38. Dari Nol

19.4K 2.6K 317
                                    

Hanna keluar kelas paling terakhir. Langkah kakinya yang kini memasuki kantin tiba-tiba melambat seiring ia menemukan satu meja diisi dengan Jenni, Juno, dan Deril yang ngobrol bertiga pakai raut wajah serius. Cewek itu jadi mengernyit bingung. Makin bingung lagi pas dia sudah dekat dengan meja mereka, tiba-tiba pembicaraan berhenti mendadak setelah Juno berdeham, seolah memberi kode untuk yang lain agar diam.

"Oi, Han." sapa Deril sambil nyengir.

Jennie menolehkan kepala ke belakang, lalu matanya mengikuti gerakan Hanna yang ambil posisi duduk di samping.

"Baru beres lo?"

Hanna mengangguk dengan tangan menaruh totebag di atas meja. "Lagi ngomongin apa lo pada? Serius amat?"

"Gak serius perasaan."

Karena Juno dan Jenni gak mau menjawab sesuai dengan harapan Hanna, cewek itu mengalihkan perhatiannya pada Deril. "Ngomongin apa, Ril?"

"Lah, kok gue? Gue baru dateng."

"Bohong banget. Apaan, sih?"

"Gak ada apa-apa, Han. Gak jelas banget lo." sahut Juno.

Hanna mengalah. Ia membuka tupperware berisi air mineral lalu meneguk isinya. "Anyway tadi Gana ngechat gue, katanya dia gak ke kampus. Emang iya?"

"Iya, kali. Gak tahu gue."

"Kosan lo, kan, deket sama Gana, Jun. Gak lo samperin?"

"Nanti aja," Juno mengalihkan wajah ke arah lain. Dia ini gak pandai bohong. Takut ketahuan. "Han, PPT lo semester kemarin matkul Literatur apaan, tuh, masih ada gak?"

"Ada, kok. Butuh?"

"Iya, buat minggu depan."

"Nanti gue kirim. Nyari dulu di laptop soalnya."

Juno memberikan jempolnya kemudian tidak ada pembicaraan lagi di antara mereka. Sampai Hanna baru sadar tumben-tumbenan Deril ikut gabung di mejanya. Pasalnya, semenjak Hanna gak sama Jeff lagi, Deril gak pernah gabung sama mereka—mungkin maksudnya karena dia gak enak sama Jeff—begitu pula Jenni, Juno, Gana yang gak pernah gabung sama mejanya Jeff dan Deril. Ya buat apa juga, kan?

"Tumben lo ke kantin Psikologi?" tanya Hanna dengan kepala masih menunduk fokus pada isi ponsel. Cewek itu sedang mengirimi pesan pada Gana, menanyakan kenapa Gana skip kuliah hari ini.

"Siapa? Gue?"

"Ya iyalah elo."

"Ooh," Deril nyengir lagi. "Gak papa, sih. Emang gue gak boleh ke gedung lo?"

"Aneh aja. Tumben-tumbenan."

"Gue masih sering, kok, ke kantin sini sama yang lain. Kemarin..."

Ucapan Deril menggantung sebelum sesuatu membuat perhatian cowok itu teralihkan. Sebagai gantinya, Deril mengangkat tangan, seolah memberi kode seseorang agar menghampirinya—membuat Hanna dan Jenni jadi menoleh ke belakang.

Lalu Jeff ada disana. Seorang diri. Dengan langkah gontai menghampiri meja mereka.

**

Hanna Nadinia's POV

Ini akan jadi pertama kalinya bagi gue buat berhadapan lagi sama Jeff setelah sekian lama. Mungkin udah dua bulan atau bahkan lebih sejak kita pisah?

Diam-diam, gue meneguk ludah. Belum siap sepenuhnya.

Kayaknya Jenni sadar sama ketidaknyamanan yang gue rasain. Jadi sebelum Jeff bener-bener sampai di meja, Jenni langsung sigap ngajak ngobrol buat mengalihkan perhatian.

jeff, please.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang