sepdek

564 105 13
                                    

"Sicheng."

"Apa?"

"Jangan dingin lagi, ya."

Sekarang di kamar rawatnya tinggal gue, Kak Taeyong, sama Sicheng. Yang lain udah pulang. Iyalah anjir, udah jam sembilan malem ini. Kak Taeyong tapi ketiduran di sofa.

Sicheng ngegeleng. "Nggak tau."

Gue ngedecak. "Jangan gini dong. Lo jangan suka mikirin apa-apa sendiri. Coba sharing sama gue."

"Nggak bisa."

"Kenapa?"

"Sicheng bilang nggak bisa, ya nggak bisa."

"Kenapa? Lo tinggal cerita sama gue—"

"Nggak gampang, Hara," sela Sicheng. "Sicheng pusing mikirin gimana biar bisa cerita sama Hara."

Gue ngehela napas. "Kalau nggak bisa, jangan dipaksain." Ntar juga pasti dia curhat sendiri.

"Sicheng cuma ngerasa useless, salah nggak?"

Oh ....

"Salah. Lo jangan ngerasa gitu. Lo itu mood maker gue sama yang lain. Kalau nggak ada lo, pasti suram."

"Tapi Sicheng nggak bisa apa-apa. Sicheng nyusahin ...."

"Hei, nggak boleh ngomong gitu. Lo nggak nyusahin."

Gue udah duga dia bakal punya pemikiran kayak gini, sih. Pasti bakal mikir gini, 'kan?

"Sicheng nggak bisa apa-apa, Hara ...."

"Sicheng, jangan ngomong gitu."

"Terus ngomong apa?"

"Hara tahu nggak, kalau waktu sekolah dasar, Sicheng nggak ada temen? Bahkan di sekolah selanjutnya juga gitu. Makanya, waktu Sicheng punya temen baik di sini, Sicheng seneng banget. Semuanya baik sama Sicheng."

Ah, gue inget gambarannya.

"Sicheng."

"Apa?"

"Gambaran lo lucu."

Sicheng syok. "HARA NGAMBIL DI MANAAAAA?!"























-Sickcheng-




>∆<
AAAAAAAAAA GATAU PUSING GA BISA LOAD FOTO


250620

Sickcheng ; dong sicheng ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang