37. Ricuh

19.1K 2.6K 437
                                    

"Hai?"

"Ha—fuck?! Lo kenapa?!"

Gana langsung membuka pintu lebih lebar, menarik tangan Hanna lalu menutup pintu, membawa badan cewek itu segera masuk ke kamar.

Dengan badan basah kuyup, tangan kanan yang menenteng heels, juga mata memerah karena menangis, Hanna terlihat gak baik-baik saja. Atau sangat buruk. Maka Gana gak perlu waktu lama untuk membawa gadis itu ke pelukannya—walaupun dia lagi pingin bertanya ada apa.

Hanna terisak di dadanya. Membuat Gana ikut merasakan sakit dan nyeri tepat pada jantungnya. Perempuan itu jarang menangis. Yang mana jarangnya Hanna sudah berubah semenjak kabar mengenai kisah asmara antara dia dan Jeff berakhir entah karena apa.

"Jeff tahu soal status gue, itu alasan kenapa dia minta putus. Terus tadi... tadi... bokap dia..."

"Gak perlu cerita sekarang, Han. Lo lebih perlu istirahat. Gimana bisa lo basah kuyup begini? Lo ujan-ujanan, hah?"

Gana menjauh dari Hanna, memegang kedua pundak cewek itu. "Gue ambilin baju ganti. Lo ke kamar mandi, oke? Hari ini nginep disini aja."

Cowok itu gak memberi Hanna kesempatan untuk menjawab karena selanjutnya Gana mendorong pelan punggung Hanna agar segera masuk ke dalam kamar mandi. Sementara dia sendiri langsung mencarikan kaos dan celana pendek untuk Hanna, menyiapkan teh hangat, handuk, juga menurunkan AC kamarnya.

Gak butuh lama buat Hanna sampai dia akhirnya selesai membersihkan diri. Badannya sedikit menggigil karena kedinginan. Hujan dan petir di luar sana memperparah suasana hati Hanna. Lalu kemudian matanya mendapati Gana disana, di atas sofa, sedang menghidupkan lilin aroma therapy.

"Gue baru tahu lo punya beginian," ujar Hanna sambil menghampiri cowok itu. Tangannya menunjuk benda yang menyala di meja. "Sejak kapan beli lilin aroma therapy?"

"Minggu lalu kayaknya. Dibeliin nyokap."

"Tante masih sering kesini?"

"Enggak. Cuman sebulan sekali. Duduk sini lo," Gana menepuk sofa di sampingnya. "You feel better?"

"Iya. Makasih, ya."

"Lo belum cerita. Gue belum dengerin dan kasih saran. Makasihnya simpen nanti."

Hanna menghela nafas. Helaannya terasa berat membuat Gana merasa itu terlalu memaksa. Jadi cowok itu segera meralat. "...atau nanti aja juga gak papa. Sesiap lo."

"Gue gak bakal marah." Gana menyela dengan nada yakin. "Gue gak bakal marah, kalau itu yang lo takutin sekarang."

Selanjutnya, Hanna menghabiskan waktu berbelas-belas menit untuk menceritakan hubungannya dengan Jeff mulai dari nol. Puncaknya ketika tiba-tiba Jeff mengambil KTP-nya, lalu kerikil mulai bermunculan, menghalangi jalannya untuk memperbaiki hubungan dengan lelaki itu, lalu yang paling baru adalah tentang Jason yang ikut campur.

"Tell me, Han," Gana menatap lurus pada Hanna. "Lo mau gue gimana sekarang? Apa dengan bikin dia masuk rumah sakit itu cukup buat lo atau bikin dia koit sekalian?"

"Jesus, please. Gue mohon jangan memperkeruh semuanya. Setelah apa yang dilakuin bokap dia ke gue, gue udah tahu gimana harus gimana, Gan. Gue gak mau berhubungan lagi sama Jeff. Please? Understand me?"
**

Gana lagi sama Juno siang ini. Bukan niat janjian makan siang bareng, sih, cuman karena gak sengaja ketemu aja jadi mereka sekalian satu meja.

Kantin lagi rame-ramenya. Like, rame banget. Padahal ini hari Jumat. Udah mau Sholat Jumat dan harusnya perlahan kantin lebih sepi, tapi kayaknya orang-orang lebih banyak yang niatnya mau skip, deh. Gana sama Juno bukan salah satunya, kok. Bahkan Gana udah mau cabut ke masjid kalau aja dari tadi Juno minta tungguin mulu.

jeff, please.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang