29. Rasa Malu

212 75 0
                                    

"Tapi, Yoshi memiliki kemiripan dengan Jaden," ujar Goro.

"Aku tak tahu wajah Jaden."

"Kau ini, katanya mau balas dendam tapi wajah orang yang akan dibalas malah tak tahu. Aku dilarang keluar, aku tak bisa memfoto Jaden. Aku mengirim asap hitam ini dari kamarku sendiri."

"Jika kau tak bisa membuka pintu dunia Holland, bagaimana aku membalaskan dendam ku dan datang ke sana?"

"Entahlah. Sekarang kita buat Jaden kotor, sekotor-kotornya."

×××

Jaden sedikit meringis kesakitan. Membersihkan diri tak membuatnya jadi lebih baik. Rasa sakit itu kembali muncul padahal ia tak bergerak sama sekali. Ia juga ingin berkumpul bersama orang lain, bukan berada di kotak ini.

Mendengar mereka tertawa bahagia membuat Jaden benar-benar ingin memberontak pergi.

Tangannya mengepal kuat, ia memejamkan matanya merasakan sakit itu, rahangnya mengeras. Ia tak marah, hanya saja rasa sakit ini benar-benar menyakitinya.

"Paman! Jaden terlihat kesakitan!" teriak seorang anak yang tak Jaden ketahui. Seingatnya, orang-orang berkata kalau anak ini mirip dengannya.

Anak kecil dibandingkan dengan robot yang diatur memiliki usia dewasa, darimana miripnya?

Terdengar banyak langkah kaki menghampirinya, Jaden terus memejamkan mata menahan rasa sakit itu.

"Ini tak benar!" teriak Holland panik.

"Tak benar maksudnya apa?"

"A-asapnya semakin hitam," ucap Kakek.

"Apa? Maksudnya?"

"Goro!"

"Goro? Apa? Siapa?"

Tak lagi kuat menahannya, Jaden berteriak sekencang mungkin dan membuka matanya. Mereka semua menutup mata karena angin yang tiba-tiba berhembus dengan kencang disertai debu.

"Apakah itu sangat menyakitkan? Aku baru tahu kalau.. ada hal seperti ini," ucap Noah berusaha mendekat pada Jaden.

Tapi sang anak menahannya dan menggeleng, menandakan kalau ia tak mengizinkan. "Kita tunggu paman kembali, jangan sentuh Jaden. Aku gak mau ayah kenapa-kenapa."

Berakhir Noah melihat Jaden dengan tatapan sedih. Robot itu memegang dadanya seakan-akan ia memiliki penyakit jantung, padahal yang ada di dadanya hanyalah kabel yang tersambung.

Di sisi lain, Holland melangkah dengan langkah yang lebar menuju ke kamar Goro. Kamar yang ada di dekat hutan. Kemudian ia menendangnya dan melihat Goro yang sedang membolak-balikkan tangannya, mengeluarkan asap hitam dari sana.

Goro langsung menyembunyikan tangannya dibelakang punggung. "Kau yang menyalurkan asap hitam itu pada Jaden?" tanya Holland penuh penekanan.

Goro menggeleng, "T-tidak. Bagaimana mungkin aku menyalurkan asap hitam pada orang yang tak aku tahu wajahnya?"

"Pembohong! Keluarga kita tak pernah mengajarkan anak-anaknya menjadi seorang pembohong! Katakan, kenapa kau melakukan ini pada Jaden?!"

"Sudah ku katakan, aku tak menyalurkan asap hitam pada Jaden! Dianya saja yang melakukan kejahatan sampai asap hitam ingin terus ada padanya!"

"Kau ingin kehilangan satu-satunya kekuatan mu, ya?"

Tidak, Goro tak bisa kehilangan kekuatan lagi. Kekuatan asap hitam miliknya pun berada di tingkat terendah, hukuman seumur hidup. Benar-benar berat untuknya.

"A-aku disuruh oleh Arnius untuk terus menyalurkan asap hitam. D-dia ingin balas dendam pada Jaden karena telah membunuh anaknya," jawab Goro. Bagaimanapun, sebenci apapun dia pada Holland, tetap saja nyalinya ciut kalau Holland sudah menatapnya marah.

Holland berdecak, "Dia lagi dia lagi. Apakah dia tak puas mengganggu kehidupan ku?!"

"B-berikan saja dunia kita, dia akan berhenti menyerang."

"Kau pikir aku akan memberikannya? Sampai akhir hayat pun aku takkan pernah merelakan dunia ini dipimpin olehnya. Aku harus memikirkan cara untuk melenyapkan Arnius, dia lebih kuat dariku, susah untuk menaklukan nya." ucap Holland sambil berpikir.

"Membunuh rekan ku? Tak semudah itu, Holland."

Holland kemudian pergi dan menutup pintu kamar Goro, tak lupa ia menguncinya. Ia harus mencari cara membuat asap hitam keluar dari tubuh Jaden.

Kalau asap hitam itu terus ada di tubuh Jaden selama lebih dari tiga hari, robot tersebut akan ada disisi kejahatan. Ia pun kembali dan melihat Jaden sudah meringkuk kesakitan sambil memegang dadanya.

Asap itu terus keluar, seperti makanan yang masih panas. Holland panik dan bingung harus melakukan apa. Meski kekuatan adiknya ada di titik terendah, tapi tetap saja ia tak bisa menggunakan mantra untuk menghilangkan asap hitam di tubuh Jaden.

Kemudian ia memetik jarinya, itu berarti dia telah mendapatkan ide.

"Bisakah kau di sana? Aku akan memberi pelindung mantra padamu, jadi asap hitam yang dikirim oleh adikku takkan mengenaimu," ucap Holland.

"A-apakah itu akan berhasil? Rasanya sangat s-sakit," ucap Jaden tergagu.

"Aku akan berusaha agar itu berhasil. Tunggu sehari lagi dan kau bisa berbahagia bersama kami."

Dengan hati-hati Holland membantu Jaden berdiri. Tak bisa ceroboh, kalau ceroboh yang ada dirinya terluka.

Setelah Jaden terduduk di sana dan memejamkan mata— meski kadang ia merasa sakit—, Holland langsung membuat pelindung mantra di sekitarnya. Dengan begitu, takkan ada yang bisa menyentuh atau menghampirinya, sekalipun itu asap hitam Goro.

"Goro itu.. siapa?" tanya Justin.

Holland baru saja membuka mulutnya, tapi Yoshi langsung memotong. "Paman Goro! Dia itu orang jahat yang ada disini! Paman Holland bilang, dia pengkhianat."

"Yoshi! Ayahku mau bicara, kenapa kau memotongnya?!" tanya Nayun sambil menampar bahu Yoshi.

Anak lelaki itu sedikit mengaduh, tapi ya namanya anak perempuan. Gak ada apa-apanya kalau lawan anak cowok, tetep aja cowok lebih kuat.

"Tak apa, Yoshi sudah menceritakannya sedikit. Nanti aku akan ceritakan pada kalian. Sekarang tidur dulu, semua kamar ada di sebelah sana. Sudah disertai dengan nama dan robot pelindung kalian." ucap Holland.

"Yoshi, ayo tidur!" ajak Nayun.

Yoshi menganggukkan kepalanya, "Ayo! Nanti Kak John ceritain dongeng, ya! Dongeng kucing berbulu harimau."

Ini dia ngomongin dirinya sendiri apa begimane nih.

Setelah mereka semua berlalu, kini tinggal Holland, Noah, dan Kakek yang sedang memandang Jaden. "Aku baru tahu ada orang jahat disini, bagaimana bisa kau membiarkannya hidup dan tinggal disini?" tanya Kakek.

Holland menoleh, "Arata, mantan pengatur rencana Arnius. Benar?" Bukannya menjawab, Holland malah balik bertanya.

"Aku membiarkan orang lain yang mantan penjahat hidup dan tinggal disini, kenapa aku tak membiarkan adikku sendiri disini?"

Arata menundukkan kepalanya. Ia merasa malu tinggal disini.











______
Mari kita selesaikan cerita ini. Mulai hari ini, aku bakal gas update sehari sekali atau dua kali sehari. Eh atau dua hari sekali? Yang penting lebih sering.

Sebelas Robot PelindungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang