terlihat seperti seringaian.
Ten tak bergeming, "kamu bilang kamu suka dengan sifatku yang keras kepala... "
"... " Lagi, Taeyong hanya diam. Tapi intensitas sorotan matanya masih juga tidak berkurang.
Ten memalingkan wajahnya.
"Apa artinya ciuman hari itu buatmu, Taeyong?" Ten berujar seolah berbisik kecil. Taeyong menghela nafas, tak menjawab. Sebagai gantinya, Ia justru menarik wajah Ten. Dan dingin di bibir Taeyong berubah hangat di bibir Ten.
Jatuh cinta kadang bisa mengaburkan kewarasan, Ten tahu itu, dan ia tidak peduli. Mulut Taeyong yang kini mengonsumsi lapar mulutnya sudah cukupan untuk menyangkal segala sanggahan yang masuk akal. Tentang apa sebenarnya hubungan mereka, tentang mengapa Ten mau bertahan, dan tentang siapa sebenarnya Taeyong ini. Pertanyaan-pertanyaan itu begitu saja menghilang di detik Ten merebahkan punggungnya di atas sofa. Yang Ten pedulikan kini hanya tangan Taeyong yang menjalar di sekujur badannya. Tangan Taeyong yang masih dingin, tapi Ten justru merasa jejak jamahannya berubah cepat menjadi panas.
KAMU SEDANG MEMBACA
[end] Mellifluous (TAETEN)
Fiksi Penggemar[Bahasa] A song from you, A story for you. Taeten: Mellifluous and meant to be together even if SM do them apart. Kumpulan song fiction, one shot or two shot tentang Taeten berdasarkan request lagu dari para pembaca. _______________________________...