15. Rayuan Maut

35K 3K 207
                                    

Hanna mengaduk-aduk malas es jeruknya dengan sedotan. Sedikit tak berselera padahal itu minuman kesukaan Hanna.

"Coba nanya kakak tingkat aja, Han," saran Jennie. "Pasti mereka udah pernah dapet mata kuliah ini, kan?"

"Ya tapi gue gak ada kenalan kakak tingkat, anjim."

"Sama sekali?"

Hanna menghela nafas malas. "Iya. Lo tahu juga gue bukan tipe orang yang punya temen banyak. Punya elo, Gana, sama Juno aja udah bersyukur banget."

Jennie ngakak.

Tapi tawanya auto berhenti pas jauh di belakang Hanna, Jennie menangkap bayangan seseorang. Cewek berkuncir kuda itu langsung memukul-mukul lengan Hanna heboh.

"Heh, heh! Anjir!"

"Aduh! Jen, apa sih nabok-nabok?!"

"Gue ada ide kinclong!"

Hanna mengangkat alisnya.

"Dhio!"

"Dhio?" Hanna bingung. "Dhio kenapa?"

"Elo minta ajarin Dhio, Oon! Dhio 'kan kating!"

Mendengar itu, Hanna langsung melotot tak percaya hingga beranjak dari duduknya. Bibirnya terperangah lebar tapi tak bisa gagal menahan senyum. "Heh, iya, ya! Anjing, pinter banget lo!"

"Iyalah. Kalau goblok, mah, Hanna."

"Yeu," Hanna balik duduk lagi. "Oke, sumpah, itu ide berlian. Tapi gue kok takut ya mau nemuin orangnya."

"Ha? Ngapain takut?"

"Ya, takut aja. Kayak ragu gitu, loh."

Jennie menggeleng-gelengkan kepala. "Emang, ya. Segesrek-gesreknya cewek, kalau udah di depan orang yang disuka pasti auto kikuk."

"Hm," Hanna mengecurutkan bibir. "Nanti, deh, gue coba DM dia."

"Tapi setahu gue, dia jarang main Instagram. Atau kalau mau cepet, lo minta bantuan Jeff aja buat bilang ke Dhio. Jeff 'kan temen tongkrongannya."

"Yang bener aja."

"Loh, emangnya ngapa?"

"Yang ada dia bakal ngerusak rencana gue. Lo kayak gak tahu aja Jeff gimana."

Jennie tertawa kencang.

"Ngomongin soal Jeff, kalian udah jadian?"

"The hell?" Hanna menatap temannya malas. "Sejak kapan gue bisa punya komitmen sama cowok setelah sama Juna dulu?"

"Lo kayak gini bukan karena patah hati diselingkuhin Juna, kan?"

"Jelas enggak. Cuman males aja."

"Sama Jeff gak tertarik?" Jenni memicing curiga. "Lo udah lama, loh, jalan sama Jeff. Udah pasti pernah ngapa-ngapain, kan? Emang gak ada rasa apa-apa gitu?"

"Rasa stroberi."

"Ha?"

"Kemarin kondom dia rasa stroberi."

"Bangsat," Jenni ngakak sejadi-jadinya. "Gue udah serius, ya, Han."

"Tapi..." cewek itu berdeham. "Belakangan gue emang agak gimana sih sama si Jeff."

"Gimana gimana?"

"Ya gitu," Hanna tak mau mengucap sebutan soal apa yang dia rasain. " Lo tahu? Bahkan pas gue lagi bete atau sedih, gue sekarang callnya ke Jeff."

"Bukan ke Juno Gana lagi?"

"Iya, gak ke mereka lagi."

"It means lo udah nyaman sama Jeff?"

jeff, please.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang