-33-

552 69 6
                                    

Siang ini kucoba untuk menghibur diri di luar rumah. Aku berjalan menusuri kota. Lalu aku mengunjungi salah satu cafe yang menjadi favoritku saat sekolah dulu.

Aku mendorong pintu kaca, lalu terdengar lonceng berbunyi yang berada tepat di atas pintu. Aku segera memesan salah satu minuman favoritku disini.

Setelah memesan, aku duduk di salah satu meja yang berada di tengah-tengah cafe.

Aku bersantai sambil membaca novel yang kubawa. Membacanya sambil sesekali meminum pesananku tadi. Entah apa yang akan kulakukan setelah pergi dari sini.

Lonceng di pintu terdengar lagi. Namun aku tidak menoleh, karena aku tidak akan peduli.

Aku terus membaca novelku.

"Jessica?"

Aku menoleh ke sumber suara.

Oh, dia ada di belakangku.

Orang yang selama ini aku rindukan.

Dan juga orang yang selama ini kubenci.

Ia ada disini.

Aku menatapnya sebentar. Jantungku berdebar sangat cepat. Lututku kembali melemas. Rasanya ingin kupeluk tubuhnya.

Ya, aku merindukan semua yang ada pada dirinya.

Namun, tidak semudah itu aku langsung menyenderkan semuanya padanya. Aku masih kecewa saat ia membentakku beberapa hari yang lalu.

Aku masih kecewa dengan kesalahpahamannya.

Dan aku sangat kecewa saat ia benar-benar meninggalkanku.

Ia tidak kembali di saat aku terpuruk. Aku hanya punya Jeremy dan Luke.

Mengapa Luke yang selalu menemaniku? Kemana ia pergi?

Di lubuk hatiku yang paling dalam, aku menginginkannya berada di sisiku kemarin dan beberapa hari yang lalu.

Namun ia tidak datang untuk menemuiku. Untuk sekedar melihat bagaimana keadaanku.

Aku kembali menatapnya. Memandang tubuhnya dari ujung kepala sampai ujung kaki.

Masih sama.

Masih seperti orang yang kurindukan.

Tidak berbeda.

Tidak sepertiku yang sekarang terlihat bodoh dengan mata menghitam, hidung memerah, dan rambut berantakan.

Ia tidak merasakan sakit hati yang sama.

Aku menutup novelku, bangkit lalu melangkah meninggalkannya.

Aku tidak ingin berbicara dengannya sekarang.

Aku mempercepat langkahku untuk keluar dari cafe dan berjalan ke rumahku.

"Jessica!" Panggilnya.

Oh, bagus. Ia mengejarku.

Aku berlarian di trotoar. Siang hari ini sepi karena semua orang sibuk dengan pekerjaannya. Dengan mudah aku berlari tanpa ada orang-orang yang menghalangi.

Aku sempat menengok ke belakang, ia masih berlari mengikutiku. Aku mencoba untuk mempercepat langkahku.

Dua rumah lagi jarak aku sampai ke rumahku. Aku tidak berhenti berlari.

Namun, tali sepatuku menghalangi semuanya.

Ikatannya terlepas, dan aku menginjaknya dengan kakiku sendiri. Aku terjatuh.

"Arghh.."

Aku terjatuh dengan posisi telungkup. Untungnya tanganku menahan wajahku sehingga tidak bersentuhan dengan aspal.

Heartbreak Girl // c. hTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang