15. Mimpi Buruk Para Majikan

336 104 1
                                    

Sejak mendengar ucapan Kakek tadi, Jaden jadi lebih diam. Robot itu terus menatap langit cerah hari ini, ia tak sadar kalau kepalanya sudah panas karena sinar matahari.

Jaden terus memikirkan benda itu. Pilihan itu, keduanya salah. Jika Jaden memilih benda itu, Jun akan dirusak dan mereka akan kekurangan kekuatan untuk melindungi orang-orang itu.

Lalu apabila Jaden memilih Jun dan memberikan benda itu, sesuatu akan segera terjadi.

Stres, Jaden menjambak rambutnya. "ARGH!" teriaknya. Kemudian ia memukul dinding dengan penuh emosi, "Bodoh! Jaden bodoh!" umpatnya.

"Kau mengeluarkan semua tenagamu, Jaden?" tanya Kakek. Jaden kaget mendengar suaranya. Tadi dia sendirian tapi Kakek tiba-tiba muncul.

"Tidak," jawab Jaden.

Kakek menghela nafas, "Kau hampir membuat rumahku bolong."

Mata Jaden membelalak.

×××

Felix terus saja bergerak tak nyaman di tidurnya, sampai Rowoon hampir jatuh dari ranjang. Untung saja Travis dengan cepat menahan Rowoon agar tak jatuh. Sekarang, waktu mengisi daya jadi sedikit terganggu.

Dengan tak tega, Travis membangunkan Felix. "Felix, bangun. Ini sudah jam 10 pagi. Kau tak kuliah?" tanya Travis sambil menggoyangkan badan Felix.

Robot itu sudah tahu jadwal kuliah Felix. Karena lelaki itu mengotak-atik Travis dan memasang jadwal kuliahnya di sana. Jika kuliah siang, Travis takkan membangunkannya sepagi itu.

"ROWOON!" teriak Felix. Travis menatap lelaki itu dengan tatapan heran. "Kau mimpi buruk?" tanya Travis yang diangguki oleh Felix.

Felix kemudian menoleh ke samping dan melihat Rowoon yang ada di ujung ranjang, bergerak sedikit saja anak kecil itu akan jatuh. Segera Felix memindahkan Rowoon ke tengah.

"Akhir-akhir ini aku didatangi mimpi buruk. Buatkan aku teh manis di cangkir kesayanganku, boleh?" pinta Felix.

Travis langsung menatapnya malas. Kalau tidak sedang terlibat seperti orang putus asa, Travis takkan melayaninya. Ia bertanya-tanya, sebenarnya ia ditugaskan untuk menemani Felix atau menjadi pelayannya?

Sementara Felix masih memikirkan mimpi itu. Di sana, Rowoon menangis dan seorang gadis tersenyum jahat sambil menodongkan pistol tepat di kepala Rowoon.

Entah apa yang gadis itu inginkan, tapi saat Felix memberikannya cangkir kesayangannya, ia langsung pergi. Dan sialnya, Rowoon malah terkena tembakan dari arah lain dan mati saat itu juga. "Mimpi yang mengerikan," monolognya.

Sejujurnya ia sendiri tak tahu kenapa tiba-tiba diberi sebuah cangkir dari seorang lelaki yang tak dikenalnya. Felix akui lelaki itu tampan, tapi ia tak bisu.

Mari kita ke sisi Travis. Saat sedang mengaduk teh manis pesanan Felix, tiba-tiba lelaki itu mendapat telpon dari Noah dan mengangkatnya. "Halo, Noah. Lama tak bertemu," ucapnya lalu tersenyum.

Noah membalasnya dengan senyuman juga, "Hari ini bawa Felix ke rumah yang ada di dekat hutan. Aku akan memberimu lokasi tepatnya di mana."

"Lalu Rowoon? Ditinggalkan begitu saja?"

"Ah.. anak kecil yang lucu itu. Bawa saja. Aku ingin bermain dengannya nanti." jawab Noah lalu memutuskan panggilan telepon.

Biasanya Noah tak menyuruh para robot untuk membawa tuannya. Tapi sekarang adiknya pun disuruh dibawa, ada apa?

×××

"Cepet masukin semuanya, masukin. Celana dalam, baju dalam, baju luar, celana luar, BANTUIN GUE JUSTIN!" teriak Inhong saat Justin tak kunjung membantunya.

Justin hanya menatap tuannya dengan tatapan heran, "Kau.. ingin mudik?" tanyanya.

"IYA GUE MAU MUDIK KE RT SEBELAH! Kagak lah anjir. Gue mau kabur. Cepet bantuin gue!" ucap Inhong terburu-buru.

Justin mengangguk dan membawa apapun yang bisa dibawa. Sabun, pasta gigi, sikat gigi, bebek karet, sandal, panci, kuali kecil, sendok, garpu, piring, mangkuk, semua yang kiranya muat di koper ketiga dibawa.

Justin bingung kenapa Inhong tiba-tiba terlihat buru-buru seperti itu. Saat ingin bertanya, Inhong selalu menyela dan mendesaknya untuk memasukkan semua benda penting.

"Remote tv udah lo masukin?" tanya Inhong. Justin menggeleng, "Di koper ketiga gak muat. Di koper kedua aja."

Saat semuanya sudah selesai dan lengkap. Inhong menutup pintu rumahnya dan menatap lingkungannya dengan tatapan takut. Setelah jauh, Inhong baru bercerita. "Gue mimpi buruk. Di mimpi, gue lihat diri gue sendiri dibunuh orang lain. Dan orang itu bawa remote tv gue."

"Serem banget, gue sampe ngerasa takut buat tidur lagi. Ini pertama kalinya gue mimpi kayak gitu. Gue lihat leher gue gak putus, tapi berdarah dan darah itu membentuk pola aneh. Kayak tanaman merambat gitu, gue rasa gue harus pergi dari sini. Atau nggak mimpi itu bakal kejadian. Karena gue dibunuh di rumah gue sendiri," jelas Inhong. Justin menganga.

"Ada orang bisu datang ke gue sambil ngasih remote tv ini. Sebenarnya ini bener-bener gak berguna buat sekarang. Dipake buat tv juga gak bisa. Tapi orang itu ngasih surat katanya bawa benda ini kemanapun gue pergi, suatu saat nanti gue bakal perlu," lanjutnya.

Justin menganggukkan kepalanya. "Sepertinya ini adalah remote ajaib. Kau tak mencoba untuk memencet salah satu angka?" tanyanya.

"Tidak. Bagaimana kalau ada sesuatu terjadi? Aku tak tahu cara memperbaikinya. Aku orang bodoh. Dan harusnya kau tahu apa fungsi benda ini. Kau kan robot pintar," jawab Inhong.

"Orang yang membuatku saja tak memberi tahu kalau kalian diberi benda-benda aneh. Hanya dia yang bisa memperbaikinya— tampaknya," ujar Justin.

Inhong menunduk sambil menendang batu-batu yang ada di hadapannya. Aneh, kenapa hanya karena mimpi buruk itu Inhong sampai memutuskan untuk pergi dari rumah? Ia tak pernah setakut ini pada mimpi buruk.

Lalu bagaimana ayah dan ibunya yang mencarinya nanti? Ah lupakan itu, Inhong hanya ingin pergi dari rumah itu.

Sementara Justin terus menatap Inhong yang berjalan di depannya. "Ini seperti bukan Inhong seperti biasanya. Apa yang mempengaruhi pemikirannya? Hanya karena mimpi buruk sampai kabur dari rumah. Aneh."

Berakhir robot itu berkacak pinggang.


×××


"Kau tak berpikir kalau sistem Jun berusaha untuk dirusak oleh ketiga orang jahat itu?" tanya Noah.

Jaden langsung berdiri, "Tidak."

"Berpikirlah Jaden. Hanya karena tubuhnya digores, itu takkan membuatnya pingsan atau dayanya mati seperti itu. Pasti mereka melakukan sesuatu pada sistemnya.

Orang yang pintar melakukan ini adalah Yujin, gadis itu berusaha mengubah sistem Jun. Tampaknya rencananya gagal." jelas Noah.

"Memangnya kenapa kalau sistem Jun di ubah?" tanya Jaden.

Sambil memegang pulpen, Noah kembali menjelaskan. "Sistem hanya bisa di ubah menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah kalian yang ada di pihakku, bagian kedua adalah kalian yang ada di pihak mereka.

Mereka hampir merebut Jun dari kita. Perubahan sistem memiliki waktu sekitar 3 jam dan kau membawanya kesini selama 1 jam, 15 menit lagi sistem Jun akan berubah kalau aku tak segera menanganinya."

"Berbelok dari topik itu. Satu persatu tuan baru kalian akan mendapat mimpi buruk," finalnya lalu kembali masuk ke rumah.

Apa lagi ini?

Sebelas Robot PelindungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang