5. Going

698 92 3
                                    

Di sebuah ruangan, terlihat sosok Dahyun yang masih memejamkan matanya, Sana yang melihat kondisinya merasa iba, sungguh dia tidak ingin ini terjadi pada orang yang dikaguminya.

*Sana POV

Aku ragu untuk masuk, takut-takut ada orang lain yang menemaninya, tapi ku teliti tidak ada suara, disana sangat hening mungkin Dahyun belum sadarkan diri pikirku, akupun perlahan membuka pintu dan masuk ke ruangan itu, terlihat sosok Dahyun yang ku kagumi belum membuka matanya, mungkin karena memang murid-murid sudah masuk kembali tadi di koridorpun sudah sepi, saat berjalan hendak kemari untungnya aku bertemu Chaeng, dan memintanya untuk mengizinkanku pada saem yang akan masuk.

Dengan pelan aku duduk disamping ranjangnya, memperhatikan wajah Dahyun yang sedang memejamkan matanya, aku sering memperhatikannya dikelas, makanya aku sangat mengaguminya, dia sosok orang yang sangat tangguh menurutku, sudah beberapa kali sebenarnya aku melihatnya menangis dalam diam, hanya saja aku tidak ada keberanian sedikitpun untuk mendekatinya, kalo boleh jujur aku sangat ingin jadi temannya, atau sahabatnya, bahkan kakaknya? Ah itu terlalu tinggi Sana, kau jangan berekspetasi soal itu. Tapi ku harap suatu saat nanti aku ingin jadi sosok penjagamu, sandaranmu, dan alasan kabahagiaanmu.. entah itu kapan akan terjadi tapi aku akan terus menunggu saat itu tiba.

*Sana POV End

Sana masih disana, di UKS menemani Dahyun yang masih betah memejamkan matanya, setelah setengah jam kemudian, Dahyun mulai membuka matanya, yang pertama kali dilihatnya tentu seorang Minatozaki Sana,
"Sedang apa kau disini?" Tanya Dahyun,

"Eu.. ituu tadi aku ingin ke toilet, iya ke toilet tapi karena aku melihatmu disini sendirian, tidak ada yang menjaga, jadi aku masuk dan duduk menemanimu", jawabnya canggung.

"Ohh, terimakasih", senyum Dahyun,

"Ahh dia tersenyum lagi, oh tuhan kenapa senyumnya selalu membuatku salah tingkah"Sana membatin.

"Lalu, kau membolos?" Lanjut Dahyun.

"Eum itu aku sudah menghubungi Chaeng untuk mengizinkanku pada saem", ujar Sana.

"Ohh begitu, makasih sekali lagi, dan mian aku jadi merepotkanmu Sana", sesal Dahyun,

"Tak apa, waktu itupun aku merepotkanmu bukan? Kamu sudah menyelamatkanku dari preman-preman itu, terimakasih juga untuk itu" sahutnya tersenyum lebar,

"Cantik" gumam Dahyun yang masih terdengar oleh Sana,

"Ehh?", Sana mengerutkan kening, jujur dia malu, mungkin kalo dia tidak berusaha senormal mungkin akan terlihat seperti kepiting rebus, pikirnya.

Setelah lama berbincang-bincang, terdengar bunyi bel yang menandakan waktunya pulang, dengan lemah Dahyun berusaha bangun, dibantu Sana tentunya,

ketika akan membantu Dahyun berdiri posisi Sana dan Dahyun sangat dekat, membuat pandangan mereka bertemu untuk beberapa saat, kemudian Sana memutuskan duluan pandangan keduanya, menolehkan pandangannya kearah lain, menghindarkan wajahnya yang sudah memerah karena kontak fisik itu.

"tadi itu sangat dekat, kenapa aku malu seperti ini ya tuhan, semoga saja dia tidak melihat wajahku, mungkin sekarang sudah memerah karena malu", batin Sana.

Dahyun yang memperhatikan gerak gerik Sana semenjak Sana memutuskan kontak matanya, hanya terkekeh,
"kupikir dia malu, tapi dia menggemaskan", batin Dahyun.

*

*

Dahyunpun sudah keluar dari UKS, sekarang sedang menuju parkiran, karena Sana ingin mengantarkannya pulang,
"San, gausah repot-repot aku bisa pulang sendiri"ucap dahyun tak enak, bukan tak enak hanya saja dia tidak mau bertemu dengan ayahnya.

"Tidak ada penolakan dahyun, kamu itu masih sakit, kalo kenapa-napa dijalan gimana? Aku gaada disana", ujar Sana.
Entah kenapa menurut Dahyun itu sedikit ambigu, "memangnya dia siapaku?" Batin Dahyun.

Merekapun masuk ke dalam mobil Sana, dan meninggalkan motor matic Dahyun diparkiran, besok dia akan meminta tolong kepada supir rumah,pikirnya.

Diperjalanan hanya keheningan yang melanda, tidak ada yang memulai pembicaraan, sampai Sana yang kesal dengan keadaan hening dan canggung ini membuka suaranya,

"Hmm hyunnie, dimana rumahmu? Aku tidak tahu rumahmu" ucapnya sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal,

"Hyunnie?" Heran Dahyun

"ah eu..eum itu panggilan dariku untukmu Dahyun" tuturnya sambil tersenyum canggung,
"ohh iya terserah saja,rumahku sebentar lagi, turunkan saja aku didepan taman", pintanya,
Sanapun hanya mengiyakan saja.

Setelah sampai ditempat yang dimaksud Dahyun, Sana memberhentikan mobilnya didepan taman, "Terimkasih Sana sudah mau mengantarku, dan menjagaku"ucap Dahyun lalu membuka pintu mobil bermaksud keluar, sebelum benar-benar keluar Sana menarik lengan Dahyun, dan mencium pipinya secepat kilat.

Dahyun yang diperlakukan seperti itu, hanya diam mematung,

"Jaga dirimu Hyunnie" Sana berucap sambil mengalihkan pandangannya ke depan, karena malu sebenarnya melakukan itu, tapi itu dilakukan spontan olehnya,
"sana pabo, sana pabo, apa yang kau lakukan.." batinnya berteriak.

Dahyun yang tadinya mematungpun segera keluar dari mobil Sana, bergegas pulang, untuk menghindari Sana tentunya, entah apa yang salah, tapi yang pasti pipinya merona diperlakukan seperti tadi,
"apa yang salah denganku yaampun" batin Dahyun.

Saat sudah berada didepan rumah, diapun membuka pintu, melangkahkan kaki perlahan ke dalam rumah, ketika hendak berjalan menuju kamarnya, sebuah suara menghentikannya,
"Hm enak ya males-malesan di sekolah" ketus pria itu.

*Dahyun POV

Aku hendak ke kamarku, saat di ruang tengah, langkahku terhenti mendengarnya berkata
"Hm enak ya males-malesan di sekolah" ucapnya.

Males-malesan? Apa maksudnya?

"Tadi guru menelpon katanya kau sering ketiduran dikelas, jadi ku suruh saja supaya dia menghukummu dengan tegas" lanjutnya.

"Tak pernahkah ayah memikirkanku yah?" Akupun meluapkan isi hatiku.

"Apa? Memikirkanmu? Maaf tapi aku tidak berniat sama sekali, aku membiayaimu karena wasiat ibumu! Jika bukan karena ibumu itu, aku sudah mengusirmu!!" Sinisnya.

"Ohh kau ingin aku pergi? Baikk aku akan pergi sekarang jugaa!! Maaf sudah membuatmu kerepotan mengurusi anak sepertiku!" Ketusku padanya.

Dia nampak terkejut dengan ucapanku, tapi sedetik kemudian dia nampak tak peduli. "Yasudah ingin pergi ya pergi, aku muak punya anak pembawa sial sepertimu!!!" Bentaknya.

Dengan air mata yang terus mengalir aku bergegas pergi ke kamar untuk berkemas barang-barangku, entah kemana nantinya aku pergi, yang pasti aku tidak ingin bertemu dia lagi, aku benci sangat membencinya!! Pikirku.



Next

Why me?✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang