40. Akhir Dari Semuanya

504 86 6
                                    

Holland sekuat tenaga melepaskan dirinya dari akar-akar yang mengikatnya itu. Ia berjalan menghampiri Jaden yang sudah hancur. Inti-inti dari tubuhnya terlihat, kerusakan parah di punggung dan wajah.

Inti robot itu berkelip. "Kenapa kau melakukan ini, Jaden?" tanya Holland sambil memegang wajah Jaden.

Yang ditanya membuka matanya, "Niatku memberikan ini. Benda ini jatuh dari celanamu. Tapi, aku berhasil melindungi mu, Tuan. Distopia membutuhkanmu, bunuh Arnius dan ambil dunianya."

Teman-temannya langsung berlari menghampiri Jaden. Kakek dan Noah membeku melihat itu. Kini ia menoleh pada sepuluh temannya dan mengembangkan senyum, "Kalian jaga diri dan jaga dengan baik tuan-tuan kalian."

"Tapi, aku juga butuh robot pelindung, Jaden," ucap Mahiro.

Kelip itu semakin cepat, Jaden mendongak menatap tuannya. "Maaf." Kata itu yang keluar dari bibirnya.

"Aku tak bisa menguasai dunia ini, aku akan segera dikutuk. Jaden, ayo bertahan-"

Sebelum Holland selesai berbicara, inti robot Jaden padam. Perlahan mata Jaden tertitup. Jun merebut Jaden dari pangkuan Holland dan berteriak sambil memukul robot itu, "Sadarlah! Kalau kau mati, siapa yang akan membantu Tuan Holland, Kakek, dan Noah melawan mereka semua?! Bangun, Jaden, bangun!"

Kyle menahan tangan Jun agar tak memukul-mukul tubuh Jaden. Ia menegur, "Yang kau lakukan akan membuat Jaden semakin rusak. Noah mungkin bisa memperbaiki Jaden, kan?" Kyle menoleh pada Noah.

Noah menggeleng lemah, "Tak ada robot yang hancur tapi intinya masih aktif. Kalau inti dari salah satu robot ku mati.. aku tak bisa memperbaikinya."

Holland melihat kesedihan Noah dan teman-teman Jaden.

Noah mendekat dan air matanya menetes. Ia ingat saat pertama kali Jaden diaktifkan bersama sebelas robot yang lainnya, melapor, dan datang ke hutan untuk mengambil benda berharga itu. Semua kenangan tentangnya bersama Jaden terputar.

Di tangan Jaden muncul benda berharga. Benda berharga tersebut melayang ke udara. Gagangnya bergerak seakan membentuk semua nama.

Yoshi.

"T-tuan, Yoshi masih kecil." adu Noah.

"Yoshi adalah keturunan mu, pedang itu akan memilihnya. Seperti yang kau ketahui, jika pedang itu tak digunakan dalam 10 tahun, benda itu akan mencari tuan baru," sahut Holland.

Lelaki itu berdiri, benda yang diberikan Jaden adalah kalung berwarna hijau. Benda berharga milik Arnius yang baru dikeluarkan saat Arnius terlanjur melakukan kejahatan.

Arnius tak bisa memegangnya, tapi bila benda itu hancur, sebagian besar tenaga Arnius akan hilang. Ia tak bisa melawan.

Arnius berjalan dengan cepat ke arah Holland. Namun, adiknya lebih cepat untuk menghancurkan benda berharga itu.

Suara kaca pecah terdengar. Disusul dengan suara teriakan yang begitu kencang. Semua orang menoleh pada Arnius yang terduduk di tanah, cahaya berwarna putih keluar dari dadanya.

Dan kemudian cahaya putih itu tersalur pada Jaden. Noah membelalak, "KENAPA BISA?!"

"JADEN, KEMBALILAH PADA KAMI!" teriak teman-temannya.

Jaden terangkat tinggi. Dirinya berubah. Tempat-tempat kosong itu diisi, setelah lengkap, angin menutup tubuhnya. Ketika angin pergi, mereka rasanya ingin pingsan.

Jaden jadi manusia!

Sama seperti Holland dan Noah. Rambut kuning, kulit putih, dan bola mata berwarna biru. Di tangannya muncul benda berharga lain, di sana terpampang jelas nama Jaden.

Pedang yang begitu tajam, ujungnya mengkilat.

Jaden membuka matanya kala kakinya sudah menyentuh tanah. Ia melihat tangannya dan dibolak-balik, "A-aku manusia?"

Noah berlari dan melompat memeluk Jaden. Sontak Jaden terjatuh ke tanah dan pedangnya-

"Noah, kurasa celanamu robek," bisik Jaden.

Noah membelalak. Ia berdiri dan melihat celananya robek lebar dari paha sampai betis. "Tuan, celanaku robek." Lagi, Noah mengadu.

Holland tertawa, "Masuk lah ke kamar untuk menjahit celanamu."

"Lalu kalian?"

"Tenang saja, kami bisa."

Noah langsung berlari ke kamarnya. Sementara di tempat ini, Arnius terlihat menunduk. Ia memegang dada kirinya, rasanya begitu sakit. Ia menoleh pada Jaden. Si robot yang baru saja berubah menjadi manusia.

"Kenapa bisa robot itu berubah jadi manusia? Kenapa tenaga ku masuk ke dirinya?" tanyanya.

Holland menggedikkan bahu, ia mengarahkan pedangnya tepat di depan wajah kakaknya. "Ada kata-kata terakhir?" tanyanya.

Arnius menancapkan pedangnya ke tanah dan berdiri. "Daripada mati dengan mudah di tanganmu, lebih baik aku mati melawan dirimu," ucapnya.

"Meski tenagaku tak cukup untuk melawan, aku bisa melindungi diriku sendiri-AKH!" Sebuah pedang keluar dari tubuh Arnius dengan penuh darah.

Holland melihat ke belakang Arnius dan mendapati Jaden yang tangan dan baju merahnya semakin merah karena darah. Robot yang baru saja berubah menjadi manusia itu mencabut pedangnya. "Kau tak ingin mati dengan mudah di tangan Tuan Holland, itu berarti kalau yang lain tak apa." Jaden tersenyum miring.

Ia menatap Holland, "Kau takkan dihukum karena membunuh anggota keluargamu sendiri. Sekarang biarkan aku membunuh Goro."

Ia berbalik pada Goro yang sudah memegang pedangnya. Jaden tertawa melihat tangannya yang gemetar, ia maju melawan Goro. Goro semakin mundur dan menyelamatkan dirinya dari goresan pedang tajam yang baru saja keluar itu.

Jaden memelankan kecepatannya, hal itu membuat Goro heran dan terus mundur dengan kecepatan sedang.

Tangan kiri ditaruh di depan dan tangan kanannya berlagak seakan menarik sesuatu. Muncul panah yang terlihat begitu tampan. Ia melepaskan anak panahnya dan pas, tertusuk di bagian jantung Goro.

"Tak ada lagi tokoh jahat, kan?" tanya Jaden. Ia berbalik ke tempat sebelumnya dan melihat mereka semua menatap dirinya aneh.

Holland memecahkan keheningan dengan bertepuk tangan, ia tersenyum lebar dan berjalan menghampiri Jaden. "Kau lebih hebat dari anak-anak ku, keren!"

Anak-anaknya menatap sang ayah dengan tatapan sinis. "Begini-begini juga anak ayah!" ucap mereka dengan lantang.

Holland tertawa, ia mengulurkan tangannya. Jaden membalas uluran tangan itu, berakhir mereka berjabat layaknya pebisnis. "Selamat, kau dan robot-robot mu sekarang adalah bagian dari Distopia."

"Terima kasih karena telah membantu banyak untukku melawan mereka semua, membunuh Goro yang ternyata masih memiliki tenaga, memberikan benda berharga Arnius, aku bangga padamu. Dan benda berharga itu, Ayah memberikannya untukmu," ucap Holland.

"Aku tak menyangka kalau akhirnya akan jadi begini. Aku senang bisa bersama kalian, setelah ini, mari lindungi anak-anak tuan Holland dan Noah bersama-sama!" Setelah Jaden berkata seperti itu, para robot, anak-anak Holland dan anak Noah berlari untuk memeluknya.

"Selamat atas keberhasilan mu. Kau memenangkan pertempuran ini tanpa harus mendapat hukuman karena membunuh saudaramu sendiri. Aku menambahkan Jaden ke daftar orang-orang kuat di Distopia. Aku tak perlu khawatir lagi. Kalian sudah memiliki kekuatan yang kuat."

Suara ayahnya Holland. Suara itu terdengar, Holland tersenyum. "Ya, terimakasih, Ayah."











×××
SELESAI
×××










____
Maaf kalau endingnya tidak memuaskan atau kurang sreg. Maaf kalau cerita ini banyak kekurangan. Terimakasih untuk 2K sebelum tamatnya. Aku mencintai kalian.

Makasih juga lho ya buat yang selalu komen dan vote! ILY 3JT!











Inspired by: BoBoiBoy, Shinbi's House
Selesai: 22 Juli 2021

Sebelas Robot PelindungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang