31. Ancaman

223 79 0
                                    

Goro mengintip dari celah kunci pintu kamarnya. Terlihat Kakek yang pingsan di pelukan sang kakak, lelaki itu tersenyum miring kemudian menulis di selembar kertas menggunakan asap hitamnya.

Langkah satu
Status : selesai

"Dengan begini, tak sadar lah kalian untuk selamanya." Goro tertawa begitu keras di kamarnya, giliran ditatap tajam oleh Holland, nyalinya langsung ciut.

Goro tercipta sebagai lelaki anti jera. Dihukum seumur hidup pun ia masih bisa melakukan kejahatan. Langkah satunya yaitu membuat dua orang dan satu robot kuat tak sadar selama beberapa hari.

Sebenarnya Goro sendiri tak yakin, Jaden sudah dilindungi oleh pelindung mantra milik kakaknya. Jadi ia tak bisa mengirim asap hitam pada robot itu.

×××

John, Nayun, dan Yoshi sedang tertawa membaca cerita. Yuna dan Winter asik bercerita sambil mengemil kacang, para lelaki pun anteng memainkan permainan kartu. Sementara sepuluh robot yang lainnya sedang beristirahat, mengisi dayanya yang sudah terkuras habis.

Seseorang langsung membuka pintu tanpa diketuk, membuat keramaian di kamar itu langsung lenyap. Orang itu adalah Holland, pria tersebut mengembangkan senyumnya dan masuk ke kamar kemudian mengunci pintu.

Yuna dan Winter merasa malu karena hari itu mereka refleks berteriak oppa. Harusnya kan Appa ya, soalnya Holland ayah mereka.

Malu aku malu.

"Kalian belum tidur?" tanya Holland. Mereka semua menggeleng dengan kompak.

Jisung mengambil kesempatan. Ia menukar kartu dan alhasil dia yang menang. Kemudian ia berteriak, "Aku menang! Kalian kalah." Setelahnya, ia menguap.

Holland menggelengkan kepalanya. "Untuk beberapa hari ini, ayah akan ada di luar dunia Distopia. Kalian jaga diri. Usahakan jangan lecet sedikit pun dan jaga diri."

"Lho? Kok sudah mau pergi saja? Kita kan baru bertemu beberapa jam yang lalu?" tanya Mahiro sambil menghirup asap yang keluar dari botol ajaibnya. Menurutnya, asap itu wangi, dan kalau dijilat rasanya pasti manis.

"Mahiro, jangan banyak-banyak menghirup asap itu. Nanti kamu diabetes, hahaha." tegur Holland. Mahiro langsung menutup botolnya dan menaruhnya, ia tersenyum tanpa dosa.

"Ayah ada urusan. John, saya titipkan Nayun dan Yoshi padamu. Noah dan Arata keadaannya tidak baik-baik saja." titah Holland yang diangguki John.

"Ayahku kenapa, Paman?" tanya Yoshi.

"Dia pingsan. Tampaknya dia kecapekan dan lupa mengisi perutnya." Yoshi mengangguk mendengar jawaban Holland, "Nanti Yoshi omelin ayah!"

Holland sudah siap dengan baju, uang, semuanya. Termasuk benda ajaib yang sudah lama tak dipakai olehnya. Benda ajaib ini berbeda dengan milik Jaden, tentu saja lebih kuat, gagah, dan tampan.

"Arata? Siapa?" tanya Keita sambil melahap makanan ringan yang ada di kamar.

"Yang biasa kalian sebut kakek. Kalau begitu, ayah pergi dulu. John, ingat apa yang saya ucapkan dan kalian semua harus jaga diri. Ingat, usahakan jangan lecet!" Ia keluar dan meninggalkan tanda tanya besar ke semua anaknya.

Tapi detik berikutnya kamar kembali bising. Pintu kembali dibuka dan mereka mendapat teguran, "Tidur! Kalian belum tidur!"

"Baik, Ayah!"

Yahahaha dimarahin, kesian.

×××

Berada di dunia luar yang bukan miliknya membuat Holland menghela nafas. Dunia ini lebih luas.

Tidak, Holland bukan datang ke dunia kita. Dia datang ke dunia Arnius.

Itu yang membuatnya menghela nafas. Lebih luas tapi lebih kotor dan bau. Bagaimana bisa Arnius dan keluarganya betah tinggal disini?

Holland bodoh, kekuatannya hanya setengah dari Arnius dan malah memutuskan mendatangi lelaki itu. Arnius orang jahat yang memiliki otak licik. Ia akan diam saja saat diserang oleh Holland dan ketika lelaki itu melemah, barulah ia membalas.

Jadi tujuannya kesini bukan untuk bertarung. Melainkan berbicara.

Yang dibicarakan datang yang tatapan meremehkan. "Adik pertama ku, apa yang membuatmu datang ke dunia bau dan kotor ini?" tanyanya.

Holland mendengus, "Aku tahu kau yang membuat rencana agar Noah dan Kakek pingsan di hari yang sama kemudian kau menyuruh Goro untuk memberi asap hitam pada Jaden agar robot itu rusak."

"Pintar. Tak sia-sia ayah memilihmu sebagai pemilik Distopia selanjutnya. Lalu apa? Kalau kau datang kesini untuk melawanku, ada baiknya kau pergi saja."

"Kematian Yujin di tangan pihak ku adalah keberuntungan untukku. Kau tak sadar kalau itu adalah balasan dari semua yang kau lakukan? Padaku, pada Arata, dan semua orang?" tanya Holland.

Tatapan meremehkan itu berubah menjadi tatapan penuh kebencian. "Kau berbahagia atas kematian anak bungsuku? Pemimpin Distopia bahagia atas penderitaan orang lain?!"

Holland tiba-tiba teringat dengan kedudukannya. Kemudian ia menggelengkan kepalanya melupakan hal itu. "Memangnya kenapa? Aku berkata fakta. Tak sepertimu yang berkata tidak-tidak tentang Arata di depan keluarganya."

Woosh!

Arnius menyerang adiknya dengan tangannya. Menyebabkan luka di lengan kanan bagian atas, tapi apakah Holland meringis atau bergerak dari tempatnya? Tentu saja tidak.

"Kenapa? Tak punya tenaga untuk melawan?" tanya Arnius.

Holland tersenyum miring, "Aku datang kesini hanya untuk berkata berhenti melakukan hal kotor pada duniaku melalui Goro!" tegasnya.

"Kau pikir aku akan menuruti perintahmu? Kau siapa? Hanya orang yang merebut tahta yang seharusnya jadi milik Goro." sahut Arnius

"Pembunuhan dan bermain dengan banyak perempuan di dunia manusia. Goro membunuh adiknya demi mendapatkan tahta, seharusnya Goro dihukum mati akan hal itu," ujar Holland.

Arnius mencekik adiknya dengan kuat sampai leher Holland berdarah. Holland menendang perut kakaknya hingga Arnius tersungkur dan dia terjatuh ke tanah. Pria itu bangkit dan berucap, "Aku sibuk. Tak punya waktu untuk bermain denganmu. Jika kau benar-benar menyayangi Goro, aku akan mengusirnya dari Distopia."

"Kalau Goro sampai diusir dari dunia Distopia, bagaimana aku menjalankan balas dendam ku?"

"Kau pikir aku benar-benar menyayangi Goro? Tentu saja aku hanya memanfaatkan anak tak berguna itu. Jika kau ingin mengusirnya, usir saja. Dengan begitu, tak ada lagi ancaman yang digunakan!" seru Arnius.

Holland merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah benda berwarna hijau, benda yang tak menyala itu tiba-tiba menyala ketika dikeluarkan.

"Ini adalah benda berharga mu dari ayah. Aku yakin kau menginginkan ini sampai sekarang. Jika kau tak memberhentikan rencana mu, selain mengusir Goro, aku akan melempar benda ini dari ketinggian lalu pecah. Dan.. bruk! Prang! Pecah."

Saat Arnius akan merebutnya, Holland langsung kembali ke dunianya dan menghela nafas lega.

"HOLLAND SIALAN!"

Sebelas Robot PelindungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang