26. Overthinking

25.1K 2.5K 281
                                    

Malam kemarin, Jeff tidur lebih dulu. Hanna gak masalah sekalipun mata dia masih seger gak bisa merem. Tapi masalahnya, karena Hanna gak bisa tidur itulah dia jadi overthink tengah malam.

Mulai dari hubungannya bersama Jeff.

Hanna gak bohong waktu bilang dia sayang sama Jeff dan bersyukur ketemu cowok itu sekalipun kelihatannya gak begitu.

Dari kecil—karena dia hidup dengan orang tuanya yang dingin dan gak pandai mengekspresikan rasa sayang—Hanna tumbuh jadi sosok yang sama. Dia sayang Jeff, kok. Tapi dia gak bisa kalau disuruh bermanja-manja atau bermenye-menye seperti yang dilakukan Jeff kepada dirinya selama ini.

Tapi yang kini jadi masalah adalah, gimana cara Hanna buat ngasih tahu tetang rahasia yang ia simpan rapat sama Gana?

Hanna gak cukup berani buat kasih tahu itu. Apa lagi dia gak yakin Jeff akan bisa menerima dengan lapang dada—impossible. Jeff akan marah, itu pasti. Lalu apa setelahnya? Hanna masih belum siap kalau Jeff meninggalkan dia sekarang. Sedangkan di sisi lain, Gana terus-menerus menyuruhnya buat cepet bilang ke Jeff.

"Setidaknya elo udah jujur, Han. Soal bakalan gimana ke depannya, kita pikirin nanti. Yang pertama, kasih tahu dulu ke dia."

Gampang kalau tinggal nyuruh doang, mah. Masalahnya Hanna yang ngejalanin. Dia gak mau nekat menanggung resiko kalau Jeff tahu tentang ini.

Pagi ini, Hanna bangun lebih dulu. Iya, Jeff masih molor padahal cowok itu tidur duluan kemarin.

Hanna berdecak. Dia mendekat dan langsung menindih tubuh tengkurap Jeff usai ngebuka selimut yang menutupi wajah tampan cowok itu.

"Bangun, sleepyhead."

Jeff menggeram. "Setengah jam, please?"

"Ini udah siang. Jangan bikin gue sebel karena gue gabut nunggu lo bangun doang."

"Jam berapa?"

"Sepuluh."

Kayaknya Jeff gak ada niat buat bangun sepagi itu, jadi cowok dengan bagian tubuh atas yang tak berbalut apapun tersebut memilih tetap memejamkan mata. Hanna memutuskan untuk turun dari acara menindih punggung Jeff dan masuk ke dalam selimut, memeluknya. Jeff tersenyum samar.

"Hari ini gak ada jadwal kemana-mana, Jeff?"

Hanna tahu sekalipun cowok itu gak buka mata sama sekali, Jeff udah gak tidur.

"Enggak. Kenapa?"

"Gue juga. Enaknya pergi kemana, ya?"

Jeff membuka mata dan melingkarkan lengannya ke leher Hanna. Memberikan satu kecupan singkat di puncak kepala, Jeff menjawab. "Lo lagi pengen hang out?"

"Kinda."

"How about wisata alam?"

"Sounds great."

"Mau?"

Hanna mengangguk di dadanya. "Boleh."

Mereka saling diam selama bermenit-menit, sampai kemudian Jeff langsung keinget sesuatu. "Sweet Jesus." gumamnya.

Hanna mendongak, menemukan Jeff dengan wajah ngebug-nya.

"Re-schedule, ya, Han? Gue lupa nanti siang nemenin Deril pulang ke rumah nyokapnya."

"Yah..." Hanna berdecak, kemudian bangun dari tidurnya. Dia duduk bersila. "Harus banget ditemenin? Kayak homo aja lu berdua mau kemana-mana harus barengan."

"Ck, bukan gitu, Sayang. Masalahnya gue juga ada kepentingan sama bokapnya Deril. Buat wawancara."

Mendapati Hanna masang wajah sebal, Jeff jadi ikut bangun. Takut kalau ceweknya beneran ngambek gara-gara dia asal ngebatalin.

jeff, please.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang