29. Awal Dari Rencana

479 32 41
                                    

Saat sedang mengiris daging, ponsel Su Ryeon berbunyi. Ia heran siapa yang menelepon sepagi ini, begitu pula dengan Seok Kyung. Su Ryeon membersihkan tangannya menggunakan tissue kemudian mengambil ponselnya dan melihat nama yang ada di sana.

"Siapa eomma?" Tanya Seok Kyung penasaran.

"Ah ini panggilan dari rumah sakit, Sebentar eomma angkat dulu."

"Yeoboseyo..."

"Yeoboseyo, Selamat pagi Nyonya Shim , kami dari rumah sakit Gangnam, ingin menginfokan bahwa pasien atas nama Joo Hye In menghilang. Pasien tidak ada di ruangan rawatnya dan saat ini pihak Rumah Sakit sedang berupaya mencari di seluruh RS namun pasien masih belum ditemukan."

"Ne?! Astaga! Bagaimana bisa?!" Su Ryeon yang sangat terkejut meninggikan suaranya. Seok Kyung yang tadinya hanya memperhatikan eommanya mulai mendekati dan berdiri di sebelahnya dengan perasaan bingung melihat raut wajah eommanya sangat khawatir.

"Jwesonghabnida atas kelalaian kami. Bisakah anda kemari sekarang?"

*jwesonghabnida= maaf*

"Ne..ne... saya akan kesana..." menutup panggilan tersebut.

"Eomma.. ada apa?" Memandangi wajah eommanya yang sangat panik.

"Hye.. Hye In menghilang.. sebentar.. eomma akan menelepon appa."

Saat Su Ryeon hendak memencet nomor suaminya, pintu penthouse terbuka. Terlihat Dan Tae dan Seok Hoon berjalan memasuki penthouse. Su Ryeon yang mendengar suara pintu langsung bergegas mendekati suaminya.

"Yeobo...."mendekati suaminya dengan tergesa. Seok Kyung juga mengikuti Su Ryeon dan berdiri di sebelah Seok Hoon.

"Ya? Ada apa? Kenapa kau terlihat panik?" Memegang lengan istrinya.

"Tadi... pihak rumah sakit menelepon ku terus memberitahu kalau Hye In tidak ada di kamarnya. Bagaimana ini yeobo?"

"Mwo?! Kenapa dia.. astaga anak ini.."

"Hye In menghilang eomma? bagaimana bisa?" Tanya Seok Hoon. Su Ryeon hanya bisa menggelengkan kepalanya.

"Coba telfon dia eomma.." usul Seok Kyung. Kemudian Su Ryeon memencet nomor Hye In, setelah lama menunggu, Hye In tak mengangkat Ponselnya. Setelah ia mencoba lagi, ponsel Hye In menjadi tidak aktif

"Astaga... ponselnya dimatikan." Meremas ponsel miliknya.

"Baiklah kalau begitu ayo, kita mencarinya. Kau tunggulah di rumah yeobo..." belum selesai Dan Tae menyelesaikan kalimatnya Su Ryeon memotongnya.

"Ani.. aku juga mau mencarinya. Aku sungguh tak tenang yeobo."

Awalnya Seok Kyung kesal saat melihat orangtuanya sangat panik karena Hye In. Namun seketika ia memikirkan ide yang sangat bagus di kepalanya.

"Kami juga boleh ikut kan eomma? Appa? Aku akan berangkat dengan appa, dan oppa dengan eomma. Bagaimana? Akan lebih baik jika kita berpencar mencarinya, lebih efisien." Usul Seok Kyung.
Seok Hoon heran karena adiknya yang tiba-tiba ingin membantu orangtuanya untuk mencari
Hye In. Seok Hoon menatap Seok Kyung dengan tatapan bingung dan meminta penjelasan pada adiknya, kemudian Seok Kyung memberikan kode tanda ia akan menjelaskannya nanti.

"Benar, lebih baik seperti itu. Kalau begitu appa akan mengambil kunci mobil dulu."
Ucap Dan Tae kemudian berlari ke kamarnya dan mengambil kunci.

"Terimakasih anak-anak, ah ya, eomma mau mengambil tas di kamar." Kemudian Su Ryeon pergi ke kamar.

Seok Hoon menyenggol lengan adiknya. Ia masih kebingungan dengan sifat adiknya.
"Seok Kyung~ah, kenapa kau tiba-tiba peduli padanya?"

"Haish oppa jinjja baboda.... kau kira aku mengusulkan itu karena peduli padanya? Tentu saja tidak. Malah aku berharap dia tak pernah di temukan."

PRECIOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang