stan red velvet for better life!
—
Sarada sudah berdiri di meja dapur seperti biasa. Wanita itu sudah mandi. Pelan Sarada mengaduk sup telur yang sengaja ia buat untuk menghangatkan badan di akhir November yang begitu dingin ini.
Sarada tersenyum tipis membayangkan kejadian semalam. Entah apa yang terjadi dengan Boruto, tapi pria itu ngotot tidur di sebelahnya, dan sesekali mengelus perutnya pelan. Aneh, mungkin.
Tapi bagi Sarada, itu terasa nyaman. Sangat nyaman, malah.
"Loh, kamu udah mau masuk kuliah?" Sarada bertanya saat Boruto sudah siap dengan sweter dan mantel, lalu duduk di meja makan. Boruto menganggukkan kepalanya.
"Udah, kok. Kamu nggak apa-apa 'kan, di rumah sendirian?" tanya Boruto memastikan, namun mendadak pria itu tersadar.
Sarada wanita kuat. Selama ini Sarada juga mengurus dirinya sendiri. Apa yang perlu Boruto khawatirkan?
Sarada tersenyum hangat. "Aku nggak apa-apa, kok. Nanti aku titip buah naga ya, Bolt. Satu kilo aja." Sarada menuang sup ke dalam mangkuk. Boruto menaruh tasnya di atas kursi.
"Kamu ngidam?" tanya Boruto lagi. Sarada mengendikkan bahunya.
"Nggak tau juga. Tapi aku pengen buah naga. Boleh, ya?" Sarada mengerling, matanya berbinar memohon, membuat jantung Boruto mendadak berdebar kencang.
Pria itu berdeham, memalingkan wajahnya dari sang istri, lalu menganggukkan kepala pelan. "I-iya. Nanti aku beliin. Kamu mau apa lagi?"
Sarada menaruh sup di atas meja, lalu melirik ke kanan atas. Wanita itu sedang berpikir, lalu perlahan mengusap perutnya yang mulai membuncit.
"Anak Bunda mau makan apa?" Sarada menatap perutnya yang ia elus perlahan.
Boruto tersenyum haru. Air mata tiba-tiba menetes begitu saja dari bola mata safirnya. Menatap Sarada yang kini berdiri sambil mengelus perut berisi anaknya membuat hatinya menghangat. Seolah ribuan kupu-kupu terbang di bagian perutnya, kedua sudut bibir Boruto terangkat naik.
Kok bisa ya aku berpikir buat cerai dari seseorang yang lebih mirip bidadari kayak Sarada?
"Bolt, aku mau coklat, boleh? Kata dia, dia mau coklat." Sarada menunjuk perutnya, membuat Boruto seketika mendongak dan terkekeh geli.
"Coklat? Yang mau dia atau kamu, Salad?" goda Boruto. Sarada mengerucutkan bibirnya.
"Ya intinya aku mau coklat."
"Tapi jangan banyak-banyak, ya? Inget kata Bu Dokter kemaren. Kamu nggak boleh makan-makanan manis banyak-banyak," ujar Boruto mengingatkan.
Sarada duduk di hadapannya sambil menundukkan kepala. Wanita itu seketika teringat perkataan dokter kandungan yang memeriksanya.
Ah, gula darahnya tinggi.
"Tapi nggak apa, Salad. Tetep aku beliin nanti. Cuma makannya bareng aku, ya? Biar kamu makannya nggak banyak-banyak!" Boruto memberi solusi, mengusap pucuk kepala Sarada lembut. Kepala wanita itu perlahan terangkat, tersenyum tipis mendengar perkataan Boruto.
"Beneran?" Sarada menatap safir suaminya memastikan. Boruto mengangguk mantap.
"Iya. Sekarang kita makan dulu aja, ya? Ittadakimasu."
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] When I Married You | BoruSara
General FictionMenikah karena perjodohan jelas bukan impian Boruto, mengingat Boruto sudah memiliki kekasih. Sarada yang mencintai Boruto hanya bisa pasrah saat suaminya memiliki kekasih saat ia sudah memiliki istri. Apakah mereka mampu mempertahankan pernikahan m...