SF. 35

1.6K 230 6
                                    

Rosé melihat sekitaran pekarangan rumah Eunwoo. Motor cowok itu sudah tidak ada, biasanya jika pagi pasti ninja putihnya selalu nangkring. Rosé berdecak sebal untuk kesekian kalinya.

Tega sekali Eunwoo meninggalkannya, tanpa mengabari Rosé. Awas saja jika sampai di sekolah ia akan memberikan perhitungan pada Eunwoo.

Karena supir yang biasa mengantarnya sedang mengantar asistennya belanja ke pasar, jadi Rosé terpaksa memesan go-mobil. Untungnya sampai di sekolah murid-murid masih ramai berkeliaran di sekitar halaman sekolah jadi bisa di pastikan Rosé tidak telat.

Masuk ke dalam kelas Rosé langsung menaruh tas miliknya. Ia berbalik saat merasakan pukulan pelan di pundaknya. Pelakunya adalah Una.

"Tumben gak berangkat sama sahabat tersayang?" tanya gadis itu menekan kata sahabat. Dari dulu hingga sekarang Una sama sekali tidak percaya bahwa hubungan mereka hanya sebatas sahabat.

Uwunya itu loh, Una bahkan sampai heran. Dia saja dengan pacarnya tidak pernah sampai se-romantis itu. Bohong besar jika Rosé dan Eunwoo hanya sebatas sahabat, menurutnya.

Rosé melengos malas, "di tinggalin, gak ngasih kabar."

Tuh kan, apa Una bilang. Lihat temannya ini, tingkahnya sudah seperti habis di bohongi pacarnya. "Oh, ya? Pantesan gue liat dia bonceng cewek selain Lo tadi pagi. Gue kira itu Lo, taunya bukan."

Brak!

Rosé langsung bangun dan menggebrak meja. Suara keras yang timbul dari meja itu membuat sebagian teman sekelasnya mengalihkan atensi ke meja Rosé.

"Dia siapa maksud Lo?" Tanya Rosé  mencoba santai tapi tidak bisa.

"Eunwoo lah, emang siapa lagi sahabat rasa suami Lo selain dia?"

Wajah Rosé tambah muram, jadi ini alasan Eunwoo tidak memberinya kabar ingin berangkat sekolah duluan dan tiba-tiba sekarang bonceng cewek lain berangkat sekolah.

Tidak tau kenapa, rasa resah dan sakit hinggap di hatinya. Rosé mengatur nafasnya yang tiba-tiba memburu bersamaan datanya rasa sakit di hati.

"Gue gak tau soal itu. Gue mau ke toilet dulu." Rosé memilih menenangkan diri di balik pintu bilik toilet.

Keluar dari sana Rosé berpapasan dengan Eunwoo dan Chaeyeon. Rasa tidak suka tiba-tiba datang lagi menyeruak ingin di tumpahkan. Baru ingin memanggil Eunwoo, cowok itu malah dengan santainya melewati Rosé. Seakan Rosé adalah debu lewat di sampingnya.

Wajah datar Eunwoo bahkan tidak berubah saat Chaeyeon dengan sengaja merangkul lengannya. Seakan mengejek Rosé.

Rosé tidak menyangka bahwa dia bisa secengeng ini. Baru tidak di sapa oleh Eunwoo saja, matanya sudah memanas. Tapi dia sekarang tau bahwa dirinya memang cengeng sekali sekarang.

Sebuah kain kecil yang Rosé yakini adalah sebuah sapu tangan berada di depannya sekarang. Ia melihat siapa pemiliknya, oh ternyata si sahabat dari sahabat tersayangnya.

"Gue tau Lo butuh ini. Ambil aja buat hapus air mata Lo." Jungkook kembali menyodorkan kain kecil itu.

Rosé awalnya ragu, tapi karena tidak enak hati menolak ia menerima itu. Sapu tangan berbordir mawar merah itu tampak cantik dan terasa lembut saat menyentuh wajahnya.

"Soal yang di taman lupain aja, anggap gak pernah terjadi obrolan itu di antara kita. Hehe... Biar gak canggung aja," ucap Jungkook, tanpa cowok itu suruh dia sudah lama melupakan hari itu. Toh Anna juga sudah ketemu.

"Iya, btw thanks buat sapu tangannya."

"Ambil aja buat Lo." Jungkook pergi begitu saja meninggalkan Rosé yang kebingungan menerima sapu tangan itu.

***

Pulang sekolah Una dan para temannya yang lain menawarkan mengajak Rosé jalan-jalan hanya sekedar untuk menghibur gadis itu. Dari pagi sampai siang wajahnya sangat muram, tidak ada senyum di bibirnya.

Usulan itu di setujui oleh Rosé, mereka langsung berangkat ke Mall mewah di pusat kota. Rosé dan teman-temannya melapisi baju seragam sekolahnya dengan jaket atau cardigan agar tidak terlalu mencolok.

Niatnya ingin mengenyahkan pikiran dari Eunwoo dan Chaeyeon yang tiba-tiba dekat dengan menghibur diri. Eh, sial seribu sial malah ketemu mereka di dalam Mall.

Di antara banyaknya mall elit di kota ini kenapa Rosé harus bertemu dengan mereka di Mall yang sama. Benar-benar dunia memang sesempit itu.

"Kamu lebih suka yang ini atau ini? Warna marun lebih cantik kan Woo?" Chaeyeon tampak memilih beberapa set baju yang tadinya ingin Rosé beli juga. Tapi sekarang keinginan itu Rosé kubur.

Karena tidak kuat melihat kedekatan mereka Rosé memilih pergi dari toko baju itu menyusul teman-temannya. Rosé pulang lebih dulu dari teman-temannya karena alasan tidak enak badan.

"Hm." Eunwoo menanggapi hal itu, cowok itu juga sibuk melihat-lihat sekeliling. Tatapannya jatuh pada barang yang menarik minatnya.

Eunwoo tiba-tiba teringat seseorang yang sejak tadi pagi tidak bertegur sapa dengannya. Mungkin orang yang dia maksud cocok dengan barang yang sudah Eunwoo pegang saat ini.

Sementara itu, Chaeyeon tampak kesal dengan Eunwoo yang sejak tadi hanya menjawabnya singkat. Tidak ada effort sama sekali untuk membalas ucapannya dengan kata yang lebih panjang.

Bukan ini yang Chaeyeon inginkan setelah merayu papanya untuk menjodohkan dia dengan Eunwoo yang ternyata adalah cucu dari rekan bisnis ayahnya. Kebetulan yang menguntungkan bagi Chaeyeon mengetahui fakta itu. Maka dari itu dia tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk lebih dekat dengan Eunwoo.

Chaeyeon sadar raga Eunwoo memang bersamanya namun pikiran dan hati cowok itu ada di tempat lain.

Cukup sulit ternyata menarik perhatian cowok dingin di sampingnya. Dia kira Eunwoo dengan wajahnya yang tampan adalah tipe-tipe cowok playboy yang gampang kepincut cewek.

Tapi ternyata dia salah menduga, boro-boro jadi playboy pacaran saja Eunwoo mungkin tidak pernah. Chaeyeon yakin Rosé adalah satu-satunya gadis selain ibu Eunwoo yang ada di pikiran cowok itu.

Mungkin butuh rencana lain untuk mengalihkan atensi Eunwoo dari Rosé. Ia akan membicarakan masalah ini dengan Papanya. Ia akan merengek sedemikian rupa agar orang tuanya mengiba dan menuruti keinginannya untuk melangsungkan pertunangan dengan Eunwoo dalam waktu dekat ini.

***

Rosé baru saja sampai di rumahnya. Sandara menyambut putri tercintanya dengan pelukan hangat. Hati Rosé yang sejak pagi gundah gulana berkurang sedikit mendapat pelukan hangat itu.

Sandara mengelus rambut Rosé sayang, "kenapa anak mami pulang Shopping malah cemberut, senyum dong sayang."

"Iya Mih." Rosé menarik senyumnya.

"Kamu ini pasti gak lain gak bukan masalah cinta-cintaan."

Rosé langsung menegakkan tubuhnya yang awalnya lemas, "kenapa Mami bisa berpikir seperti itu?"

"Ya tau lah, mami kan juga pernah muda." Sandara mengibaskan rambutnya dengan gaya khasnya.

"Ah mami!"

Tawa Sandara meledak, ia tidak kuat menahan ketawa melihat wajah melas putrinya, "udah dari pada galau mending bantuin Mami masak, biar skill kamu makin meningkat.

Rosé akhirnya menyetujui itu, terbukti dengan bergutik dengan alat dan bumbu dapur rasa tidak enak di hatinya perlahan mulai menghilang.

-TBC-

Vote ya cantik😗

SWEET FRIEND [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang