Di sebuah taman asri seberang rumah sakit, Eunwoo duduk sendiri. Menatap ke arah depan dengan pandangan kosong, orang-orang di sekeliling dari berbagai kalangan tampak ramai berlalu-lalang.
Suara canda, tawa beberapa bocah yang sedang bermain ayunan dan sedang mengantri di kedai es krim tidak mampu mengubah suasana hatinya yang gamang.
Eunwoo masih tidak percaya apa yang terjadi sekarang, rasanya ia ingin pulang dan menemui Rosé. Memeluk gadis itu berharap semua ini hanya delusi.
Tapi kembali lagi itu hanya harapan Eunwoo, karena gadis yang ia ingin peluk erat. Gadis yang sangat ia rindukan tengah berbaring di ranjang dingin ruang IGD, berjuang dengan berbagai alat membantu penunjang hidupnya.
Eunwoo menunduk, suara isakan tangis cowok itu mulai tertelan ramainya taman. Sampai sebuah tepukan Eunwoo rasakan di pundaknya. Ia mendongak melihat siapa yang datang.
"Kenapa kamu nangis?" Tanya gadis kecil yang entah datang dari arah mana. Eunwoo tidak terlalu memperhatikan, ia masih sibuk dengan kesedihannya.
Eunwoo hanya melihat bocah itu.
Melihat tidak ada tanda-tanda dari Eunwoo untuk membalas ucapannya gadis kecil itu kembali berbicara. "Kenapa kamu sedih? Siapa yang bikin kamu nangis? Kakak jangan nangis dong, kan laki-laki gak boleh nangis."
"Siapa bilang laki-laki gak boleh nangis hm?" tanya Eunwoo serak.
Gadis kecil itu mengerjapkan matanya polos, "kata lagu yang pernah aku denger."
Eunwoo menarik sudut bibirnya, ucapan polos bocah itu sangat menggelitik. "Jangan terlalu percaya sama lirik lagu, kan itu masih ada sambungannya. Laki-laki bisa nangis di keadaan tertentu misal dia lagi sedih seperti Kakak." Ia melihat raut kebingungan dari si bocah.
"Tapi kata Buk guru laki-laki gak boleh nangis soalnya nanti di anggap lemah."
Ya, Eunwoo memang lemah jika menyangkut Rosé. Entah sejak kapan gadis itu memenuhi otak dan juga hatinya. Hanya Rosé yang mampu menduduki singgasana paling tertinggi di hatinya setelah ibunya.
Rosé membuat hari-hari sepinya tempak lebih hidup. Seperti kanvas putih yang memiliki banyak warna setelah kehadiran gadis itu di hidupnya. Dan hari ini, Rosé juga yang membuat hatinya hancur melihat wajah pucat dan lemahnya.
Eunwoo bahkan tidak sanggup membayangkan wajah pucat Rosé tadi.
"Elea! Ternyata kamu di sini, suster cari dari tadi," ucap panik wanita yang sepertinya adalah pengasuh dari bocah itu.
Wanita itu langsung menarik anak kecil itu, ia tersenyum pada Eunwoo, "maaf ya Mas Non Elea memang suka kabur-kaburan. Sedang aktif-aktifnya bermain. Sekali lagi maaf ya Mas, saya permisi." Wanita itu pamit dan membawa serta anak majikannya.
Eunwoo masih menatap punggung kecil itu sampai bocah itu memasuki sebuah mobil. Samar Eunwoo lihat gadis kecil itu melambai ke arahnya lewat jendela mobil sebelum benar-benar pergi dari are taman.
Setelah melihat bocah bawel itu dari jarak dekat tadi ia sekilas melihat kemiripan wajah dan rambut dengan seseorang yang amat begitu ia kenal. Kepolosan wajah dan mata bulat gadis itu mirip dengan Rosé saat masih kecil, waktu awal-awal kenal dengan pacarnya.
Eunwoo tidak terlalu memusingkan hal itu mungkin hanya sebuah kebetulan. Ia juga pernah mendengar kata bahwa di dunia ini kita memiliki 7 kembaran.
Suara dering telepon menyentak lamunan Eunwoo, nama Haruto kembali memanggil. Ia segera menerima panggilan itu.
"Ya?"
"Ke sini cepat Bang! Kak Rosé kritis!"
Eunwoo secepat mungkin meninggalkan taman dan kembali ke tempat Rosé. Kurang lebih lima menit ia baru sampai di depan pintu IGD. Nafas tak beraturan Eunwoo ditambah lututnya tiba-tiba lemas. Mendadak tidak memiliki tenaga menyangga tubuhnya saat mendengar penuturan Dokter pada orang tua Rosé di depan pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET FRIEND [END]
FanfictionEunwoo dan Rosé hanya sahabat, iya hanya sahabat. Tapi ... mereka sahabat rasa pacar. Start: 5 February 2021 finish: 20 Mei 2023 Follow © firgounxjjr *** Rank🏅 #1 in eunrosé (27 Maret 2023) #1 in 97line (06 February 2023) #1 in roseannepark (06 Feb...