07. Rahasia Yang Lain

575 165 8
                                    

"Tuan memanggil kami hanya untuk itu?" tanya Travis.

Noah menganggukkan kepala. Setelahnya, ia menghilang begitu layar besar tersebut hilang juga. Sekarang mereka duduk melingkar. Setiap mata tertuju pada Jun dan David. "Apa rahasia yang Tuan bicarakan pada kalian?" tanya Justin.

"Tuan berkata kalau ini rahasia ku dan rahasianya, bukan rahasia kita semua. Baik aku maupun David takkan mengatakannya, meskipun kalian teman kita. Tapi, kami yakin ada satu diantara kalian yang berkhianat." kata Jun menatap tajam satu-satu orang yang ada di sana.

Para manusia diam. Mereka tak mengerti apa yang terjadi, apa yang dimaksudkan oleh tulisan tadi dan.. siapa orang yang ada di layar besar tadi?

Mereka tak mengenalnya.

"Aku dan Jun terpilih sebagai salah satunya. Tuan pun berkata kalau nanti akan ada orang lain yang terpilih dan menjadi satu-satunya." timpal David yang membuat mereka semakin bertanya-tanya.

Maksud dari ‘terpilih’ itu apa?

"Lebih baik kalian jangan memikirkan rahasia antara aku, Jun, dan Tuan. Kalian jalankan saja tugas kalian. Terutama John, tuan barumu adalah seorang anak kecil. Jaga dia dengan ekstra," lanjutnya.

John mengangguk. Sebenarnya ia malas memikirkan rahasia antara Jun, David, dan Noah. Yang ia pikirkan bagaimana cara untuk melindungi Nayun? Orang jahat bisa menyamar menjadi orang baik.

"Anak siapa ini? Ya Tuhan mengapa sangat lucu?" celetuk Winter yang baru menyadari keberadaan anak kecil.

"Lo kemana aja? Dari tadi ada anak kecil," tanya Arthur. "Aku tertidur tadi," jawab Winter.

"Tidur lagi, tidur mulu, tidur teross," sindirnya. Winter menatap Arthur dengan tatapan tajam. Kenapa ia harus mendapat robot seperti ini?

×××

Seseorang tertawa dengan sangat kencang. "Melindungi? Ia tak menyadari kalau dari dulu, ada salah satu diantara mereka yang berkhianat." Lalu orang itu kembali tertawa.

"Bodoh, kau kira aku takkan diam saja? Aku akan membuat misimu hancur sehancur-hancurnya."

Orang itu tertawa, lagi.

Biasa badut jadi suka ketawa.

×××

Di perjalanan menuju pulang, Arthur menatap minuman dingin yang Winter minum. Terlihat begitu segar dan membuat hausmu hilang seketika. Robot itu meneguk ludahnya sendiri— eh tunggu, robot mana ada ludah kan ya?

"Winter, mau dong.." ucapnya yang membuat Winter menoleh. Gadis itu menyodorkan airnya, tangan Arthur mengambil air tersebut. Robot itupun langsung meneguknya hingga habis.

"LAH LO KAN ROBOT NGAPAIN MINUM KAMPRET?!" teriak Winter begitu menyadari kalau Arthur adalah robot.

Sudah cukup ia membereskan kamarnya yang berantakan karena ulah robot itu, kali ini jangan sampai rumahnya jadi korban.

Karena asik melihat Arthur minum, gadis itu sampai tak menyadari ada seseorang yang menghalangi jalannya. "Eh woi jangan ngalangin jalan, aduh jidat orang cakep lecet." kata Winter sambil mengelus keningnya.

Begitu mata Winter terbuka, keningnya mengernyit, "Yoonbin? Apa yang kau lakukan disini?" tanyanya.

Yoonbin tersenyum miring, matanya terus menatap Winter dengan tatapan yang tak dapat diartikan. Merasa tak beres, Arthur mendorong Winter ke sisi kanan dan mendorong Yoonbin hingga tersungkur ke belakang. "Lo mau apain majikan gue?" tanya robot itu dengan tatapan kesal.

"Gue gak mau apa-apain majikan lo, tapi kayaknya dia lebih baik masuk ke pasukan gue daripada masuk ke pasukan lo yang sampah," jawab Yoonbin.

Kemana David?

"Lo gak akan semudah itu ambil dia, hancurin gue dulu." desis Arthur dan berjalan menjauh dari Yoonbin, ia menghampiri Winter dan membantunya berdiri.

Sementara lelaki itu, melipat tangannya di depan dada. "Gak masalah, suatu hari nanti gue bakal hancurin lo dan bunuh Noah, lalu gue bakal dapat barang berharga itu."

Beralih ke Arthur yang meminta maaf pada Winter karena mendorongnya hingga terjatuh. "Gak papa kok, lagian gak luka juga. Makasih tadi udah gagalin rencana Yoonbin." ujarnya sambil tersenyum.

"Apa yang terjadi sebenarnya?" tanya Winter. Arthur memegang dagunya, ia tampak berpikir. Setelahnya ia menjawab, "Gue gak tahu apa yang terjadi. Ini rahasia antara David dan Jun. Yang gue ingat itu David dan Jun terpilih, bakal ada pengkhianat diantara kita dan salah satu diantara kita juga bakal terpilih lagi."

"Terpilih apaan?"

Arthur menggedikkan bahu. Hanya Noah, David, dan Jun yang mengetahui semua ini. "Kita jalankan saja, kami sebagai robot akan melindungi kalian."

Arthur pun bertanya-tanya, waktu itu ia bertanya pada Winter apakah gadis itu kesepian dan Winter menjawab kalau ia tak merasa seperti itu. Kemarin baru saja ia bermain dengan teman-temannya, wajahnya pun ceria.

Sejak saat itu, Arthur berpikir kalau Noah berbohong. Tak semua orang yang dikatakan adalah orang kesepian, tuan besarnya itu menyembunyikan hal besar.

×××

Begitu sampai di rumah, Mamo mendudukkan dirinya di sofa yang ada di rumah Keita. Sedangkan sang pemilik rumah masuk ke kamar mandi untuk cuci kaki, tangan, muka, dan gosok gigi.

Begitu Keita keluar, Mamo tiba-tiba bernyanyi, "Bangun pagi, gosok gigi, cuci muka, tak mandi."

Keita langsung menatap tajam pada Mamo, "Daripada kau tak mandi sama sekali. Tak mencuci kaki, tangan, dan cuci muka." ucapnya dengan sinis.

Mamo terkekeh, "Aku robot. Tak mungkin aku menyentuh air."

Keita tampak terkejut, tapi setelah itu ekspresi wajahnya kembali seperti semula. Ia sering kali lupa kalau Mamo temannya ini adalah robot. Lelaki itupun berjalan masuk ke kamarnya diikuti Mamo.

Begitu masuk ke kamar Keita, Mamo terpesona sampai secara tak sadar mulutnya menganga. Kamarnya ini lebih indah dari tampilan ruang tengah dan dapur. "Kamarmu indah sekali," ucap Mamo.

Keita tersenyum, "Ini adalah hasil kerja kerasku. Dulu aku meminta ibu untuk merenovasi kamarku. Langit-langit hampir runtuh, tembok bolong, dan kamarku pun tanpa cat. Tapi ibuku tak mendengarnya dan aku memilih untuk bekerja, hingga ini lah yang terjadi."

"Terlihat seperti teknologi dunia di masa depan, sayang sekali tak ada siapapun yang mengetahui kamar ini. Tampaknya aku takkan pernah bosan berada disini," ujar Mamo, Keita terkekeh.

Matanya yang jeli menangkap sebuah tombol merah dipojokan kamar. "Tombol apa itu?" Mamo menghampiri tombol itu dan jari telunjuknya terangkat seakan-akan siap untuk menekannya.

Tapi Keita dengan cepat menghalangi tombol itu dan tersenyum, "Yang ini, jangan sentuh. Oke? Oke."

Keita membalikkan badan Mamo dan mendorongnya menjauh dari tombol itu. Mata Mamo tak lepas dari tombol itu, ia menyimpulkan pasti ada sesuatu di kamar ini.

Ia harus mengetahui sesuatu itu.

Harus.

"Ada apa dengan tombol itu?" tanya Mamo. Keita tampak gugup dan menjawab dengan gagap, "A-ah ada rahasiaku di sana. Kau temanku tapi kau tak boleh mengetahui rahasiaku. Terimakasih karena telah bertanya."

"Bertanya pun dia berucap terimakasih.." gumam Mamo. Keita menutup pintu kamarnya dan menguncinya.

Sebisa mungkin Keita harus menjauhkan Mamo dari tombol itu. Sebisa mungkin Mamo menyentuh tombol itu.

Sebelas Robot PelindungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang