4. Sick

750 107 2
                                    

Plakkk...

*Dahyun POV

Kurasakan panas dipipiku, tepat dipipiku yang dipukul oleh preman tadi saat menyelamatkan Sana, darah mulai mengalir lagi. Aku tak peduli yang ku pedulikan hanya mengutarakan perasaan kesalku terlampiaskan, aku marah kenapa selalu aku yang dianggap penyebab semuanya, sedangkan itu karena pertengkaran mereka yang saling memikirkan diri sendiri, aku benci harus mengakui ini, tapi mulai sekarang aku akan sangat membenci yang namanya seorang AYAH.

"TERUS YAH SIKSA AKU TERUS!! TOH AYAH GAPERNAH MENGANGGAPKU BUKAN?! BUNUH SAJA SEKALIAN YAH!!!" Teriakku.

Kuperhatikan sedari tadi dia diam, saat aku meneriakinya kedua kali dia berlalu begitu saja.

Entah kenapa ucapan ayah kali ini rasanya lebih menyakitkan dari semua hukuman yang aku terima, lebih baik aku disiksa sekalipun tak apa asal jangan mendengarnya mengatakan hal seperti itu, aku bertekad ingin keluar dari sini, entah bagaimanapun caranya, tapi aku akan berusaha, aku lelah, aku ingin bahagia, aku tahu mungkin belum saatnya, tapi aku ingin pergi, hilang.

Percuma ada namun tak pernah dianggap ada. Sungguh itu sangat menyakitkan, bertahun-tahun aku bersabar akan sikapnya, sekaranglah puncak kesabaranku habis, aku iri, ya iri kepada orang lain yang bisa berbahagia bersama orangtua mereka. Aku ingin seperti mereka tapi rasanya mustahil untuk kurasakan, tak adil bukan?

"Hahhh..." Ku Hela nafasku, berjalan gontai menuju kamarku, kututup pintu sekeras mungkin, kusandarkan punggungku pada pintu, menurunkan badanku dan menenggelamkan kepalaku diantara kedua kakiku, aku menangis, sepuasku dikamar penuh luka ini, sampai akhirnya aku tertidur pada posisi seperti itu sampai pagi..

*Dahyun POV End

Paginya Dahyun bangun dalam kondisi amat berantakan, matanya sembab, penampilannya berantakan, perlahan dia bangun, berjalan menuju kamar mandi untuk bersiap-siap berangkat sekolah, mungkin nanti dia akan menggunakan kaca mata untuk menutupi matanya yang sangat terlihat, dia berpikir "semoga saja nanti siang hilang sendiri."

Setelah selesai bersiap-siap dia keluar dari kamarnya, terlihat Ayahnya sedang sarapan sendiri, matanya sembab "Apa dia habis menangis?" Pikir Dahyun.

Tanpa berkata-kata Dahyun segera meninggalkan rumahnya menuju ke sekolah.

*

*
'Sekolah'

Saat tiba di sekolah, diapun mulai memasuki kelasnya berjalan sendirian di koridor sekolah tak lupa menggunakan kaca matanya karena sungguh matanya sangat terlihat jika tidak memakai itu. Setelah sampai kelasnya diapun duduk dibangkunya memilih menidurkan tubuh dan batinnya yang lelah.

Chaeng dan Jeong baru datang, ketika melihat Dahyun tengah tertidur, jujur mereka merasa iba melihat kondisi Dahyun yang setiap harinya seperti tidak bersemangat kecuali saat mereka menggodanya atau menghiburnya dia seperti tidak ada beban sama sekali, yang mereka tahu dahyun sangat tertutup bahkan pada mereka sekalipun, dia tidak pernah cerita banyak hal tentang dirinya, entah apa yang dipikirkannya Chaeng dan Jeong tak mengerti dengan jalan pikiran seorang Kim Dahyun.

Tak lama saem pun datang,
"Selamat pagi anak-anak, sekarang bagian bahasa inggris ya, silahkan persiapkan peralatannya" instruksi saem, tidak sengaja saem melihat ke bangku yang ditempati Dahyun.

"Dahyun! Bangun! Ini sekolah, kalo kamu mau tidur sana dirumah jangan disekolah!" Tegasnya.

"Nee.. Mian saem." Jawabnya lemas.

"Kamu saya hukum, silahkan keluar kamu berdiri hormat dilapangan sampai jam istirahat tiba!!" Lanjutnya.

Dengan lemas Dahyun berjalan keluar kelas, untuk melakukan hukumannya dari saem, karena ketiduran dikelas.

Why me?✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang