Hari ini hari Minggu, dan Sarada merasa, ia harus membereskan rumahnya.
Foto-foto yang sedikit berdebu, harus ia bersihkan. Kolong sofa yang sedikit kotor, lantai yang harus disapu.
Boruto memang sudah mengingatkannya agar tidak terlalu capek, tapi bagaimana? Rumah tetap harus dibersihkan.
Dan saat membersihkan foto-foto itu, Sarada mendadak teringat satu hal: orangtuanya!
Sudah lama sekali ia tak berkunjung ke rumah orangtuanya. Dan satu hal, Sakura mungkin kaget mengetahui kandungannya sudah sebesar ini!
Boruto sedang bekerja, asyik dengan laptopnya di meja makan. Pria kuning itu sibuk mengamati grafik sahamnya.
"Bolt," panggil Sarada kencang, membuat Boruto menoleh cepat.
"Kenapa? Ada yang sakit?" tanya Boruto sigap. Sarada menggelengkan kepalanya.
"Kayaknya kita udah lama enggak ke rumah Papa sama Mama, ya?" pancing Sarada, membuat Boruto melotot kaget.
Kok gue bisa lupa?!
"Say, kamu bener." Boruto masih cengo dengan dirinya sendiri, pria itu mendadak tak habis pikir. Ia lupa, serius. Benar-benar lupa. Bulan-bulan sibuk perkuliahan, membuatnya abai kalau ia bahkan sudah beberapa bulan tidak mengunjungi orangtuanya!
Boruto melirik kalender, sebentar lagi ulang tahun pernikahan mereka yang pertama.
Bagaimana ini? Ah, Boruto kehabisan ide.
"Terakhir kita ke rumah Ibu, aku sakit." Sarada berjalan, lalu duduk di hadapan Boruto. Boruto menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Iya. Tiga bulan yang lalu, ya?" tanya Boruto memastikan. Sarada menganggukkan kepala, membuat muka Boruto pias.
Pantas saja beberapa hari ini Hinata meneleponnya tiap hari.
"Mau ke rumah Ibu kapan?" tanya Sarada meminta kepastian. Boruto menatap laptopnya, lalu gantian safirnya menatap pipi Sarada yang tambah tembam.
"Gimana kalo empat hari lagi?" tanya Boruto, tersenyum manis. Membuat Sarada menatapnya sinis, dahinya mengerut bingung.
"Kenapa hari Kamis?" Sarada menatap suaminya dengan tatapan serius-kamu-ini?
Boruto hanya tersenyum simpul.
"Kenapa, ya? Enggak apa-apa, lah. Emang hari Kamis kenapa?" tanya Boruto balik, dengan senyum penuh misteri. Sarada mendecakkan lidahnya.
"Kamis 'kan weekday. Emang Papa sama Ayah bisa?" Sarada mempertimbangkan kemungkinan itu. Ia 'kan juga rindu sang Papa. Hari Kamis, 'kan weekday. Kalau Papa bekerja, bagaimana?
"Bisa, bisa. Nanti aku bilang Ayah sama Papa. Mending sekarang kamu istirahat, Say. Nanti malem kita keluar," suruh Boruto buru-buru, membuat Sarada mengernyitkan dahinya bingung.
Wanita hamil itu mendengkus kesal. Suaminya memang agak aneh. Sarada menyerah, melangkahkan kakinya menuju kamar. Lekas pergi beristirahat, seperti yang suaminya bilang.
Di sisi lain, Boruto tersenyum lebar. Ia mendapat ide baru saat melihat kalender.
Kenapa harus empat hari lagi?
Karena empat hari lagi itu, anniversary pertama pernikahannya dengan Sarada.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] When I Married You | BoruSara
General FictionMenikah karena perjodohan jelas bukan impian Boruto, mengingat Boruto sudah memiliki kekasih. Sarada yang mencintai Boruto hanya bisa pasrah saat suaminya memiliki kekasih saat ia sudah memiliki istri. Apakah mereka mampu mempertahankan pernikahan m...