SF. 3

5.6K 717 37
                                    

"Mau di anter pulang?" tanya Eunwoo ketika keluar dari rumah bersama Rosé. Sehabis makan Rosé pamit pulang untuk berganti pakaian karena dia masih menggunakan seragam sekolahnya.

"Woo."

"Hm."

Rosé menunjuk rumahnya yang berada di sebrang jalan. "Rumah gue sedeket itu."

"Iya tau, kan gue cuman nanya. Kalo lo mau dianter ya gue anter, kalo ngga ya udah."

"Ck, gue pulang." Eunwoo hanya diam mengawasi Rosé menyebrang jalan yang lenggang. Memang sepi karena ini jalanan komplek jadi hanya warga komplek sini yang lewat.

Setelah melihat Rosé sudah menutup pintu rumahnya. Eunwoo juga kembali masuk. Ia berjalan ke dapur untuk mengambil minum.

"Rosé sendirian lagi dirumahnya?" tanya Yoona yang sedang duduk di kursi pantry.

Eunwoo mengangguk sekali lalu berbicara. "Udah biasa juga ma," ucapnya. Kemudian menegak air yang ia ambil dari kulkas.

"Tapi kasian sendirian terus. Temenin gih." Eunwoo langsung menatap Yoona bertanya. Sebenarnya hal ini tidak perlu dipertanyakan lagi.

Eunwoo tau, Yoona memang sesayang dan sepeduli ini ke Rosé. Wanita itu sudah menganggap Rosé seperti anaknya sendiri, juga memperlakukan Rosé sama seperti ia memperlakukan Eunwoo dan Haruto tanpa pilih kasih.

"Mama mau bujuk dia tinggal disini. Dirumah sebesar itu pasti iseng kalo sendiri."

Eunwoo yang mendengarnya menghela nafas panjang, "dia masih punya rumah ma. Lagian dulu mama udah pernah nawarin itu, dan Rosé nolak kan?" tanya Eunwoo membuat Yoona diam.

Yoona pernah menawarkan Rosé untuk tinggal dirumah ini, tapi gadis itu menolaknya dengan halus. Yoona sudah berangan-angan, jika seandainya Rosé mau, ia pasti akan merawat Rosé dengan baik seperti putrinya sendiri.

Yoona akan mengajarinya membuat kue, memasak, mengajaknya kesalon bersama kemudian saling curhat jika sedang berdua, dan masih banyak lagi keinginan Yoona. Yoona ingin melakukannya dengan Rosé, kalau tidak bisa dilakukan sekarang mungkin nanti dimasa depan. Semoga.

•••


"Non Bibik pamit pulang ya," bik Ning menghampiri Rosé yang sedang makan.

Rosé mendongak. "Iya Bik hati-hati."

Bik Ning bekerja dari jam lima pagi sampai jam lima sore. Dan ini sudah waktunya dia pulang.

Setelah kepulangan bik Ning, Rosé kembali melanjutkan makannya dalam diam. Hanya ada suara dentingan sendok dan garpu yang terdengar menggores piring.

Tatapan Rosé berubah kosong, saat mengingat terakhir kali ia dan kedua orang tuanya makan bersama dimeja ini.

Perlahan pengelihatan Rosé memburam karena air mata yang muali menggenang, ia mengedipkan matanya sekali, butiran bening itu mulai jatuh membasahi pipi Rosé.

Mendadak tenggorokannya
sulit untuk menelan makanan lagi. Ia mengeser piringnya menjauh, menyembunyikan wajah di lipatan tangannya diatas meja. Rosé terisak pelan dan dalam, terdengar pilu dan menyakitkan jika seseorang mendengarnya.

Rosé menangis. Pikirannya kembali memutar kejadian-kejadian di masa lalu. Membuat tangisan Rosé semakin pilu. Rosé menyesali hidupnya yang begitu menyediakan.

Setelah puas meluapkan emosinya dengan menangis. Rosé mengatur nafasnya dalam-dalam, lalu menghembuskannya kasar.

Hal ini sering terjadi. Dimana saat Rosé mengingat kejadian di masa lalu yang membuat hatinya sakit ia akan menangis sejadi-jadinya. Tangisannya itu tidak ada yang mendengar, karena rumah ini sepi, hanya ada dirinya.

SWEET FRIEND [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang