SF. 33

1.6K 233 5
                                    

"Mami... Rosé? Papi?! Kalian dimana?" Anna terus berulang kali memanggil nama keluarganya. Ia tidak tau sekarang ia ada di mana. Sekitarnya hanya ada pohon-pohon besar dengan suasana menyeramkan.

Anna kecil pada saat itu bergetar takut, jantungnya berdetak kencang peluh membanjiri tubuhnya.

Rosé dan Anna bermain petak umpet saat itu giliran Rosé yang berjaga. Anna bersembunyi sebisa mungkin agar tidak mudah diketahui adiknya.

Namun dia malah lengah Anna kecil tergiur dengan kupu-kupu cantik yang hinggap di akar pohon besar yang sedang di tumbuhi bunga cantik. Mata Anna berbinar melihat kupu-kupu itu. Ia mendekat untuk menangkap hewan kecil itu. Ia berpikir jika bisa menangkap kupu-kupu itu ia akan menunjukkannya pada Rosé pasti saudaranya itu akan ikut senang.

Anna mengikuti kemana kupu-kupu itu terbang, sampai tidak sadar sudah jauh dari tempatnya bersembunyi. Anna kecil baru sadar ia sudah berada di tengah hutan.

"Hiks mami! Papi aku takut..." Tangis Anna pecah ia berjongkok, menenggelamkan wajah di lipatan lututnya.

Hari sudah semakin malam. Gelapnya malam itu membuat Anna yang sudah tidak memiliki tenaga menutup mata di atas tanah, meringkuk seperti bayi.

Anna pingsan.

Saat Anna terbangun ia sudah berada di ranjang empuk. Anna mengucek mata melihat sekeliling. Ini bukan kamarnya.

Ceklek..

Pintu terbuka seorang wanita masuk dengan pakaian pelayan. Wanita itu mendekati Anna.

"Anda sudah bangun nona. Bagaimana keadaan anda apa sudah lebih baik?" tanya pelayan wanita itu. Anna menunduk takut dengan wanita tidak dikenalnya.

"Tidak perlu takut nona aku bukan orang jahat. Aku hanya pelayan di rumah ini," ucap wanita itu.

"Jika nona sudah merasa lebih baik saya akan membantu nona untuk mandi." Anna menurut saat wanita itu menuntunnya untuk membersihkan diri.

Badannya terasa sakit, perutnya juga sakit karena belum makan dari kemarin.

Wanita itu keluar dari kamarnya tidak lama kemudian pintu itu kembali terbuka. Dua orang berbeda usia masuk. Anna lagi-lagi merasa ketakutan melihat dua orang itu. Ia berdoa dalam hati agar dua orang itu tidak berniat untuk menyakitinya.

"Tenang gadis manis aku tidak akan menyakiti mu. Perkenalkan aku James, aku adalah pemilik rumah ini." Pria bernama James itu tersenyum tipis. Wajah dinginnya seperti kaku untuk sekedar tersenyum.

Tatapan Anna terjatuh ke anak kecil yang sepertinya beberapa tahun lebih tua darinya. Seperti tau pikiran Anna, James kembali bersuara. "Dia cucuku Sehun. Dia yang membawamu ke sini saat dia sedang berburu."

Sehun menatap Anna datar ketika James meninggalkan mereka berdua. "Apa sudah lebih baik?" tanya Sehun.

Anna tersentak ia pikir Sehun tidak akan membuka suara. Anna menganggukkan kepalanya pelan. Perutnya tiba-tiba berbunyi, ia mendongak melihat Sehun yang masih mempertahankan mimik wajah dingin.

"Ikuti aku."

Anna mengikuti Sehun. Sehun menyuruh pelayan melayaninya dengan Sehun yang terus berada di sisinya.

Setelah perutnya terisi dan tenaganya kembali Anna teringat akan keluarganya. Mereka pasti mencarinya, Anna harus segera pulang. "Aku ingin pulang Kak."

"Sehun saja." Tangan laki-laki itu terlipat di depan dada. "Apa kau tau dimana rumahmu aku akan mengantarmu pulang."

Anna menggeleng, ia belum terlalu tau dimana letak tempat tinggalnya. Anggaplah Anna gadis kecil yang bodoh karena itulah kenyataannya. "Tapi rumahku besar berwana putih," ucap Anna. Pikirannya benar-benar polos saat itu.

SWEET FRIEND [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang