Calum
Aku mengendarai mobilku dengan cepat, menyusul mobil yang dikendarai Luke dengan Jessica yang ada di dalamnya. Aku benar-benar marah sekarang. Jessica bodoh. Luke-lah yang ada dipikirannya. Tidak terbesit pikiran bahwa aku-lah yang menyuruhnya untuk menunggu. Sekali lagi, Jessica bodoh.
Aku masih mengejar mobil Luke, dan tampaknya dia belum sadar bahwa aku mengikutinya dari belakang.
Jika ia tertangkap nanti, aku akan memukul wajahnya habis-habisan. Aku benci Luke. Dan aku akan membawa Jessica pergi jauh dari Luke.
Mobil Luke kini telah melaju kencang jauh di depan pandanganku. Aku yakin Luke telah menyadari bahwa aku mengikutinya dari belakang. Tanpa basa-basi lagi, aku mempercepat laju mobilku agar bisa menyusul mobil Luke.
Aku lihat ia hampir menabrak sepeda motor yang terparkir di pinggir jalan. Hampir. Itu membuat mobilnya melaju agak pelan dari sebelumnya. Aku memanfaatkan ini untuk menambah kecepatan lagi.
Jarak mobilku dan Luke hanya dibatasi dengan 2 mobil di depan. Aku tidak yakin untuk menyalip dari sebelah kanan, karena mobil melaju lebih cepat dari mobilku. Menyalip dari kiri pun tidak bisa, karena ada truk yang jalan sangat lambat di depannya. Aku memilih untuk berada di posisiku.
Akibat dari dua mobil yang ada di depanku, aku tidak dapat melihat mobil Luke. Aku tidak tahu jika nantinya ia akan belok kanan mendadak, atau berhenti di pinggiran trotoar secara tiba-tiba. Aku hampir tidak menengok ke spion agar tidak kehilangan jejak dari mobil Luke.
Mobilku terhenti. Lampu lalu lintas berganti warna menjadi merah, yang artinya aku harus berhenti. Dan mobil Luke terlebih dulu melewati lampu lalu lintas bersama dua mobil yang ada di belakangnya. Oh, tidak. Aku akan kehilangan jejaknya.
Aku pikir lampu lalu lintas ini telah menyala dengan merahnya selama 5 menit. Mereka belum mengganti warnanya dengan hijau. Aku semakin frustrasi. Ingin aku menerobos, namun mobil kesayanganku akan ditilang, dan pastinya aku mendapatkan sanksi.
Akhirnya yang ditunggu-tunggu pun tiba. Lampu merah berganti menjadi hijau. Aku melajukan mobilku dengan kecepatan sangat tinggi. Jalanan di depanku sangat sepi, sehingga aku bebas memainkan kecepatan mobilku ini.
Sejauh mata memandang, aku belum bisa melihat mobil Luke. Yang aku tahu, jalanan ini hanya lurus, dan tidak terdapat belokan, kecuali mendekati jembatan perbatasan antarkota. Dan aku yakin mereka tidak akan melewati jembatan itu.
Saat sedang asyik menyetir dengan kecepatan tinggi, aku lihat ada mobil terparkir di pinggir jalan. Sepertinya mobil itu mogok, atau mengalami kerusakan pada mesin yang pengendaranya tidak mengetahui bagaimana caranya untuk mengembalikan kerusakan pada mesinnya tersebut.
Dengan jarak sekitar 100 meter, aku yakin bahwa itu mobil..... LUKE! Akhirnya tertangkap anak ini!
***
Jessica
"Ada apa dengan mobilmu, Luke?" Tanyaku dengan resah, karena daritadi Luke menyetir dengan kecepatan tinggi untuk menghindari Calum.
"Aku tidak tahu. Aku yakin akan ada mobil yang lewat sini dan membantu kita. Dan aku yakin, Calum tidak akan lewat sini karena ia tahu ini adalah perbatasan kota." Jawabnya dengan nada panik.
Keringat Luke mulai bercucuran, padahal pendingin pada mobil ini masih menyala dengan normal. Aku yakin ia takut jika nanti mobil Calum muncul dari kejauhan.
Aku melihat ada cahaya lampu yang berjalan dari kejauhan lewat pantulan cermin yang ada di depanku. Akhirnya, ada mobil yang melewati jalan ini.
Luke yang bersiap untuk turun dan mencegat mobil itu, mengurungkan niatnya. Ia kembali menutup pintu mobilnya saat mobil yang baru saja datang berhenti di depan mobil yang kami gunakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbreak Girl // c. h
Fanfiction"I dedicate this song to you, the one who never sees the truth. That i can take away your hurt, Heartbreak Girl." - Calum Thomas Hood.