Keesokan harinya..Dahyun terbangun dengan kondisi seperti semalam, tidur sambil menenggelamkan kepalanya diantara kedua kakinya.
Ya dia sering seperti itu, tidur dengan posisi tidak mengenakkan, tidak mudah untuknya tidur dalam posisi seperti itu, hanya saja setelah menerima hukumannya, dia tak kuat untuk melangkahkan kakinya ke kasur, jangankan ke kasur bangun saja terasa sulit, karena badan yang penuh dengan bekas pukulan ayahnya. Karena badannya yang putih seputih tahu, bekas-bekas pukulan itu terlihat dengan jelas, sehingga ketika dahyun ke sekolah dia selalu memakai Hoodie jika dia sudah dihukum ayahnya.
Dahyunpun dengan susah payah menuju kamar mandi, dengan sempoyongan dia berjalan, saat sudah didalam dia membasahi tubuhnya perlahan, terasa perih setiap kali air menyentuh badannya, karena luka-luka hukumannya.
Beberapa saat kemudian, dahyun selesai mandi, Ia segera bersiap-siap menuju sekolah tak lupa menggunakan Hoodie nya yang tebal, agar dapat menutupi luka kemerahan diseluruh tubuhnya.
Dahyun keluar kamarnya, saat diruang tengah ada ayahnya yang sedang makan, sendirian, dia menatap ayahnya sebentar. Lalu segera berlalu pergi, keluar rumah tanpa menghiraukan ayahnya, yang memang selalu mengacuhkannya, seperti menganggapnya tidak ada.
*
*
'Sekolah'
Dahyun pun turun dari motor maticnya, dia mulai memasuki koridor sekolah, dia memang tidak mempunyai banyak teman, tapi dia banyak dikenal di sekolah karena sikap dinginnya mungkin. Ya memang semua orang tahu sedingin apa itu Kim Dahyun, dia tidak pernah bicara kecuali ada yang mengajaknya bicara, itupun dibalas singkat olehnya, dia tampak tidak peduli, dengan lingkungan sekitarnya.
Dahyun hanya punya 2 teman, yaitu Son Chaeyong dan Yoo Jeongyeon.
Mereka yang berteman dengan dahyun dianggap beruntung karena bisa berteman baik dengan si Dahyun Dubu itu, ya mereka menyebut Dahyun, Dubu karena kulitnya yang putih seputih tahu.Saat di koridor Dahyun bertemu Chaeng dan Jeongyeon, mereka berdua menghampiri Dahyun, dan refleks Chaeng menepuk pundak Dahyun mendatangkan ringisan kecil dari sang empunya.
"Awwhh..." Ringisnya.
"Eoh? Gwenchana?" Tanya Chaeng
"Gwenchana, cuma salah posisi tidur aja, hehe" jawabnya, sambil tersenyum bodoh.
"Mian, Hyun beneran gue refleks tadi" jawab Chaeng sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Gapapa santai aja."
Jeongyeon yang merasa diabaikan, membuka suaranya,
"ehmm² lupa lu pada? Ada 1 temen lagi disini?""Eh iya ada makhluk lagi, kirain gada yakan Hyun." Chaeng sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Iyain." Singkatnya.
"Cuek amat jadi orang." Chaeng berdecak kesal.
"Yaudah Yo ah masuk kelas, daripada dicuekin lebih lama." Ucap jeongyeon menyela omongan² gapenting kedua sahabatnya itu.
*
*
*
Dahyun mulai melangkahkan kakinya memasuki kelas, matanya tidak sengaja menangkap siluet seseorang yang sedang memperhatikannya, dari awal masuk sampai ke kursinya, dia tau siapa dia hanya saja kepribadiannya yang cuek dan muka dinginnya terkesan ditakuti semua orang yang mau mendekatinya, akhirnya orang yang mau dekat dengannya selalu hanya bisa memperhatikan dari jauh, tidak untuk bicara atau lainnya.
*Sana POV
Aku melihat Dahyun masuk ke kelas, ya kita satu kelas, dikelas X MIPA 1, dia terkenal dengan sikap dan wajah dinginnya, gak semua orang beruntung bisa berteman dengannya yang beruntung hanya Chaeng dan Jeong saja.
Yang lainnya menyapa saja mereka tidak berani, aku pernah melihat teman sekelas ku mendekatinya, dan berakhir pergi entah karena kesal ataupun marah, aku tidak tahu pasti, aku sangat ingin mengenalnya entahlah aku tipe orang yang penasaran akan sesuatu yang tertutup, bukan hanya penasaran, tapi rasanya melihatnya saja aku merasa nyaman? Ah tidak tidak hanya dengan melihatnya saja aku sudah bahagia entah karena apa.
Tapi hanya dengan melihatnya itu membuat hatiku tenang, memberi dampak bagus lainnya pada hatiku, makanya aku sering memperhatikannya, berharap suatu saat aku bisa berteman dan dekat dengannya.
*Sana POV End
Saat pelajaran dimulai, Dahyun tidak sering memperhatikan ke depan, kalopun iya dia memperhatikan itu disaat dia ingin saja, Dahyun pun melamun sambil menatap keluar jendela, terlihat anak-anak yang sedang bermain di taman bersama keluarga mereka, bercanda bersama, tertawa, berbagi cerita. Itu membuat dada Dahyun sesak, entah apa yang dipikirannya, yang pasti dia merindukan ibunya, "andai saja ibuku , masih disini, bersamaku, disisiku, pasti hidupku tidak akan sepahit ini, iyakan bu? Ah maafkan anakmu yang lemah ini Bu, aku tidak bisa menyelamatkan ibu saat itu, aku... Aku sungguh merindukanmu, sangat-sangat merindukanmu."
Tanpa sadar Dahyun meneteskan air matanya dalam diam. Sana yang memang selalu memperhatikan Dahyun tertegun melihat orang yang diperhatikannya "Menangis?" Entah apa yang dipikirannya, Sana berpikir "bebannya pasti berat, dan juga dia sangat tertutup. Bahkan kepada temannya sendiri, sepertinya mereka tidak tahu."
Tak lama bel berbunyi menandakan murid boleh pergi keluar kelas, Chaeng dan Jeong pun hendak menghampiri Dahyun yang sedang tertunduk, "Hyun kantin yo." Ujar Chaeng, "Iyaa." Jawabnya.
Setelah itu perlahan Dahyun bangun, dan berjalan bersama kedua temannya menuju kantin sekolah.Saat tiba di kantin, meja-meja disana sudah penuh, ketika mereka ingin berbalik kembali ke kelas, Chaeng merasa ada yang memanggilnya, dia pun membalikan badannya melihat orang yang memanggilnya tadi, ternyata yang memanggilnya adalah Mina teman sekelasnya, yang menyuruhnya untuk duduk didepan bangku kosong, yang mereka duduki. Dahyun, Chaeng, dan Jeongyeon hanya mengangguk mengiyakan sambil berjalan ke arah Mina dan kedua temannya.
Sesampainya dibangku, mereka duduk dan memesan makanan di kantin, salah satu teman Mina tak henti-hentinya memandangi wajah Dahyun, Dahyun yang merasa diperhatikan, hanya diam tidak mengucapkan sepatah katapun, dia tahu siapa yang selalu memperhatikannya, hanya saja dia tidak ingin menanggapinya, atau bahkan mendekatinya. Tak lama makanan yang mereka pesanpun datang, "Hyun lu gpp? Muka lu pucet gitu" ujar Chaeng, "emang muka gue pucet pabbo" Dahyun berdecih kesal, "mianhe, mksdnya lu kaya orang sakit Hyun, gwenchana?" Tanya Chaeng, "Gwenchana" singkatnya.
"Hahh.. yaudahlah terserah saja" ucap Chaeng.*Sana POV
Aku duduk didepan Dahyun, melihatnya makan dengan tenang membuatku merasa ikut tenang, entah apa yang kupikirkan tapi aku suka memperhatikannya, walaupun dia jarang tersenyum, tapi dengan melihat wajahnya saja membuatku senang. Aku diam menyimak perbincangan singkat antara chaeng dan dahyun, benar saja dia tidak pernah terbuka sekalipun kepada teman dekatnya.
Chaeng bilang Dahyun seperti orang sakit, namun Dahyun mengelaknya, dengan alasan memang kulitnya itu pucat dari sananya, tapi aku juga menyadari perubahan kulitnya, yang tadinya tidak terlalu pucat, terlihat sangat pucat sekarang, tapi aku tak berani menegurnya karena wajahnya yang dingin membuatnya tidak tersentuh.
*Sana POV End
Next
KAMU SEDANG MEMBACA
Why me?✓
FanfictionBagaimana jadinya menjadi bintang karena faktor tekanan hidup yang menuntut diri untuk membuktikan keberhasilannya tanpa tergantung pada sosok apa yang orang lain butuhkan tapi tidak dibutuhkan olehnya. "Aku lelah, entah sampai kapan aku hanya menge...