kvardek naŭ

640 120 62
                                    

"Ayo, pelan-pelan jalannya."

Sicheng turun dari ranjangnya. "Yey."

Sore ini dia pulang, ahay.

Dave bantuin bawa tas Sicheng. Iya dia ikut, kan mayan jadi babu.

Udah dikasih tempat tinggal masa mau santai-santai aja? Ehe. Harus dimanfaatkan dong.

Kita pulang naik taksi. Dave duduk di depan. Dia tuh masih agak-agak canggung gimana gitu. Halah halah-eh bentar ini kayak judul lagu, ngapain canggung segala anjir, biasanya juga bar-bar.

"Pak Taksi."

Sicheng ngapa manggilnya Pak Taksi woi.

"Iya, kenapa, Dek?"

"Umurnya berapa?"

Si Pak Taksiaksi itu ketawa pelan. Untung ramah, cuy.

"Hampir 50 tahun."

"Ohh. Tua, ya. Sicheng masih 16 tahun."

Pak Taksi ngangguk-ngangguk. "Adek bukan asli Indonesia, ya?"

Sicheng langsung nengok ke gue. Terus ngebisikin, "Kayak Mama Teil, peramal."

Terus dia ngomong lagi ke Pak Taksi. "Kok Pak taksi tau?"

"Mukanya beda soalnya."

"Ohh, tapi muka orang Indonesia juga beda-beda, tuh." Dia nunjuk Dave. "Dave mukanya nggak sama sama Teil, sama Haiyan. Pak Taksi juga mukanya beda sama Dave. Atau kalian bukan orang Indonesia?"

"Maksud saya bukan itu ...."




















-Sickcheng-

WOY ANJIR WINWIN SICHENG APA-APAAN LO?! KM SDH TDK SEPERTI BAYIK😭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

WOY ANJIR WINWIN SICHENG APA-APAAN LO?! KM SDH TDK SEPERTI BAYIK😭

Kaget ak heh

030620

Sickcheng ; dong sicheng ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang