13. Quality Time?

43.4K 3.1K 83
                                    

"Han?"

Gadis yang dipanggil menoleh. Hanna auto mundur selangkah karena mendapati Juna yang memanggilnya. Anjir.

Tapi demi gengsinya yang selangit, Hanna pura-pura santai. Padahal hatinya udah deg-deg duluan, takut kalau Juna mempermalukan Hanna lagi di tempat ramai kayak yang udah-udah.

Dari sekian banyaknya tempat, kenapa Hanna harus ketemu Juna di trotoar jembatan malem-malem?

Dia berdeham. "Kenapa?"

Juna mendekat lagi, kini berdiri di samping Hanna usai mencopot helm dan meletakkannya di spion. "Kok jalan sendirian malem-malem? Mau kemana?"

"Mau ke minimarket dan lagi buru-buru. Duluan, ya."

Hanna udah mau melanjutkan langkahnya tapi lengan dia ditarik agak kencang. Hanna jadi kaget dan langsung melotot. "Apa, sih, pegang-pegang?! Gue bisa teriak, ya!"

Juna melepas pegangannya. Kedua tangannya terangkat di samping kepala. "Oke, sori. Gue cuman mau nawarin tebengan. Mau ke minimarket, kan? Kita searah."

"Thanks tapi gue gak butuh."

"Ini gratis."

"Gue gak mau."

Juna melihat sekitarnya. Gelap dan sepi. Jelas, ini udah pukul sepuluh malam dan Hanna jalan sendirian dari kos ke minimarket. Gimana mau gak sepi?

Ketika Juna mendekat lagi, muka Hanna udah merah ketakutan. Dia terus mundur dan masang wajah was-was. "Jangan aneh-aneh! Juna, mundur gak lo?!"

Tiba-tiba muncul seringai di wajah cowok itu. Hanna mengumpat. Sialan, cowok ini psikopat.

"Kenapa? Takut?"

"Lo emang anjing, Jun."

"Dan lo pernah suka sama anjing."

Tepat ketika Hanna sudah bersiap lari sekencang-kencangnya, suara motor ditendang membuat mereka berdua menoleh cepat.

Motor besar warna merah milik Juna tergeletak seperti barang sampah di pinggir jalan. Siapa pelakunya? Jeff.

Disana, Jeff menampilkan seringainya. Lesung pipi cowok itu auto muncul juga. Dengan atasan hoodie hitam dan rambut gantengnya, Jeff menatap tak bersalah ke arah Juna.

 Dengan atasan hoodie hitam dan rambut gantengnya, Jeff menatap tak bersalah ke arah Juna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sorry, bro. Gak sengaja."

Hanna menoleh lagi pada Juna yang urat di lehernya udah muncul. Emosi banget. Dengan cepat, Juna menghampiri Jeff yang berdiri di samping motor besarnya yang udah jatuh itu.

"Sialan," umpat Juna sambil menarik motornya berdiri. "Lo sengaja?!"

Jeff mengangguk. "Iya. Impas, kan, sama niat lo gangguin cewek gua?"

Jeff mendekat santai. Ia menarik kerah jaket Juna, kali ini menatapnya tajam. "Gue bisa bakar semua motor lo kalau elo berani ngulangin ini. Ngerti?"

**

jeff, please.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang