-7-

1.1K 123 7
                                    

Jessica

Hari ini adalah hari libur. Aku memilih untuk bersantai di rumah bersama Jeremy. Ibu akan pergi ke kota untuk bertemu dengan teman sekolahnya dahulu. Sedangkan ayah melanjutkan pekerjaannya di kantor.

Aku mempersiapkan sarapan untukku dan Jeremy. Roti dengan selai coklat. Lalu aku membuat susu untuk kami berdua.

"Jemmy, makanan sudah siap. Saatnya sarapan." Kataku dari ruang makan. Jeremy turun dari lantai 2 karena kamarnya ada di lantai 2, begitu juga denganku.

"Apa yang kau buat hari ini, Jessy?" Tanya Jeremy.

"Roti dengan selai coklat dan susu full cream kesukaanmu." Jawabku.

"Good!"

Jeremy langsung duduk di salah satu kursi. Aku pun duduk di hadapannya. Kami menikmati sarapan di pagi hari ini.

"Bagaimana kabarmu dengan Calum?" Tanya Jeremy.

"Aku tidak tahu. Hari ini Calum dan kawan-kawannya akan menuju New York. Sekitar 5 hari mereka disana. Mungkin aku tidak akan mendapatkan kabar darinya." Jawabku.

"Kau tidak mengantarnya ke bandara, huh?"

"No. Aku ingin santai hari ini. Pasti banyak penggemar Calum yang mengantarnya ke bandara."

"Kau yakin?" Goda Jeremy. Aku memukul pelan tangannya.

"Aku sangat yakin, Jemmy. Jangan menggodaku seperti itu. Wajahmu menjijikan."

"Aku hanya bercanda.." ujar Jeremy diiringi tawa renyahnya.

"By the way, semalam ada yang mengirimiku pesan. Sepertinya dia sangat tahu siapa diriku. Bahkan dia tahu aku memiliki penyakit. Aku masih bingung memikirkan siapa dia." Kataku. Jeremy menatapku serius.

"Jangan-jangan...." Jeremy memutuskan kata-katanya.

"Hey, Jemmy, lanjutkan kata-katamu!"

"Jangan-jangan, ia adalah hantu." Lanjutnya. Aku menyipit dan menatapnya heran. "Kau tidak takut?"

Aku menggeleng.

"Kau tidak lucu, Jeremy. Wajahmu terlalu serius untuk berlelucon."

"Aku tidak bergurau. Aku serius."

"Sejak kapan kau menjadi serius? Dari dulu kau tidak pernah serius, Jeremy." Kataku. Jeremy mencubit pelan tanganku. "Aw!"

"Hahaha, mungkin ia penggemarmu!" kali ini Jeremy mungkin serius.

"Aku tidak akan punya penggemar, Jemmy. Aku hanyalah orang biasa. Aku bukan Calum Hood yang punya banyak penggemar." kataku. Jeremy memutarkan bola matanya.

"Kau memang bukan Calum Hood, tapi tetap saja kau punya penggemar rahasia." balasnya lagi tidak mau kalah.

Penggemar rahasia? Aku punya penggemar? Tidak mungkin. Murid-murid sekolahku saja mengenalku karena sering dihukum. Tidak mungkin ada yang menyukai orang sepertiku.

"Aku tidak akan punya penggemar rahasia. Mungkin itu hanya orang iseng. Orang itu adalah orang terdekatku. Entah itu kau, ataupun Clarence." kataku.

"Jadi kau menuduhku? Aku sudah baik mendengarkan ceritamu, dan kau malah menuduhku?" tanya Jeremy cepat. Aku memukul pelipisku dengan tanganku sendiri.

"Bukan begitu, Jemmy. Aku tidak menuduhmu. Aku hanya mengira-ngira. Karena orang terdekatku hanya kau dan Clarence. Bagaimana? Cukup kah penjelasanku?" Jawabku. Jeremy hanya mengangguk dan terkekeh.

"Baiklah. Terima kasih untuk sarapannya pagi ini. Siang nanti jangan lupa buatkan aku pasta." Jeremy meninggalkan meja makan tanpa membersihkan sisa-sisa sarapannya yang berserakan.

Heartbreak Girl // c. hTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang