17. Kegunaan Benda-benda Ajaib

290 90 6
                                    

Noah dan Kakek menyuruh para majikan untuk berdiri dan mengeluarkan benda yang selama ini dititipkan. Saat Winter mengeluarkan listrik, Arthur langsung menatapnya datar. Ternyata Winter memang memiliki rahasia, tapi tak membicarakannya pada Arthur.

"Kerja keras kita tak sia-sia tampaknya, Sung. Membawa meja dari rumah ke tepi hutan. Rasanya punggungku retak," ucap Kyle. Jisung sebagai majikan terkekeh.

Bisa-bisanya Noah memberi meja padanya. Benda sebesar itu untuk apa?

"Aku rasa tanganku lemas tak bisa mengangkat barang lagi, meja ini berat seperti meja yang ada di sekolahku," sahut Jisung.

Kakek dan Noah datang ke hadapan mereka. Noah mengulurkan tangannya dan mengelus rambut Jisung, "Kau adalah orang terkuat disini."

Jisung hanya tersenyum canggung. Kyle menyenggol Jisung dan berbisik, "Ahay Park Jisung digoda oleh Tuan Muda Noah? Xixixi."

"Diam." Kyle langsung diam begitu mendengar suara nada rendah Jisung.

Arthur menghampiri Winter dan melihat lipstik itu, "Warna merah muda. Lo suka warna itu?" tanya Arthur.

"Bisa jadi. Noah ngasih gue warna ini dan dia bilang jangan dipake soalnya ini bukan buat diolesin ke bibir," jawab Winter. Arthur mengangguk.

"Kenapa lo gak bilang ke gue kalau lo dikasih benda ajaib?!" Arthur langsung berkacak pinggang.

Winter tertawa kecil, "Waktu itu gue belum menaruh seratus persen kepercayaan gue ke lo. Jadi gue gak ngasih tahu, hehehe."

"Hehehe lo."

Winter tersenyum paksa.

"Sudah semuanya jangan ribut. Para robot dimohon ke depan— kecuali John, tampaknya Nayun belum terbiasa dengan banyak orang, ya?" tanya Noah pada John.

Matanya mengarah pada Nayun. Sebuah pertanyaan muncul di pikirannya. Saat diberi benda-benda ajaib, Noah masih kecil. Bagaimana Tuan Holland bisa memberikan tepat 10 benda ajaib padahal Nayun belum ada waktu itu?

Lupakan. Sekarang waktunya memberitahu kegunaan benda-benda itu dan cara memakainya. Di urutan pertama ada Hyunsuk. Noah mengambil kacamatanya dan memakainya, melihat seluruh bagian kacamata itu. "Nah, disini ada bulatan kecil. Kau tekan ini dan kacamatamu akan memberi tahu keberadaan target. Nanti kau ambil gagang bagian kiri dan arahkan pada target, secara otomatis gagang itu akan mengeluarkan peluru dan membuat area itu beku."

"Kalau tak ada satu gagang, nanti kacamataku jatuh. Aku tak bisa melihat dengan jelas," ucap Hyunsuk.

Noah mengambil gagang bagian kiri, "Ini sebenarnya dua lapis. Jangan takut."

"Bagaimana bisa kacamata ini tahu kalau itu target?" tanya Hyunsuk. Untuk itu, Noah menggedikkan bahunya tanda ia tak tahu.

"Coba arahkan kacamatamu padaku, apakah aku ditandai sebagai target di sana?" tanya Noah. Ia berjalan menjauh.

Hyunsuk kembali memakai kacamatanya. Kemudian ia menggeleng. "Tuan Holland tak mengatakan apapun tentang ini, mungkin wajah target sudah diatur disini?" ucap Noah tak yakin.

Hyunsuk menganggukkan kepalanya. "Tuan Holland itu..?"

"Ayah kalian."

"APA?! JADI KITA SEMUA SAUDARA?!" teriak mereka semua. Noah hampir saja lompat saking kagetnya. "Kita semua, kita, aku dan Kakek adalah keluarga kalian meski tanpa hubungan darah," ujarnya lalu tersenyum.

Noah kemudian berjalan menghampiri Guno dan Kevin, mereka ada di posisi kedua. "Aku yakin kau tahu kegunaan benda ini," celetuk Noah.

Guno menganggukkan kepalanya. "Dimana pun aku menggambar, benda yang aku gambar akan menjadi kenyataan."

Sebelas Robot PelindungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang