SF. 31

1.7K 247 16
                                    

Cari mood buat nulis itu susah banget, ampun deh. Kadang rasa males bikin gue gak update berbulan-bulan.

Komen part ini dong, pengen baca komen kalian please 😔

Happy reading

Satu minggu sudah Eunwoo Rosé di rumah Opa Max. Satu minggu itu pula Rose tidak merasakan jenuh karena Eunwoo memanjakannya ini itu. Mengajak jalan-jalan jika merasa bosan di rumah mewah Max.

Seperti sekarang ini Rosé berlarian ke sana kemari di hamparan pasir pesisir pantai. Tentu dengan keberadaan Eunwoo di sekitarnya.

Awalnya Rosé kesal karena Eunwoo melarangnya memakai bikini padahal ke pantai wajar-wajar saja pakai bikini apalagi di negara bebas ini.

Bule-bule ramai mengunjungi pantai sore hari itu, mereka berseliweran memakai bikini terbuka berbagai model. Sedangkan Rosé memakai crop tee ketat putih dan celana pendek warna senada dengan cardigan gading panjang, tentu saja Eunwoo yang suruh.

Eunwoo sendiri memakai kaos putih yang jika terkena air akan mencetak bentuk otot-otot perutnya dan celana pantai selutut. Perpaduan yang pas menambah kesan sexy dan eksotis cowok itu. Apalagi rambutnya basah terkena air laut, gantengnya nambah sampai orang asing menatapnya tanpa kedip.

Mood Rosé langsung hancur.

Rosé berdecak kesal, "dia aja boleh tebar pesona sana sini. Giliran gue aja ngomelnya gak berhenti-henti,"gerutunya.

"Kenapa?" Tanya Eunwoo saat wajah Rosé tidak seceria tadi.

"Mau pulang aja!"

"Loh, kan baru sampai?" Bingung Eunwoo.

"Gue gak boleh pakai bikini sekarang Lo pamer ABS, itu maksudnya apa?" Rosé bertanya garang seakan tak mau miliknya dinikmati mata-mata genit itu.

Eunwoo menggaruk belakang kepalanya yang tak terasa gatal, "gue gak pamer," ucapnya sambil melonggarkan bajunya agar tidak nyemplak bentuk tubuhnya, tapi sia-sia bajunya tetap menempel karena basah.

Tanpa mereka berdua sadari keduanya seperti pasangan yang memiliki ikatan batin kuat untuk saling memiliki dan tidak ingin berbagi satu dengan yang lain.

Dan juga hal ini tidak sekali terjadi bahkan sepanjang hubungan persahabatan mereka, keduanya sama-sama merasakan getaran itu.

°*•*•*°

Pada akhirnya Eunwoo yang mengalah Rosé ingin pulang, ya harus dia turuti. Tapi ternyata kekesalannya tidak berakhir begitu saja sepanjang jalan pulang Rosé masih cemberut tidak ingin membuka mulut.

"Lo mau apa cemberut terus?" pelan-pelan Eunwoo mencoba membujuk.

Rosé membuang pandangannya ke luar jendela. Ia tersentak saat merasakan tangan dingin menggenggam tangannya erat dan sebuah kecupan lembut mendarat di atas punggung tangannya.

"Maaf udah larang Lo ini itu. Lo pasti kesel karena itu. Maaf ya?" Ucapnya menatap Rosé sekilas lalu fokus kembali ke arah jalan.

Sedikit demi sedikit Rosé mulai luluh dengan perhatian kecil itu. Dadanya bergemuruh dan ribuan kupu-kupu cantik mengerubungi perutnya seperti ingin meledak.

Rosé tidak marah dengan pengakuan Eunwoo tapi hanya kesal masalah ia yang di tatap genit oleh para bule itu, mana bulenya cantik-cantik.

Tapi jika ia bilang, gengsi mereka kan cuma sahabat emang berhak ngatur-ngatur? Tapi Eunwoo biasa tuh marah-marah gak jelas kalau dia dekat cowok lain.

Rosé bingung sebenarnya hubungan seperti apa yang mereka jalani ini, teman biasa? Ah tidak mungkin. Apakah TTM, teman tapi mesra? Atau apa?

Tapi jika terus seperti ini Rosé bisa jatuh sedalam-dalamnya dan tak bisa bangkit lagi... Sedangkan Eunwoo mungkin saja tidak memiliki perasaan sama.

Rosé jadi takut. Dan pikiran-pikiran negatif timbul bermunculan. Bagaimana jika Eunwoo bukan jodohnya apakah Rosé bisa lepas dengan cowok itu sementara selama ini ia sangat bergantung dengan Eunwoo.

"Kenapa diem terus di maafin gak?" Ucapan Eunwoo menyentak lamunan Rosé.

Kenapa mesti bertanya, emang bisa Rosé marah lama sama dia? Jawabnya tentu tidak!

"Hei..." Eunwoo mengelus kepala Rosé mengusap peluh di dahi gadis itu. Mobil yang ia kendarai sudah berhenti di pelataran rumah Max.

"Iya."

Eunwoo menebak suasana hati Rosé sedang tidak baik, mungkin juga karena merindukan orang tuanya jadi dia memberikan waktu sendiri untuk menenangkan diri.

*•*•*•*

Max memberikan lembar-lembar photo pada Eunwoo. Mereka berdua berada di dalam ruang kerja Opa Max yang kedap suara jadi perbincangan penting mereka tidak bisa di dengar siapapun. 

Termasuk Rosé dan seluruh penghuni rumah itu. Karena penyusup bisa saja menyelinap masuk dan menggagalkan rencana mereka.

Max mengatakan Sehun sudah mulai curiga dengan mata-mata yang akhir-akhir ini mengintai kediaman Sehun. Max hanya ingin berjaga-jaga jika sewaktu-waktu Pria itu mengirim balik mata-mata untuk menggagalkan rencananya.

Jika bukan karena cucu kesayangannya ini, ia tak akan mau melakukan semua itu apalagi berurusan dengan mafia kelas kakap seperti Oh Sehun. Hanya akan menambah musuhnya saja.

Beberapa lembar photo menampilkan Anna yang sangat mirip dengan Rosé sama persis malah. Jika saja warna rambut mereka sama Eunwoo tidak akan bisa mengenali mana Rosé mna Anna.

Sosok Anna dengan pria yang berbadan jauh lebih tinggi darinya itu sedang keluar dari sebuah rumah besar, yang ia yakini adalah tempat Sehun menyembunyikan gadis itu.

Ada juga yang memperlihatkan mereka dengan pakaian tertutup. Mengingatkan Eunwoo pada orang yang menabrak Rosé waktu itu di pusat perbelanjaan.

Sepersekian detik mata Eunwoo melebar, ia baru sadar apa mungkin orang itu adalah Sehun dan Anna. Ternyata selama ini orang yang ia cari sudah pernah ia lihat sebelumnya. Dan berkeliaran bebas tanpa ia ketahui.

"Mulai dari sekarang aku akan ikut turun tangan mencarinya," final Eunwoo ia akan mempercepat prosesnya.

Hal itu membuat Max tertegun, hal itu tentu sangat berbahaya. Karena tidak mungkin bisa mencegah cucunya yang keras kepala itu. Max akhirnya berdiri dadi singgasananya. Ia berjalan ke sebuah rak berisikan buku-buku tebal, Max mengambil salah satu buku. Rak buku itu bergeser menampilkan ruang gelap, mereka masuk kedalam sana.

Di balik rak buku terdapat ruang rahasia yang tidak pernah dimasuki oleh orang selain dirinya dan sekarang Eunwoo menjadi orang kedua pengunjung ruangan itu.

Di sana berjejer berbagai senjata tajam dan senjata api. Max mengambil salah satu pistol  koleksinya dan memberikan itu pada Eunwoo, "ambil ini untuk senjatamu. Kau masih ingat cara menggunakannya bukan?"

Eunwoo langsung menatap Max datar, apa pria tua itu meremehkan kemampuan Eunwoo? "Apa aku harus menembak Opa dulu sebagai percobaan?"

Bukan merasa takut atau marah Max malah tertawa, merasa lucu dengan guyonan sang cucu, "kau ini benar-benar ya."

"Aku pergi," pamit Eunwoo.

"Semoga berhasil aku akan selalu berada di belakangmu. Jika membutuhkan bantuan jangan sungkan menghubungi Opa." Ucapan terakhir Max yang samar Eunwoo dengar saat ia sudah berada jauh.

Eunwoo memang tidak sopan padanya. Max memijat pelipisnya dengan kelakuan sang cucu, "aku akan memberitahu Yoona tentang anaknya yang sangat tidak sopan padaku."

-TBC-

Dasar Max cepu!
Maklum ya, kalau ada kesalahan dalam penulisan gue gak sempet cari ini itu di google.

SWEET FRIEND [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang