Maniac

901 99 101
                                    

requested by aninaninanin

POV orang ketiga || Non AU lokal|| OOC, Fanon || Bahasa baku & non baku || romance, angst

***



















Taeyong merasa ada yang aneh akhir-akhir ini. Seperti ada yang memperhatikannya, ada seseorang yang mengikutinya, ia yakin sekali. Tapi sayangnya Taeyong belum pernah memergoki orang atau 'sesuatu' itu.

Seperti malam ini. Selepas terburu-buru menutup kafenya, Taeyong segera melangkahkan kakinya menuju rumah melalui gang sempit, sengaja memancing penguntit itu. Taeyong penasaran sekali. Kalau memang perasaannya benar dan ada buktinya, dia akan segera melapor ke polisi. Hal ini membuatnya sangat tidak nyaman.

"Fuck!" Taeyong mengumpat tertahan saat seseorang menepuk bahunya dari belakang. Dia langsung berbalik sambil memegang pisau lipat ditangan kanannya.

"Maaf Kak, aku tadi nggak sengaja liat dompet kakak jatuh" ujar orang itu sambil mengulurkan dompet hitam milik Taeyong.

"Ah, thank you" jawab Taeyong kikuk, mengambil dompetnya.

Taeyong merasa tidak asing dengan si penolong. Wajah lelaki ini sangat feminin dengan kulit bersih yang tampak lembut, jarang ada yang punya wajah sepertinya dipinggiran kota ini. Apa dia salah satu pelanggan kafenya?

Saat Taeyong akan pergi, lelaki itu menahan tangannya.

"Begitu aja?" tanya lelaki itu dengan senyum tipis diwajahnya. Taeyong menarik alisnya. Maksudnya?

"Ah, apa kamu butuh uang?" tanya Taeyong balik. Lelaki itu tertawa kecil.

"Boleh aku minta kontak kakak?" Wajah polos lelaki itu kini terhias senyum nakal, ditambah lidahnya yang menjulur keluar membasahi bibirnya, membuat Taeyong sedikit terkesiap.

Taeyong sekarang ingat. Lelaki ini memang pernah beberapa kali mampir ke kafenya. Dia juga merasa seperti melihatnya di beberapa tempat yang ia datangi. Jadi, lelaki ini penguntitnya?

"Maaf, tapi aku nggak kenal kamu" tolak Taeyong halus.

"Ah. Namaku Ten." Lelaki itu menjulurkan tangannya mengajak berkenalan. Taeyong sedikit risih, tapi tak urung juga ia sambut uluran tangannya.

"Aku... kayaknya kamu tau aku siapa" ujar Taeyong menyindir, ia memandang tajam lelaki didepannya. Tapi lelaki itu tidak gentar, ia malah tersenyum lebar.

"Yeah, you're right. Kak Taeyong kan? FISIP 14 SMT?"

Sialan. Dia bahkan tau dimana Taeyong kuliah dan fakultasnya. Taeyong semakin merasa perlu untuk melapor pada polisi.

"Aku nggak akan macem-macem kok Kak, cuma pengen kenal aja. Nggak usah dilaporin ke polisi segala" tambah lelaki itu tertawa kecil. Nah, bahkan dia bisa membaca fikiran Taeyong sekarang.

"O-oke" ujar Taeyong kemudian. Ten nampak mengeluarkan ponselnya, sekilas Taeyong bisa lihat kalau lelaki didepannya ini cukup berada. Jam Mont Blanc ori tipe Timewalker seharga 20 jutaan, outfit yang sepertinya dibeli di label-label menengah macam Zara, juga wangi lemon lavender yang menguar dari tubuhnya berasal dari parfum Dior Eau Sauvage, segalanya dari Ten menunjukkan kalau dia bukan orang biasa.

Taeyong segera menyebut sebaris angka yang langsung diketikkan oleh lelaki itu. Kemudian ponsel Taeyong berdering, sebuah nomor baru terpampang. Ten langsung merampas ponsel Taeyong, mengetikkan sesuatu disana.

"Takutnya kakak nggak nge save nomorku" Ten mengembalikan ponsel Taeyong, lalu dengan kurang ajarnya mengelus rahang tajam Taeyong, yang langsung saja Taeyong tepis.

[end] Mellifluous (TAETEN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang