05. Can I Kiss You?

51.6K 4.4K 292
                                    

"i'm hopin' you pick up the phone
and ring me when you wanna stay overnight
my shoulders right
my baby is all that i want."

Peach Tree Rascals - Mariposa

**

Hanna gak kaget sama sekali dengan kecupan tiba-tiba dari Jeff tadi. Dia udah hafal di luar kepala watak cowok kayak begitu. Namanya juga buaya darat. Malah kalau adem-adem aja, gak ada skinship yang terjadi, itu malah aneh. Dia udah biasa berhadapan dengan cowok kayak gitu. Gak ada yang spesial dari cara Jeff mengecupnya, gak ada yang bikin gemeter atau mules dari kelakuan Jeff selama ini. Gak kayak Juna Erlangga dulu yang sekali ngerangkul aja Hanna udah mesem-mesem.

Hm, kenapa jadi Juna lagi, batin Hanna sebal.

Gana ngelirik Hanna lewat ekor matanya. Cewek itu lagi hanyut asik ngeliatin jalanan selama Gana nyetir. Gana membelokkan kemudi, terus tiba-tiba berdeham. "Jadi lo lagi deket sama cowok baru?"

Tanpa menoleh, Hanna jawab. "Bukannya lo udah biasa liat gue ganti gebetan?"

"Yang ini keliatan beda."

"Bedanya?"

"Lo sampai main ke kosan dia, the fuck. Sejauh apa sama yang ini?"

Hanna melirik Gana malas. "Kebetulan doang, kali."

"Dia penganut aliran Irwansyah, lo tahu?"

"Hah?"

"Pecinta wanita tapi gak mau ngaku kalau buaya."

Hanna langsung ngakak. Tapi kemudian dia mengangguk. "Tau, lah."

"Jadi tahu juga, kan, yang harus lo siapin?"

"Gana, my love." Hanna menegakkan punggungnya, memilih berganti menyandarkan tubuh ke pintu mobil dan ngehadap Gana. "Lo kenal gue berapa lama, sih?"

Gana mengangguk paham dengan kalimat terselebung dari Hanna.

"Gak ada yang perlu lo khawatirin," lanjut Hanna. "Oke?"

"Okay."

••

Hanna pikir dengan tidur seharian bisa bikin demamnya turun. Dia udah yakin sama asumsinya. Apalagi usai Hanna bangun pukul lima sore, cewek itu emang udah gak kenapa-kenapa. Panasnya mendingan, pusingnya udah hilang, dan badannya mengeluarkan keringat yang kalau kata orang tua, semakin kita berkeringat banyak pas sakit, itu tandanya kita mau sembuh.

Jadi karena ia bangun dengan badan lengket, Hanna memutuskan untuk mandi air dingin. Hal yang bodoh banget buat dilakuin karena yang ada, di pukul sembilan malam, kosan Hana yang ber-ac itu tiba-tiba membuat badannya menggigil. Jelas gak kayak biasanya. Kepalanya kembali berkunang-kunang dan suhu badannya jadi anget lagi.

Hanna mengumpat pelan. Menyumpahi tubuhnya yang belakangan jadi sensitif. Capek dikit, sakit. Makan telat dikit, maag-nya kumat. Minum es dikit, batuk.

Ia memiringkan posisi tubuhnya yang sedang tidur di atas ranjang, merogoh ponsel di bawah bantal, lalu mencari kontak Gana disana. Berniat merepotkan cowok itu lagi. Tapi baru juga panggilan diangkat, yang terdengar malah bunyi musik berdentum kencang dari seberang sana, sangat memekakkan telinga. Hanna berdecak, tanpa berkata apapun langsung mematikan telepon.

Gana lagi asik joget, dan menyuruh Gana menemuinya hanya akan makin merepotkan Hanna sendiri karena Gana versi mabuk jadi sangat menyebalkan.

Kali ini jemarinya bergulir mencari nama Juno, mengetikkan pesan cepat disana. Hingga pada hitungan detik, ia langsung mendapat balasan.

jeff, please.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang