22. Hilang

265 89 3
                                    

Setelah semuanya berkumpul termasuk para robot. Kakek sempat menghilang dan kembali membawa Keita. Anak itu membawa tombol dan menutup matanya.

"Kalian kemana? Bagaimana bisa tuan kalian sampai ketakutan seperti tadi? Tugas kalian itu menjaga mereka semua. Jangan sampai terluka. Mereka itu aset berharga!" ujar Jaden.

Robot-robot itu menundukkan kepalanya, "Tuan-tuan kita adalah yang paling utama. Kita hanya robot."

Ucapan Jaden membuat mereka sadar. Ya, keselamatan mereka tak lebih penting daripada keselamatan tuan-tuan nya yang manusia itu. Mereka hanya benda mati yang dirancang hingga bisa bergerak, berbicara, dan memiliki perasaan layaknya manusia.

Tapi, satu perasaan yang tak mereka miliki, jatuh cinta.

"Tidak, kalian bukan hanya robot. Kalian adalah pelindung kami yang berharga. Kalian adalah robot terhebat yang pernah kami miliki. Jangan sekali-kali menyebut diri kalian 'hanya robot' lagi!" ucap Keita kemudian berdiri.

Yang lain menoleh pada anak lelaki itu. Lelaki yang masih mengenakan celana pendek dan baju kasual serta rambut acak-acakan itu berbicara dengan lantang.

"Aku berterimakasih pada Noah karena sudah membuat robot hebat seperti mereka. Membuat robot yang pengertian, tulus, dan pintar. Meski otak mereka memang kadang miring, tapi kami bersyukur." lanjut orang lain, Yuna.

Yang pada akhirnya, mereka semua sadar kalau perasaan bahagia dan nyaman itu tumbuh diantara mereka.

BOM!

Kejadian itu kembali terulang, dimana mereka semua terpental jauh ke belakang dan sedikit lecet. Semua robot tergores. Dengan cepat, mereka semua berdiri. Tatapan tajam itu ditujukan pada seseorang yang muncul dari bawah tanah.

"Drama yang bagus sekali. Sekarang aku datang untuk mengakhiri drama ini dan merebut apa yang kalian punya." Seorang pria paruh baya yang wajahnya masih belum terlihat jelas karena debu.

"Akh!" teriak Kakek tiba-tiba.

Kyle dan Sam yang ada di dekat Kakek langsung berlari menghampirinya. "Termasuk jantung si pengkhianat ini." desis orang itu.

"Kakek!" teriak Kyle dan Sam bersamaan. Refleks, Sam mendorong pria itu sampai terjatuh ke belakang. Ia menghalangi Kakek dari pandangannya.

"Sekali lagi kau cekik Kakek seperti itu, jangan harap kau akan baik-baik saja dan pulang dengan keadaan mulus!" ucap Sam dengan kesal.

Setelah debu itu menghilang dari pandangan. Mereka semua mencari Kakek. Ternyata pria itu sedang berdiri menghadap ke arah Kakek dengan tatapan benci. "Katakan padaku, kenapa kau mengkhianati ku, Tua?!" tanya pria itu.

"Karena aku membencimu!" jawab Kakek. Sam masih berdiri di depan Kakek, menghalangi pria itu agar tak menyentuh Kakek barang sedetik pun.

Tiba-tiba mata Kakek berair. "Kau.. kau pembunuh! Demi aku fokus pada pekerjaan ku, kau membunuh istriku dan berbohong pada anak-anak ku agar mereka membenciku!"

BUGH!

"Kau membunuh Nenek dan membuat Kakek seperti hidup sebatang kara. Pantaskah kau melakukan itu?!" tanya Hyunsuk sambil memegang sebuah tongkat.

Tongkat itu dari gagang kacamatanya. Dada lelaki itu terlihat naik turun, ekspresi wajahnya mencerminkan rasa benci yang teramat. "Apakah kau tahu bagaimana rasanya orang yang kau sayangi dibunuh kemudian keluargamu yang lain meninggalkan mu karena rumor palsu?!" tanyanya.

"Oh, apakah kau tahu kalau pekerjaan kedua orang tua palsumu adalah pembunuh?"

"Cih, mereka hanya orang tua palsu. Orang tua asliku akan ku pastikan tak akan pernah melakukan itu seumur hidupnya!"

Dari belakang Hyunsuk terlihat seseorang mengangkat balok kayu dan siap memukulnya ke arahnya. Dengan cepat Danny menghampiri tuannya dan melindungi lelaki itu agar tak kesakitan. Hentakan keras terdengar jelas di telinganya, ia menoleh ke belakang dan melihat wajah Danny yang sedikit penyok.

"Danny! Kau tak apa?!" tanya Hyunsuk memegang kening Danny yang penyok.

Saat Hyunsuk bersiap untuk memukul pria itu, ia sudah membeku lebih dulu. Pelakunya adalah Jaden, robot itu menurunkan tangannya dan panahnya hilang.

"Siapapun yang membuat teman-teman ku terluka, takkan ku biarkan dia hidup kembali," kata Jaden. Ia maju ke arah pria yang ada di depan Kakek.

"Ada untungnya pohon itu tumbang karena bom yang meledak."

Jaden membatin. Robot itu tersenyum miring dan mengangkat dagu pria yang lebih pendek darinya itu, "Membunuh orang lain, membuat orang itu kehilangan keluarganya, dan sekarang muncul dihadapannya. Membuat rasa sedihnya muncul kembali. Apa yang kau inginkan, babi gendut?" tanya Jaden.

"Bahkan kau tak pantas untuk menginjakkan kaki di tanah ini. Kau tak pantas terlihat di hadapan Kakek. Dasar tak punya malu!" Jaden menancapkan pedangnya ke tanah dan kemudian lubang besar dan dalam muncul, membuat pria gendut itu masuk ke lubang tersebut.

Saat Jaden mencabut pedangnya, perlahan tanah itu bergerak menutup lubang tersebut. Berakhir si gendut itu terkubur. Mereka yang mematung berlari ke arah Kakek dan memeluknya.

"Kakek memiliki kami. Aku menjadi ayah dari robot dan anak-anak Tuan Holland." ujar Noah.

"Tapi kau tak punya istri untuk menghayati menjadi anakku."

Sontak sahutan Kakek membuat hati Noah terluka. "Kakek.. anggap saja istriku kabur! Jangan bicarakan wanita di hadapanku."

T^T.

"Noah, kenapa ayah kami tak langsung membawa kami ke dunianya? Kenapa harus melawan mereka yang tak berakhlak itu?!" tanya Hyunsuk, ia teringat si babi gendut tadi.

"Kalau pasukan tuan babi gendut masih hidup, ada kemungkinan kalian kembali diculik. Kali ini pasukannya akan membuat kalian lupa ingatan atau bahkan dibunuh," jawab Noah.

Beberapa detik kemudian, tanah yang mengubur ayah Yujin itu keluar cahaya berwarna merah. Mereka semua mundur dari sana. Seluruh robot berbaris ke depan, menghalangi Kakek, Noah, dan tuan-tuan nya.

Tanah itu kemudian terbuka dan ayah Yujin terbang ke atas menaiki burung dari dunianya. Jaden sudah menyiapkan dirinya untuk melawan lelaki itu.

Tatapan lembutnya berubah menjadi tatapan tajam dan ekspresi serius. Jaden perlu bersedia setiap saat.

Tiba-tiba saja tawa pria itu berhenti dan dengan cepat ia mendekat kemudian pergi membawa Hyunsuk dan Guno terbang entah kemana.

"KEITA! GUNO!" teriak mereka semua.

Detik berikutnya burung itu menghilang. "Kemana mereka pergi?" gumam Noah.











_____
Selamat seribu kali dibaca! Makasih buat yang udah baca dan menunggu cerita ini update. Makasih juga untuk vote dan komentarnya, ily! <3

Sebelas Robot PelindungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang