29. Arigatou

3.6K 304 145
                                    

putar lagu di mulmed untuk lebih menghayati.

Cinta Sejati, BCL.


-



Boruto mendorong troli. Perut Sarada yang begitu buncit membuat wanita itu sedikit susah berjalan. Sebenarnya Boruto kasihan, tapi Sarada memaksa ingin ikut berbelanja.

Katanya, ia takut sendirian di rumah.

"Sayang, kamu beneran kuat jalan?" Boruto berhenti di depan rak berisi buah segar. Sarada ada di belakangnya, wanita itu tiba-tiba berhenti dan mematung. Wajahnya memucat lelah. Matanya sayu.

"Udah, ayo cepet jalan aja!" titah Sarada mutlak. Wanita itu mendorong suaminya agar terus berjalan, namun Boruto bergeming di tempat.

"Abis ini kita pulang aja, ya?"

"Udah, Bolt. Ayo, cepetan! Kalo kamu lama, aku makin enggak kuat." Sarada menundukkan kepala lemas, wajahnya memucat. Matanya sayunya menatap sendu Boruto.

Boruto menarik napas, pria itu mengedarkan pandangan, mencari bangku untuk istrinya duduk.

Matanya berbinar seolah mengeluarkan dolar saat melihat bangku di dekat etalase coklat.

"Say, mau duduk, enggak?" Boruto mendekap bahu Sarada lembut, membuat wanita itu menoleh sayu.

"Dimana?"

"Itu, di deket coklat-coklat. Duduk dulu di sana, gih. Mana list belanjanya? Biar aku yang cari. Kamu duduk aja, istirahat." Boruto menunjuk bangku itu dengan matanya, membuat Sarada mengangguk setuju.

"Bisa ke sana sendiri, 'kan?" tanya Boruto memastikan, membuat seulas senyum lemah terbit di wajah istrinya.

"Bisa, bisa. Aku enggak selemah itu, Bolt."

Boruto mengangguk saat Sarada tersenyum lemah. Wanitanya sudah berjalan menuju bangku yang berjarak empat meteran dari tempatnya berdiri.

Namun, kini apa yang terjadi?!

Pupil Boruto melebar takut, kakinya refleks berlari ke arah sang istri, tangannya mendekap bahu Sarada yang kini terhuyung lemas. Boruto terduduk, menaruh kepala Sarada di pahanya.

"Say, are you OK?" Boruto menepuk pipi Sarada lembut. Namun sialnya, wanita itu sudah memejamkan mata.

Pikiran Boruto meliar, ia langsung menaruh kedua jarinya di perpotongan leher sang istri. Mengecek nadi, pria itu mengembuskan napas lega saat mendapati jantung istrinya masih berdetak.

"Pak, ada yang bisa saya bantu?" Petugas swalayan itu mendekat, membuat Boruto mengangguk cepat.

"Bisa tolong panggilkan ambulans RS Universitas Tokyo? Terima kasih. Istri saya hamil besar, butuh pertolongan cepat."

Tangan Boruto masih setia mengelus pipi istrinya, berharap sang istri bangun seketika.

Walau ia tahu, itu hampir mustahil.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[END] When I Married You | BoruSara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang