You Were Beautiful

910 92 41
                                    

Requested by etheral_lee

Author's note:

POV orang pertama (Ten) || AU || OOC, Fanon || Bahasa baku & non baku || angst

***











Hai Hai, T.

Kamu tahu?

Tepat saat ketiga jarum jam berhenti diangka 12, maka tepat 4 tahun pula aku jadi manusia batu. Teguh dengan pendirianku kalau memang tidak ada yang bisa gantikan kamu. Bebal dengan fikiran yang terus-terusan menyugestikan diri sendiri, bilang kalau semesta memang suka selucu ini. Yang pernah menghadirkan kamu, singgah dihatiku, memberi warna baru, untuk kemudian meninggalkanku.

Tapi tidak ada yang bisa aku salahkan untuk itu. Semua berjalan begitu saja, selalu tak tentu. Tapi cinta, sayangku, cinta kata orang memang suka bikin kita berani bertaruh dalam perjudian hidup, melego setiap keping kepercayaan yang tidak bisa diprediksi lajunya. Seperti aku yang memberikan segalanya, terpaku pada satu janji yang harusnya akal sehatku paham kalau itu hanya bualan tak pasti.

Lalu kamu pergi, membawa hatiku, juga jiwa yang kupertaruhkan dimeja perjudian hidup demi cinta yang (akhirnya) kehilangan sebelah sayapnya. Kasihan.

***







[Somewhere only we know, 4/5 years ago]


"Hari ini ada jam kuliah?" tanya Taeyong hyung sambil menuangkan susu ke gelas. Tangannya cekatan mengoleskan selai coklat diatas roti yang baru keluar dari panggangan.

Aku, sudah mandi, sudah siap mengenakan baju dan mencangklongkan tas dipundak, mengangguk pelan sambil menguap kecil. Terlalu lelah untuk bicara karena demi apapun tugas menyusun rencana pembelajaran semalam itu sial sekali. Haruskah aku marah pada diriku sendiri yang dengan yakinnya memilih jurusan pendidikan disaat tingkah polahku pun kurang didikan?

"Eat well..." ucap Taeyong hyung sambil meletakan piring dan gelas didepanku. Tak lupa seperti biasa mengelus rambutku.

Aku menahan tangannya.

"Hyung, Ten bolos hari ini boleh? Cuma jadwal pengganti kok" pintaku dengan wajah memelas. Taeyong hyung hanya tersenyum kecil, lalu tangannya mencubit hidungku pelan.

"No. Ini udah tahun ke 3 loh. Sebentar lagi kamu lulus, yakin mau lewatin masa-masa seru ngampus?"

"But it's only a day" protesku kecil.

"A day will make another day. Nanti kebiasaan ah. Udah. Sarapan. Aku tunggu didepan" ujarnya lagi kali ini menjawil pipiku. Aku hanya mendengus kecil.

"Hyung? nggak ikut makan?" tanyaku bingung. Sudah beberapa hari ini Taeyong hyung tak lagi menemaniku sarapan.

Dia hanya menggeleng, tersenyum kecil. Bilang kalau tadi sudah duluan.

"I love you" ujarnya ringan. Juga jadi rutinitas harian yang tak pernah terlupakan.

🎵Every time I got out of bed to (oh no)
Start my day that's when I would hear you (Ohh)
And with a tired yawn
You'd tell me that you loved me, I'll be fine
And that's what got me through the day alright

***















"Hyung, lagi apa?" tanyaku ikut duduk disamping meja kerjanya. menyeret meja kecil untuk kujadikan bangku darurat.

"Kerjaan, seperti biasa..." tangan Taeyong hyung sudah mengembalikan ponsel yang tadi ia mainkan, menaruhnya kedalam laci. Lalu matanya beralih menekuri tabel-tabel yang aku sendiri tak paham isinya apa.

[end] Mellifluous (TAETEN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang