-20-

733 87 2
                                    

Di bawah rindangnya pohon aku duduk dengan sebuah es krim di tangan kananku. Setelah sekian lama aku menunggunya, kini ia ada di sampingku sekarang. Menemaniku.

Terpaan angin datang dari segala arah, memberi kesan kesejukan di tengah hari yang terik ini.

Panas ini tidak membuatku merasa khawatir akan kulitku. Aku tetap sejuk ditemani es krim coklat, dan juga laki-laki yang aku rindukan selama ini, Calum.

"Kau harus tau. Saat kami di London, aku dan Luke masih sempat bertengkar." Kata Calum, sambil memainkan rambutku yang tertiup angin.

"Kenapa?" Tanyaku antusias ingin mendengar ceritanya.

"Kau adalah masalah. Kau selalu membuat pertengkaran antara aku dan Luke." Jawabnya, dibarengi dengan tawanya.

"Jika aku adalah masalah, mengapa kau masih bersedia duduk disini bersamaku?" Tanyaku. Lalu ia tersenyum.

Ia bangkit dari duduknya, lalu berdiri sambil memutar pandangannya ke segala arah.

"Mungkin sekarang bukan waktu yang tepat," katanya.

Ya, aku dan Calum belum memiliki hubungan resmi. Kami hanya berteman seperti biasa. Tidak ada yang spesial di antara kami.

Eh, sepertinya itu menandakan bahwa diriku menginginkannya?

Di dalam lubuk hatiku, aku memang menginginkannya. Namun, dengan hubungan seperti yang kujalani bersamanya sekarang, telah membuatku merasa senang. Tidak perlu hubungan yang lebih.

Terkadang pikiran itu terlintas di kepalaku. Ia idolaku. Aku hanya penggemarnya. Aku bagaikan seekor kumbang, dan ia bagaikan taman yang luas. Tidak hanya satu kumbang yang ada di taman, berpuluh-puluh, beratus-ratus, bahkan beribu-ribu kumbang yang akan hinggap di taman tersebut.

Seperti itulah aku. Aku hanya satu, dari sekian banyak penggemarnya. Aku hanya satu dari beratus-ratus penonton di dalam satu arena. Aku hanya satu, dari berpuluh-puluh penonton yang duduk di depan televisi. Dan aku hanya satu, dari berjuta-juta penggemar yang menyimpan lagu serta foto dirinya di ponsel.

Tetapi aku tidak tahu, apakah aku bisa menjadi satu-satunya perempuan yang ia cintai. Apakah aku bisa menjadi satu-satunya penggemar yang selalu ada di sampingnya. Apakah aku bisa menjadi satu-satunya orang yang ada untuknya, di saat ia membutuhkan pertolongan.

Ia telah menjadi satu-satunya di hidupku.

***

"Daah, Cal!" Ucapku saat turun dari mobil Calum.

Ia sempat membunyikan klaksonnya, lalu melajukan mobilnya menjauh dari rumahku.

Aku terus menatap mobilnya hingga berbelok, dan hilang dari padanganku. Aku pun berbalik, ingin segera masuk ke dalam rumah.

Namun, aku melihat ada mobil yang tidak asing bagiku, terparkir di sebrang rumahku. Aku rasa aku sangat mengenal mobil itu, tapi aku lupa siapa pemiliknya.

Aku tidak peduli. Segera aku melangkahkan kakiku menuju pintu pagar, dan masuk ke dalam rumahku.

"Hai, Jessica."

SUARA ITU.

"Luke? Apa yang kau lakukan disini?" Tanyaku saat melihat Luke duduk di ruang tamu.

Ternyata mobil tadi milik Luke. Kenapa aku bisa lupa begitu saja, ya?

"Ia ingin bertemu denganku. Cepat masuk ke kamarmu!" Jeremy tiba-tiba muncul dari dapur.

"Oh."

Aku pun berlari ke arah tangga dan naik satu-persatu hingga sampai di lantai atas.

Heartbreak Girl // c. hTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang