01. Jeff Raksakatama

135K 5.8K 408
                                    

"Lo sinting?"

Hanna benar-benar tak habis pikir dengan cowok di depannya, Juna Erlangga alias mantan pacar yang sudah ia putuskan karena ketahuan selingkuh dengan temannya sendiri satu bulan lalu itu- tiba-tiba muncul di depan gedung fakultasnya. Dengan embel-embel menyesal dan masih cinta, Juna memaksa Hanna untuk kembali menjalin hubungan lagi.

Hanna mendesah frustasi.

Siapapun tolong tendang kepala Juna agar sadar siapa yang satu bulan lalu bilang kalau Juna lebih puas 'bermain' dengan selingkuhannya daripada sama Hanna?

"Han, gue masih sayang sama lo. Demi Tuhan gue—"

"Gak usah bawa nama Tuhan. Lo gak malu nyebut Tuhan sedangkan kelakuan lo kayak anjing?"

Oke, kalimat ini terasa salah karena Hanna sebenarnya juga masih makhluk Tuhan tapi kelakuannya sama-sama kayak tai kucing. Tapi bodo amat, Hanna sangat marah saat ini.

"Hanna, bukannya lo masih sayang sama gue? Terus kenapa lo gak mau balikan?"

Tangan Juna bajingan Erlangga hampir meraih pundaknya, tapi Hanna langsung menepis kasar, menjauh selangkah. "Gue? Masih sayang sama lo?" tanyanya mencemooh.

Kalau ada pilihan dimana Hanna harus mengambil salah satu keputusan antara balikan sama Juna atau mencium bibir kambing, kayaknya Hanna bakal lebih ikhlas memilih yang kedua. Hanna sudah terlanjur benci dengan Juna.

"Atau jangan-jangan lo udah punya pacar? Jangan-jangan lo sebenernya punya selingkuhan pas masih sama gue makanya lo cepet-cepet mutusin gue dan ngelampiasin kesalahan di gue?"

Kepala Hanna hampir pecah. Emosinya sudah berada di ubun-ubun. Jadi ia balas berteriak.

"Kalau iya kenapa?! Gue emang udah punya pacar tapi gue gak pernah selingkuh selagi gue masih punya pacar!"

Mata Juna berkabut. "Siapa? Cowok mana yang mau macarin bekas gue?"

Bekas, katanya?!

Hanna menyeringai, sangat kontras dengan otaknya yang sedang berpikir keras untuk menjawab pertanyaan Juna. Lalu sekelibat memori percakapan Hanna dengan Jennie, teman satu kosnya, muncul di udara.

"Sumpah, lo gak tahu Jeff?"

"Jeff itu cowok paling ganteng se-HI, Hanna!"

"Sini sebutin cogan kampus kita, pasti bakal kalah ganteng sama Jeff."

Hanna memejamkan mata, sudah tak bisa berpikir jernih. Ia angkat kepalanya tinggi-tinggi, menyombongkan diri di depan Juna, lalu dengan bodohnya, ia berbohong. "Lo tahu Jeff anak HI? Dia cowok gue. Dia cowok yang mau macarin 'bekas' lo."

"J-jeff? Jeff Raksakatama?" tanya Juna tak percaya.

Hanna diam. Namanya Jeff siapa, ya? Gue juga kagak tahu.

Kurang sial apa hari ini. Di bawah terik panas matahari, Hanna harus berteriak macam orang kesurupan karena bertengkar dengan mantan gilanya di depan gedung fakultas, lalu berbohong dengan membawa nama orang lain, dan lebih gilanya, secara tiba-tiba, pundaknya dirangkul dari belakang. Hanna tidak tahu siapa, ia terlalu kaget untuk menoleh. Tapi dari jarak sedekat ini, Hanna bisa mencium parfum super wangi dan memabukkan dari tubuh yang memeluknya.

"Iya, gue cowok dia."

Suara serak bariton itu terdengar. Hanna mengangkat kepala, menoleh, dan menemukan cowok dengan jas almamater warna biru tua berbicara dengan tenang. Tatapannya mengintimidasi.

Juna terlihat meneguk ludah.

Memangnya siapa yang tak kenal Jeff Raksakatama?

Jika mahasiswa di kampus mereka selalu memberi label Jeff dengan sebutan tukang mabuk, tukang gonta-ganti cewek, tukang ribut, dan tukang-tukang dengan sebutan buruk lainnya, maka mahasiswi menjuluki Jeff dengan 'cowok paling ganteng seantero kampus'.

"Jadi, bisa lo ngomong yang sopan sama cewek gue?"

Tanpa membalas apapun, Juna meludah di depan Jeff lalu berbalik badan meninggalkan Jeff dan Hanna disana. Keduanya kemudian hening.

Usai memastikan sang mantan sudah tak terlihat dari jarak pandangan, Hanna langsung menepis kasar tangan cowok di sampingnya yang bertengger di pundak. "Thanks bantuannya."

Tanpa basa-basi lagi, Hanna sudah bersiap pergi dari sana. Masih banyak urusan yang harus ia kerjakan mengingat ini masih pukul satu siang dan rapat akan terlaksana satu jam dari sekarang.

Tapi sepertinya Jeff tidak bisa membebaskan Hanna begitu saja. Laki-laki itu dengan cekatan menarik lengan tangan Hanna. "Eits. Lo mau kemana?"

Hanna mengangkat kedua alis tinggi-tinggi. "Apa urusan lo?"

Jeff tersenyum miring. "Gue harus tahu pacar gue mau kemana, dong?"

Hanna melepas paksa genggaman Jeff. "Gila."

"Bukannya lo seharusnya bilang maaf karena tiba-tiba nyebut nama gue gitu aja? Memasukkan orang asing ke dalam urusan lo?"

"Sorry."

Jeff mengangkat tangannya, mengajak Hanna berjabat tangan. "Gue Jeff Raksakatama. HI 2019."

Hanna menghela nafas. Mau tak mau harus menerima uluran tangan itu. Ia tahu barusan ia memang bersikap tidak sopan karena membawa cowok itu masuk ke dalam permasalahannya.

"Hanna Nadinia."

"Jurusan?"

Hanna melirik gedung di belakang punggungnya. Jeff langsung mengangguk. "I see. Psikologi angkatan berapa?"

"2019. So, gue udah boleh pergi sekarang?" tanya Hanna mulai jengah karena yang ia tangkap dari beberapa menit berhadapan dengan seorang Jeff Raksakatama adalah... cowok itu playboy tingkat maksimal.

Caranya bicara, bagaimana cowok itu menarik senyum, menggerakkan gestur tubuh, Hanna sudah tahu seperti apa Jeff yang selama ini diagung-agungkan Jennie.

"Boleh pergi kalau lo udah kasih nomor WhatsApp lo."

"Buat apa?"

"Lo cocok jadi pacar gue."

Tanpa berkata lagi, Hanna berbalik badan, berlenggang pergi meninggalkan cowok yang mengaku bernama Jeff Rese-katama itu.

Jeff melambaikan tangannya, kini tak lagi menahan gadis itu. "See you, Hanna!"

•••

YUK KENALAN DULU SAMA MAS JEFF KU YANG CAKEP SANGAT.

YUK KENALAN DULU SAMA MAS JEFF KU YANG CAKEP SANGAT

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
jeff, please.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang