07. Batas Suci

49.9K 3.7K 259
                                    

"i don't wanna be your friend
i wanna kiss your neck."

The 1975 - fallingforyou

**

Sembilan puluh menit digunakan Jeff dengan sebaik mungkin. Laki-laki itu terus mengorek pertanyaan tentang kehidupan pribadi Hanna. Walaupun gak banyak juga yang dijawab oleh gadis itu.

"Last question," Jeff menggoyang-goyangkan gelas sloki di tangannya. Ia menatap Hanna yang pipinya sudah agak memerah karena alkohol. "Misal. Misal gue bilang gue mau lo, apa lo ngebolehin?"

"Are you talking about that thing?"

Jeff mengangguk. Matanya melirik ke benda di dalam celananya, membuat Hanna ikut melirik kesana. Gadis itu berdecak. "Fuck, Jeff?" pekik Hanna terkejut melihat benda Jeff yang memang sedang berdiri.

Jeff menghela nafas kasar. "Yes, please do, Han."

"A—wait, Jeff—no. Jangan pegang-pegang."

Gadis itu panik. Hanna mundur ketika Jeff mendekat. Tapi bagaimana dia bisa mundur jika di belakang punggungnya saja tembok. Tapi sebrengsek-brengseknya Jeff, cowok itu gak pernah suka main sama cewek yang sebenarnya gak mau diajak main. Jadi Jeff kembali duduk tegak, tubuhnya tak lagi condong mendekat.

"Sejak kapan?"

"Apanya?"

Hanna menunjuk celana Jeff. "That."

"Sejak lo bangun tidur, kali. Cowok normal juga selalu berdiri kalau pagi. Apa lagi gue yang baru melek disuguhin elo?"

Hal yang tak pernah Jeff duga sebelumnya, gadis itu tiba-tiba berdiri dari duduknya di atas karpet. "Oke, ayo."

Jeff kaget, jelas. Ia berdiri dengan cepat. "Hah? Lo mau?"

"Lo udah gak mau?" Hanna balik nanya.

Jeff membawa Hanna untuk mendekat ke ranjang. Ia duduk di tepi sana, lalu Hanna mengambil posisi duduk di pangkuannya. Ketika tangan Jeff sudah meraba pinggangnya dari dalam kain gadis itu, Hanna menjauhkan wajah mereka.

Jeff mengernyit tak terima. "Han?!"

"Jeff, we need condoms."

"Gue bawa. Kemarin sebelum ke kosan lo, gue mampir ke minimarket."

"Oh, wow? Bahkan lo udah nyiapin rencana buat ini matang-matang padahal lo tahu gue nyuruh kesini karena gue sakit?"

Jeff menyengir tak menjawab. Harusnya Hanna tak perlu meragukan perlengkapan Jeff setiap kali ingin menemui gadis itu.

••

Jeff menarik Hanna mendekat. Ia merengkuh tubuh Hanna yang bagian atasnyapolos, tidak dengan bagian bawahnya. Cowok itu merapatkan tubuh keduanya, menciumi rambut Hanna. "Thank you."

Hanna tak menjawab, tapi jelas cewek itu dengar.

"Kenapa gak bilang aja, sih, dari awal kalau lo lagi mens?" tanya Jeff sebal. "Tau gitu dari awal gue gak ngajakin."

"Halah, tapi seneng kan, lo, udah gue bantuin?"

"Tapi tetep aja sebel, lo udah bohongin gue pake nanya kondom."

Hanna tertawa mencemooh. "Makan, tuh, kondom."

"Kalau lo udah selesai mens, gue bakal nagih part 2."

"Tergantung mood."

"Harus maulah. Gue gak suka berhutang budi." balas Jeff beralibi. "By the way, Han."

"Apa?"

"Kita udah sampai begini. Lo masih gak mau jadi pacar gue?"

Hanna menggeleng tegas.

"Kenapa?"

"Pertanyaan yang sama. Kenapa? Kenapa harus pacaran? Kalau emang lo butuh nuntasin hasrat sama cewek, emang lo harus macarin mereka satu-persatu? Gue tebak bukan gue dong, kan, yang pernah begini sama lo?"

"But i like you."

"Lo cuman penasaran."

"Han..."

"Jawaban gue gak berubah, Jeff."

Jeff menatap lekat Hanna, berharap tatapan tersebut bisa menghancurkan keras kepalanya gadis itu. Tapi Hanna dengan berani membalas tatapannya, menantangnya. Jeff jelas kalah. Tak punya kuasa untuk memaksa.

Cowok itu akhirnya maju, mencium Hanna lagi, melampiaskannya lewat pagutan manis dan Hanna tak menolak.

Mungkin takdir mereka hanya sebatas ini.

•••

jeff, please.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang