-2-

1.4K 143 6
                                    

Aku sendirian di kamar. Duduk di tepi jendela sambil memperhatikan langit yang sedang menangis. Begitu juga denganku. Aku juga menangis. Aku mengingat kejadian yang baru terjadi saat pulang sekolah tadi.

Calum menganggapku sebagai pengganggu. Pengganggu. Pengganggu.

Aku benar-benar sakit jika mengingat kejadian tadi. Calum akan membenciku. Calum tidak akan sudi memiliki penggemar sepertiku. Calum akan menendangku jauh-jauh dari padangan matanya.

Andai saja aku ikut dengan Clarence tadi, aku tidak akan menabrak Calum. Calum tidak akan menganggapku sebagai pengganggu. Penyesalan memang selalu terjadi belakangan.

"Jessy, makan siang dulu yuk." ajak kakak laki-lakiku, Jeremy.

"Nanti saja. Aku belum lapar." jawabku singkat.

"Kau kenapa, Jessy?" tanya Jeremy saat melihat wajahku. Aku lupa menghapus air mataku yang mengalir begitu saja.

"Tidak. I'm fine. Kau makan duluan saja, Jemmy, aku akan menyusul." jawabku. Jeremy menatapku dengan iba.

"Kau boleh menceritakan apapun yang terjadi padamu. Aku tidak akan membocorkan masalah itu kepada siapapun." ucap Jeremy. Aku membalas ucapannya dengan senyuman.

"Baiklah, Jemmy. Setelah kau selesai makan akan kuceritakan apa yang terjadi padaku. Katakan pada ibu, aku masih kenyang." kataku. Jeremy hanya mengangguk lalu meninggalkan kamarku.

Aku kembali menumpahkan air mataku. Aku belum bisa melupakan hal yang terjadi tadi di sekolah. Calum Hood...

I dedicate this song to you
The one who never sees the truth
That I can take away your hurt, Heartbreak Girl

Hold you tight straight to the daylight
I'm right here, when you're gonna realize
That I'm your cure, Heartbreak Girl

Televisi di kamarku yang kunyalakan untuk mengusir kesunyian tiba-tiba memutar lagu 5 Seconds of Summer, yang berjudul Heartbreak Girl. Tampak disana Calum, Ashton, Luke, dan Michael bernyanyi dengan akustik. Acara itu live, Calum masih mengenakan celana kotak-kotak seragam sekolahnya.

Aku kembali mengeluarkan air mataku saat melihat Calum. Kini Calum benar-benar ada di televisi. Dan aku akan sulit dekat dengannya. Benar kata Clarence, aku seharusnya mendekatinya dari sekarang. Namun aku terlanjur dianggap pengganggu. Aku tidak mungkin mendekati Calum dengan mudah.

"Rencananya aku akan mempercepat kelulusan. Jika tidak, aku akan mengundurkan diri dari sekolah." Calum menjawab salah satu pertanyaan dari pembawa acara.

Calum, kau benar-benar mementingkan band-mu itu. Aku tidak tahu bagaimana nanti jika kau tidak ada di sekolah. Mungkin aku sering membolos hanya untuk bertemu denganmu.

Aku langsung mematikan televisi karena itu sangat mengganggu. Mendengar Calum berbicara seperti itu membuatku kembali sedih. Aku memilih untuk mendengarkan lagu dengan earphone dan berharap semua masalah yang sedang hinggap di hidupku segera pergi.

"Jessy..." panggil Jeremy. Ia berjalan pelan ke arahku yang sedang duduk di sofa dekat jendela.

"Yap, Jemmy." Jawabku.

"Bagaimana? Apa kau siap untuk menceritakannya padaku?" Tanya Jeremy. Aku mengangguk pelan, tanda meng-iyakan pertanyaan Jeremy. "Okey."

"Kau pasti tau 5 Seconds of Summer 'kan? Dan kau pasti tau salah satu anggota dari mereka ada yang bernama Calum Hood?" Tanyaku di awal pembicaraan ini.

"Iya, aku tahu. Lalu ada apa dengan Calum? Apakah dia menyuruhmu untuk menjadi kekasihnya? Em. Atau mungkin kau dilamar? Wah, aku akui itu sangat menarik!" Jeremy langsung menyambar pertanyaanku.

"Jemmy, bukan seperti itu. Ini sangatlah buruk. Calum dan aku satu sekolah. Tadi pagi aku tidak sengaja menunjuknya saat membicarakan ia dengan Clarence. Lalu ia menghampiriku dan ia bilang jangan ganggu dirinya. Namun, saat pulang aku berjalan agak cepat sehingga... aku menabraknya hingga terjatuh. Dan setelah itu ia menganggapku sebagai...." aku memberhentikan omonganku sebentar. "Pengganggu..."

"What? Beraninya dia menganggapmu sebagai pengganggu? Memang dia siapa? Orang terkenal? Atau ia pemilik sekolahmu?" Jeremy menghujami aku dengan berbagai macam pertanyaan.

"Jem, ia sangat terkenal. Ia artis. Ia member band terkenal di Sydney. Dan kau? Kau tidak ada apa-apanya, Jem. Jangan asal berbicara." Kataku. Jeremy menyipitkan matanya dan menautkan kedua alisnya.

"Hey, Jessy, kau tidak tahu? Aku adalah idola di kampus. Banyak yang mengejarku. Meminta foto denganku..."

"Jeremy, please, kau adalah fotografer, sehingga hal itu wajar." Aku memotong pembicaraan Jeremy yang mulai mengasal tidak tahu kemana arahnya.

"Tapi aku serius, Jess."

"Aku juga serius, Jemmy. Kau seharusnya memberiku solusi bagaimana agar Calum tidak membenciku lagi." Balasku.

Jeremy tampak berpikir. Aku menunggu solusi darinya. Tiba-tiba wajahnya berubah cerah dan bersemangat, tanda ia mendapatkan ide.

"Aku tahu! Kau jadi penggemar rahasianya saja! Kau memberi surat di letakkan di lokernya dengan coklat atau bunga. Ia pasti memaafkanmu!" Usul Jeremy.

Aku sempat berpikir. Jika aku ketahuan saat meletakkan surat, bisa habis nyawaku. Tapi mencoba tidak masalah 'kan?

"Idemu sangat keren, Jeremy!" Ujarku semangat.

"Aku selalu keren." Balas Jeremy cepat. Tanganku dengan ringan memukul kepalanya-bercanda-.

Malam itupun aku langsung membuat surat permintaan maaf. Besok aku akan menyelipkan surat ini di lokernya. Aku membayangkan bagaimana wajah Calum saat menerima suratku nantinya. Aku berharap ia memaafkanku.

------

Gaje ya? Iya emang.

Masih butuh vote nya nih, comment juga pastinya
Thank you buat yg baca & vomments part ke-2 ini. Tunggu kelanjutannya, ya.

Bagaimana Jessica mendapatkan maaf dari seorang Calum Hood?

Tetep tunggu yap! InsyaAllah menghibur~

Good night, guys.

-pasha-

Heartbreak Girl // c. hTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang