SF. 17

3K 495 30
                                    

Malam ini Rosé bertamu ke rumah tetangga, rumahnya Mama Yoona. Mau belajar bikin kue sama Mama Yoona, sekalian cari anaknya yang pertama.

"Habis ini gimana Ma?"

"Itu loyangnya di olesin butter dulu baru tuang adonannya. Nah gitu, terus masukin oven, atur suhunya sayang." Yoona mengarahkan Rosé ini dan itu pelan-pelan. Rosé mematuhinya dengan luwes karena ia juga sudah pernah memperhatikan cara Yoona dalam membuat cake.

"Gimana sekolahnya Rosé?" tanya Yoona mereka mengobrol dulu sambil menunggu kue matang.

"Lancar kok Ma."

"Kamu lagi marahan sama Eunwoo dia dari pulang sekolah diem mulu anaknya?". Ternyata Yoona menyadari diamnya Eunwoo.

"Hmm..."

Melihat Rosé yang seperti ragu ingin menjawab Yoona menenangkan dengan mengusap bahunya pelan. "Gak pa-pa, kalau punya masalah di omongin baik-baik ya. Gak baik marahannya lama-lama." Nasihatnya.

"Iya Ma. Emang di sini Rosé yang salah nanti Rosé minta maaf ke dia," jawab Rosé.

Yoona tersenyum, "iya pasti di maafin."

Perasaan Rosé tenang sedikit mendapat dukungan Yoona. Gugup itu kembali datang saat cake matang dan Rosé di minta Yoona memanggil kedua anaknya untuk turun ke bawah.

Kamar pertama yang Rosé tuju adalah punya Haruto. Ingat! Yang mudah di dahulukan baru yang sulit. Tidak lama setelah Rosé memanggil Haruto keluar dan turun ke bawah. Sekarang tinggal kamar di sampingnya.

Kenapa sih gugup banget biasanya biasa aja! Iya biasa aja dong Rosé! Batin Rosé.

"Eunwoo?"

"Eunwoo di suruh turun kebawah." panggil Rosé, "masak jam segini udah tidur?" Gumamnya.

"Woo gue masuk ya?" Rosé menekan kenop pintu yang tidak di kunci. Suara gemercik air dari kamar mandi terdengar di telinga Rosé. "Oh pantes gak denger orangnya lagi di kamar mandi."

5 menit setelahnya suara pintu terbuka, Rosé yang duduk di pinggir ranjang bangun. Eunwoo keluar dari sana dengan kaos hitam dan juga celana selutut. Rambutnya yang masih basah membuat Eunwoo terlihat lebih tampan berkali kali lipat dari biasanya. Rosé mengedip pelan saking terpesonanya. 

"Ngapain?" tanya Eunwoo tangannya memegang handuk kecil yang diusapkan ke rambutnya yang masih basah.

Rosé menarik nafas dan menghembuskannya, ia mengulangi sebanyak dua kali karena pasokan udara dalam rongga dadanya terasa menipis. Ternyata Rosé selama beberapa detik tidak bernafas ia sampai lupa dunia karena Eunwoo.

"Mukanya kenapa merah gitu?" Eunwoo menaruh handuk lalu mendekatinya.

Rosé mundur satu langkah ia merasa jarak sedekat ini tidak baik untuknya. "I-itu di suruh kebawah sama Mama." Rosé menatap ke segala arah asal tidak ke wajah Eunwoo.

"Kalo ngomong liat orangnya." Eunwoo melewati Rosé menuju pintu.

"Eunwoo."

Eunwoo berhenti dan membalik badan menghadap Rosé dengan satu alis terangkat seolah bertanya 'Apa?'

"Gue minta maaf soal yang di sekolah. Jangan marah lagi." Cicit Rosé memelas.

"Siapa yang marah?" tanya Eunwoo.

Rosé langsung mengangkat kepalanya "Emang Lo gak marah?" Tanya Rosé tidak percaya.

Eunwoo menggeleng "Gue gak marah." Ucapnya jujur.

"Terus kenapa diemin gue?"

Eunwoo hanya mengangkat bahunya membuat Rosé bingung sekaligus kesal. Sudut bibir Eunwoo terangkat ia mendekat lalu memeluk Rosé membuat Rosé kaget.

"Gue marah sama Lo? Lo pikir gue bisa marah sama Lo Rosé?" Tanya Eunwoo dengan suranya yang berat. Rosé dengan ragu menggeleng dengan kepala yang berada di dada Eunwoo. 

"Nah itu tau,"kata Eunwoo enteng.b

Rosé mendongakkan kepalanya, "jadi Lo gak marah?" Eunwoo menggeleng tapi kemudian juga mengangguk.

"Iya sedikit tapi sekarang gak. Mana bisa gue marah sama sahabat gue yang gemesin ini?" Eunwoo mencubit gemas pipi Rosé.

Rosé tidak bisa menyembunyikan senyumnya. "Syukur deh, kalau gak. Tapi gue tetep mau minta maaf."

"Iya. Lain kali jangan gitu lagi diemin aja." Rosé menurut saja untuk kali ini agar Eunwoo tidak marah saja. Tapi jika besok-besok Chaeyeon mencari masalah lagi jangan harap ada kata diam. 

"Rosé?"

"Hm."

"Gue kangen." Dua kata itu mampu membuat Rosé diam tidak berkutik. Eunwoo mengeratkan pelukannya jujur ia tidak bisa mendiami Rosé lama-lama.

Tadi di sekolah ia meninggalkan Rosé karena ingin membiarkannya merenungi kesalahannya dengan memberikan hukuman kecil. Tapi setelah melihat Rosé berada di dalam kamarnya dengan niat baik ingin meminta maaf akhirnya Eunwoo luluh.

Bagaimana tidak luluh jika Rosé menunjukkan wajah memelas sekaligus gemas seperti ini.

Rosé menelan ludah, tidak tau apa Eunwoo efeknya ngomong kangen dengan begitu mudahnya bisa membuat Rosé sesek nafas sekarang?

Apa dia sadar detak jantung Rosé sudah berdetak tidak normal? Rosé gugup sekaligus senang.

"Pantesan lama ternyata mesra-mesraan peluk-pelukan dulu di sini."

Eunwoo dan Rosé kaget lalu melepaskan diri masing-masing. Haruto tertawa karena mereka sudah seperti maling yang tertangkap basah. Rosé lebih kaget lagi mendengar Eunwoo mengumpat.

"Sialan Lo ganggu!"

______

Meja makan di rumah Eunwoo terdapat 1 meja persegi panjang dengan 6 kursi yang melingkar di sampingnya. Karena kepala keluarga alias Papa Eunwoo sedang dinas jadi kursi hanya terisi 4 termasuk Rosé. Mereka sedang menikmati kue yang tadi di buat Rosé di bantu Yoona.

"Ini Lo yang buat kak?" Haruto mengambil satu potong kue itu lalu memakannya.

"Iya sama Mama juga tadi. Kenapa gak enak ya?" tanya Rosé takut kuenya tidak enak karena di sini campur tangan Yoona hanya sedikit lebih banyak Rosé yang mengerjakan.

"Enak kok hampir mirip rasa kue buatan Mama." Dia mengambil lagi dengan tangan kirinya, kedua tangannya memegang masing-masing satu potong kue.

"Rakus banget ni anak, udah gak usah ambil lagi ini bagian gue semua." Eunwoo mengambil dan menjauhkannya dari Haruto.

Haruto tidak terima ia buru-buru memakan kuenya dan ingin mengambil lagi tapi Eunwoo memukul tangannya.

"Eh curang banget gue baru makan dua!" kata Haruto sampai muncrat butiran-butiran kue.

"Ruto jangan ngomong kalau makan." tegur Yoona. Haruto menutup mulut setelahnya.

"Mama mau lagi," rengek Haruto ke Yoona.

"Udah Eunwoo ngalah makan bareng-bareng kasian adeknya." Haruto mengangguk lucu.

Rosé menahan tawa menonton pertengkaran kecil kakak-adik itu. Kalau di pikir-pikir pasti seru punya saudara adik atau kakak tidak seperti dirinya yang apa-apa selalu sendiri di rumah.

Iya jadi teringat satu satunya saudari yang Rosé punya tapi sekarang entah di mana dia Rosé tidak tau. Rosé berharap di manapun dia, dia juga merasakan rindu yang sama.


🍃🍃🍃🍃

Gak bisa tiap hari say sorry kalau ada ide baru update.
Ayo comen jangan cuma digulir aja😗

SWEET FRIEND [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang