Holland menjentikkan jarinya. Seketika tempat yang berantakan dan bau itu jadi bersih dan beres. Setelah itu, ia pergi ke kamarnya untuk mandi. Sementara yang lain sedang ada di ruang makan, sedang bercengkrama bersama.
"Sudah lama kita tak merasakan hari ini, aku sangat merindukannya," ucap Noah sambil melahap makanannya.
"Pertempuran kemarin hampir saja merusak Jaden dan membunuh ayah kami, itu sangat menegangkan," ujar Inhong.
"Winter, kepalamu baik-baik saja?" tanya Arthur.
Winter menoleh dan berdecak, "Kemana saja kau?! Kau sebagai robot pelindungku seharusnya ada di sisiku setiap saat! Kepalaku sangat sakit waktu itu, telingaku berdenging, pengelihatan ku tiba-tiba buram, kau pikir itu baik-baik saja?! Sekarang masih sedikit sakit," jawab Winter dengan cepat.
Setelah Winter berucap, Arthur hanya mengerjapkan matanya. Ia mematung dan kemudian tertawa, "Keren!"
"KEREN?!" teriak Sam, tangannya terangkat memukul punggung temannya itu.
"Iya! Cara bicara Winter sangat cepat, ia berkata secepat kereta dan aku tak bisa menangkap satupun kata yang keluar dari mulutnya. Kau harus debut jadi artis, Winter!" ucap Arthur kemudian merangkul bahu gadis itu.
"Kenapa tidak lo-gue lagi? Sekarang aku-kamu ya, cie," ejek Danny. Winter dan Arthur menoleh pada robot itu dengan tatapan sinis, mereka menghela nafas bersamaan dan menjawab, "Kami kembar."
Mendengar itu, orang-orang langsung menatap mereka. Meneliti wajah Arthur dan Winter. Menatap keduanya bergantian dan menjauh, "Memang mirip." kata mereka kompak.
Arthur dan Winter melakukan highfive. Arthur menjauh dan menunduk melihat Nayun dan Yoshi yang sedang anteng makan. "Makan yang banyak, agar cepat tumbuh besar. Setelah tumbuh besar, kalian bisa berpacaran."
"GAK PACARAN!" teriak Nayun.
Yoshi mengangguk setuju, "Setelah dipikir-pikir, aku dan Nayun jadi suami-istri saja langsung. Daripada pacaran, ya, kan?" tanyanya sambil menyenggol siku Nayun.
Tangan Nayun terangkat untuk memukul bahu Yoshi, "Enggak! Kamu aja nikah sendiri!"
"Oke," ucap Yoshi. Ia malas berdebat dengan Nayun, ia lapar.
Beberapa menit kemudian, Holland datang dengan baju yang bersih, wangi, terlihat begitu segar, dan lebih tampan. Yuna dan Winter heran, punya bapak kok ganteng banget ya.
Ia menghampiri meja makan. Ia tak duduk di sana, melainkan menumpu tangannya di atas meja dan tatapannya tajam. "Satu lagi yang harus kalian lakukan demi kedamaian hidup kalian," ucap Holland.
"Apa itu?" tanya Jisung.
"Temukan sebuah kotak, itu akan menentukan siapa orang berikutnya yang akan memimpin dunia ini ketika aku sudah mati," jawab Holland. Ia mendudukkan dirinya di meja makan. Ia melanjutkan, "Setelah makan, kalian kembali ke Bumi."
Tatapan mereka melebar diikuti dengan senyumnya. Anak-anak Holland berpelukan dengan robot pelindungnya. Mereka merindukan Bumi.
Yoshi turun dari kursinya dan berjalan kearah sang ayah yang sedang tersenyum bahagia. "Ayah, apakah aku diajak?"
Noah menunduk dan menangkup wajah sang anak, "Tidak. Kau anak ayah, kau akan menjadi pelindung ayah, bukankah itu hal yang terbaik?"
"Benar! Aku hanya akan melindungi satu orang!"
Holland termenung mendengar ucapan Yoshi. Menjadi pemimpin Distopia bukanlah hal yang mudah. Melindungi penduduk dan berusaha melakukan suatu hal agar mereka tak melanggar peraturan. Distopia memang bukan tempat sebesar Bumi, tapi tetap saja. Distopia kan dunia, tanggung jawab besar mengaturnya.
×××
Tebak mereka diturunkan dimana?
Di rumah Kakek.
Kakek melihat rumahnya yang sudah bersih, tak ada bekas bangunan, tak ada potongan kaca, kayu, dan beberapa hal lainnya. Kakek menghela nafas, ia rindu tidur di rumahnya itu.
Sementara yang lain, kenangan dulu langsung terputar ulang di otaknya. Mengingat mereka belajar menggunakan benda-benda ajaib itu disini. Terutama Noah, ia tinggal lebih dulu di rumah Kakek ketimbang mereka semua.
Lelaki itu menghirup udara sebanyak mungkin, "HERAN, WANGI SEKALI!" teriaknya.
"Oke, kalian semua berbaris.." Holland menggantungkan ucapannya dan menoleh ke arah Yoshi yang diam memandang teman-temannya berbaris di sana. "Yoshi, kau boleh ikut," lanjutnya.
Yoshi dan Noah dengan kompak menoleh ke arah pemimpin Distopia itu. "Tapi, Tuan—"
"Anakmu akan menjadi panglima atau penasihat raja," potong Holland. Yoshi melepaskan diri dari genggaman sang ayah dan ikut berbaris dengan yang lain. Dirinya ada di samping Keita.
"Halo, Kak Keita! Semangat, ya!"
Keita menoleh, ia mengangkat jempolnya. "Makasih banyak, Bocah Manis."
"Sebelum dimulai, ada pertanyaan?" kata Holland.
Hyunsuk mengacungkan tangannya, "Bagaimana kalau di hutan nanti kita malah tersesat?"
"Kau takkan tersesat. Di atas nanti akan ada satu helikopter. Tugasnya adalah membawa kalian kembali saat salah satunya sudah membawa kotak itu. Ingat, disini hanya ada dua kotak. Satu untuk pemimpin Distopia, satu lagi untuk panglima atau penasehat raja," jawab Holland.
Guno mengangkat tangannya, "Ada petunjuk untuk mendapat kotak itu?"
Holland mengangguk, "Tentu saja ada. Petunjuknya akan kalian temukan di bawah botol yang sudah disiapkan."
"Ada lagi?"
Bukan anak-anak Holland yang mengangkat tangan, tapi robot. Travis mengangkat tangannya, "Nayun dan Yoshi masih kecil. Apakah itu tidak apa-apa?"
"Sebenarnya ini sedikit berbahaya. Di hutan nanti kalian bisa saja jatuh ke lubang, jurang, atau menghilang. Kalau begitu kalian memerlukan robot kalian."
Mereka semua langsung bergumam 'yes!' saat mendengar jawaban Holland. Sendirian di dalam hutan itu tidak menyenangkan.
Pencarian pun dimulai. Mereka awalnya datang ke hutan dengan perasaan biasa saja, tak ada takut-takutnya sama sekali.
Holland, Kakek, dan Noah bertatapan. Holland mengedipkan matanya pada Kakek yang dibalas acungan jempol. Setelah itu, pemimpin Distopia tersebut menarik tangan Noah masuk ke helikopter dan ia mengendarainya. "Kau tugasnya melihat titik merah yang ada di radar ini, kalau salah satunya berkedip-kedip, itu artinya ia mendapat kotak itu."
Noah mengangguk.
Tugas Kakek?
×××
"EMAK JANTUNG AYAM GUE MELEDAK!" teriak salah satu diantara sepuluh anak Noah, Mahiro. Ia naik ke punggung Jaden.
"Mahiro, turun dari punggungku!" Jaden menepuk pantat Mahiro. Lelaki itu turun dan memegang tangan Jaden erat. "Den, lo kan udah jadi manusia. Kenapa masih disebut robot?"
"Sebenarnya—aku pun tak tahu. Sebelum makan biskuit Yaya saja sudah begini, apalagi makan biskuit Yaya."
"Jangan makan biskuit Yaya! Nanti kau pingsan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebelas Robot Pelindung
Fanfiction[COMPLETED] -TREASURE (트레저) Awalnya jumlah mereka adalah dua belas, namun salah satu diantara mereka berubah. Start: 17 Maret 2021 End: 31 Juli 2021