"Eh, apa nih? Kotak?"
Yang pertama kali selesai ngegali itu Dave. Yang lain langsung buru-buru ngegali karena penasaran dapet kotak juga atau nggak, ya termasuk gue.
Dan ya, kita semua dapet kotak. Kecil, kok. Kira-kira sepuluh sentimeter. Entah apa isinya. Kita kumpul di bawah pohon tempat gue ngegali karena paling adem di situ.
"Ah, gue tahu," kata Kak Taeyong pelan.
Gue langsung noleh. "Tahu apa, Kak?"
"Nggak," bales dia. "Ayo, kita buka sama-sama."
"Di sini? Nggak di apartemen aja?" tanya gue. Soalnya panas banget woi, gue pengen pulang.
"Di sini aja udah," kata Teil.
Nah, untungnya kotak ini dibungkus plastik bening, jadi ya kotaknya nggak kotor. Gue buka kotaknya pelan-pelan, takut isinya ngagetin gitu kan.
Tapi nggak ....
Mau tau isinya apa?
Ada surat, dan kalung. Firasat gue langsung ga enak. Gue natap yang lain. Mereka lagi baca suratnya, kecuali Haiyan. Itu anak nangis. Please gue nggak ngerti kenapa Haiyan dari tadi nangis?????
Lemah lo, Yan.
Gue pun ngambil kalung dengan bandul bentuk kelinci. Gemes banget :( Ini Sicheng yang beli, 'kan? Gue suka banget, Cheng!
Terus gue ambil suratnya. Gue buka, gue baca. Dan gue nangis.
Yan, gue tarik kata-kata gue yang tadi. Sekarang gue tahu alasan lo nangis.
Jadi semuanya udah tahu, kecuali gue?
Bagus. Gue marah. Gue sedih. Gue kesel.
Perasaan gue campur aduk. Dalam hati gue terus tanya, kenapa? Kenapa nggak ada yang bilang ke gue? Kenapa gue nggak tahu apa-apa? Kenapa gue ngerasa bodoh banget? Kenapa gue terlambat?
"Hara." Itu suara Kak Taeyong. "Ayo pulang."
"Sicheng di mana?" tanya gue, masih sesenggukan.
"Teil, Haiyan, Dave, Wave, ayo ke mobil."
Kak Taeyong gak denger gue atau sengaja, sih?
"Kak, Sicheng di mana?"
"Dave, mau langsung pulang atau mampir dulu?"
Kak Taeyong sialan!
"Kak—"
"Hara cepet beresin kotaknya."
"Gue tanya Sicheng di mana, Kak?!"
Akhirnya gue teriak. Mereka semua langsung diem, termasuk Kak Taeyong.
"Sicheng di mana? Gue mau ketemu. Please kasih tahu gue, Kak."
"Sicheng nggak ada."
"Sicheng di ma—"
"Sicheng udah nggak ada, Hara!"
Bentakan Kak Taeyong bikin gue semakin sesenggukan. Kenapa? Kenapa gue terlambat?
"J-jadi ... yang semalam itu bukan mimpi?"
"Bukan. Lo pingsan semalam pas tahu Sicheng udah nggak ada. Lo, gue, kita, nggak ada yang bisa ketemu Sicheng lagi. Orang tuanya langsung bawa dia pulang ke China malam tadi. Lo nggak akan ketemu Sicheng lagi, Hara ...."
Tiba-tiba Kak Taeyong meluk gue yang dari tadi cuma nunduk sambil nangis. Kak Taeyong pun akhirnya nangis sesenggukan. Yang lain pun sama.
Siang hari yang terik, kita semua nangis di taman bermain karena kehilangan cowok China polos yang nggak lain nggak bukan adalah Dong Sicheng. Sepupu gue dan Kak Taeyong, temen sekelas Teil dan Haiyan, juga mantan musuh Dave dan Wave.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sickcheng ; dong sicheng ✔
Fanfic"Sicheng, bisa nggak, sih, lo ngapa-ngapain sendiri aja?" "Nggak. Kan maunya sama Hara." "Nanti kalo gue pergi, lo gimana?" "Kalo Hara pergi, Sicheng ikut pergi." ㅡ "Sicheng kenapa sakit mulu, sih?" "Biar diperhatiin sama Hara, hehehe." Tapi gue ngg...