Jeff gak tahu apa yang ada di pikirannya tadi, sampai-sampai dia membaca ulang pesan yang dia kirim sekitar setengah jam yang lalu kepada nomor yang sudah ia beri nama Ochi di kontaknya. Jeff mendesah gusar, masih gak habis pikir kenapa usai mengirimi pesan, Jeff semakin gelisah. Hei, ia tahu ia terlalu tergesa-gesa jika mendekati perempuan baru sedangkan urusannya dengan Hanna belum selesai seratus persen.
Tapi Jeff gak bohong kalau bilang dia butuh pelampiasan. Dan berbotol-botol alkohol yang belakangan menemaninya di tengah patah hati yang dia rasakan karena Hanna, masih tidak membantu. Jadi Jeff pikir tidak ada salahnya mencoba apa yang Deril sarankan.
Jeff memandangi lagi pesan yang belum mendapat balasan dari seberang sana.
Jeff
Rosi|
Sorry banget tadi Deril rese minta nomer lo|Rosi
|Hei, Jeff
|No problem, it's totally okayBayangan kenangan antara dirinya dengan Hanna selama ini membuat Jeff tiba-tiba terpaku. Dia mengerjap. Semua yang ia lakukan detik ini terasa salah.
Jeff menengadahkan kepala, merasa frustasi. Ia kembali menunduk kemudian, dengan cepat jemarinya mengetik balasan untuk Rosi.
Jeff
How you've been?|
You've been good?|Rosi
|I am genuinely good
|How about you? You good?Jeff
Not really|
Belakangan lagi berantakan|Jeff kembali mengetik sesuatu disana usai melirik jam dinding.
Jeff
Lagi dimana?|
Can i take you out?|Dan atas pesannya tersebut, itu adalah alasan kenapa di malam ini pukul sepuluh, Jeff tengah duduk di Argo Bar and Cafe—kafe yang berada di rooftop hotel mewah Jakarta, mengambil tempat duduk di paling pinggir untuk menikmati pemandangan yang disajikan disana—bersama gadis cantik yang rambutnya sedang digerai indah. Rosi Zeanne.
Dulu ketika Rosi meminta Jeff berhenti menghubunginya lagi, laki-laki itu tak punya pilihan selain menurut. Dengan hati yang luar biasa kacau, ia coba merelakan gadis itu mengejar impiannya. Toh, di negeri orang sana, Rosi bukan berniat menjalin kisah asmara dengan orang lain, Rosi hanya akan melanjutkan studinya di kampus yang lebih baik. Jadi kenapa Jeff harus marah?
Tapi sekalipun ia tak marah, tak pernah sedikitpun terbayang di benaknya bahwa jika Rosi kembali nanti, ia akan kembali mendekat. Tidak. Ia tidak pernah punya rencana seperti itu. Apa lagi setelah Hanna datang dan membawa warna baru. Apa yang harus Jeff sesali atas kepergian Rosi jika kehadiran Hanna membuatnya merasa bahagia sepuluh kali lipat? Tidak ada.
Namun kemudian, Hanna mengecewakannya. Perempuan yang sudah diberi segenap hatinya itu menghancurkan perasaannya. Jeff sampai merasa mati sesaat, tak bisa menikmati hidup, tak bisa bernafas dengan tenang setiap kali mengingat bahwa apa yang selama ini ia lakukan dengan Hanna tak lain hanyalah sebuah permainan semata.
"Gimana NYU?" Jeff membuka suara. "You look happier."
"NYU emang impian gue dari SD, Jeff. Jadi gak ada alasan buat gue gak seneng selama disana."
Jeff mengangguk-angguk.
"Tapi Jakarta juga gak pernah gagal bikin aku senyum. Kangen banget sama kota ini," lanjut gadis cantik itu kemudian. "Omong-omong, it's nice to meet you again."
Jeff menoleh, menyunggingkan sedikit senyum disana. "Me too."
"Gue keinget pernah stalking feed IG lo dulu, penuh sama foto satu cewek yang sama. Cantik. Gue tebak itu pacar lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
jeff, please.
Romance[21+] "they say all good boys go to heaven but bad boys bring heaven to you." 18/11/20 - 09/09/21